Perundingan Damai Suriah Dimulai di Jenewa untuk Selesaikan Konflik 6 Tahun
Selasa, 16 Mei 2017 14:51 WIB
Lima putaran perundingan sebelumnya yang didukung PBB gagal memberikan hasil nyata dan harapan untuk sebuah terobosan besar masih redup.
Presiden Suriah Bashar al Assad memperkuat posisinya, dan pemberontak terguncang akibat kemunduran besar di ibu kota Damaskus.
Assad baru-baru ini juga menyebut proses Jenewa "tidak sah", mengatakan kepada saluran ONT Belarus bahwa proses itu menjadi "hanya sebuah pertemuan untuk media."
Pemimpin Suriah itu memberikan lebih banyak pujian terhadap jalur diplomatik terpisah di ibu kota Kazakhstan, Astana, yang dipimpin oleh sekutunya Rusia dan Iran bersama dengan pendukung oposisi Turki.
Jalur Astana menghasilkan kesepakatan 4 Mei untuk menciptakan empat zona "de-eskalasi" di beberapa medan perang paling berdarah di Suriah.
Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura menepis tuduhan bahwa perundingan Astana membayangi jalur Jenewa.
"Kami bekerja tandem," katanya kepada para pewarta Senin.
Perundingan PBB fokus pada empat "keranjang" terpisah: pemerintahan, konstitusi baru, pemilihan umu, dan perang melawan terorisme di negara yang dicabik perang itu.
Dengan para perunding Assad dan oposisi utama Komite Perundingan Tinggi (High Negotiations Committee/HNC) diperkirakan berlangsung di Swiss sampai akhir pekan, de Mistura mengatakan dia ingin menggali beberapa isu dengan harapan itu bisa membangkitkan proposal solid.
Namun isu mengenai nasib Assad masih menjadi penghalang yang mengecilkan hati.
HNC berkeras pelengseran presiden harus menjadi bagian transisi politik apa pun, tuntutan yang tidak bisa diterima oleh rejim Suriah, demikian menurut warta kantor berita AFP.
Pewarta : Antaranews
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024