BKKBN Kawal Pelayanan KB MOW-MOP
Kamis, 6 Juli 2017 14:31 WIB
Kunjungan yang dilakukan Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Provinsi Jateng Nanik Budiastuti beserta rombongan tersebut juga untuk mengetahui minat akseptor MOW-MOP di Klinik KB RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang.
"Syarat menjadi akseptor KB minimal anaknya dua dan usia anak terakhir lebih dari 5 tahun. Selain itu, pasien harus benar-benar tidak menginginkan anak lagi dan sudah mantap melakukannya," kata Nanik Budiastuti.
Wakil Direktur Pelayanan RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Yoseph Chandra menjelaskan bahwa pelayanan KB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto gratis setiap harinya dengan beragam pilihan alat kontrasepsi baik itu MOW-MOP, pil, suntik, IUD, maupun implant.
"Di tempat kami (Klinik KB RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, red.) setiap hari gratis dengan waktu pelayanan mulai pukul 08.00 WIB-12.00 WIB," katanya.
Yoseph Chandra menyebutkan ada satu dokter yakni Dr. Rudy Hendrarto dan dua bidan yang siap melayani akseptor setiap hari Senin sampai dengan Sabtu.
Ia menyebutkan rata-rata setiap bulan ada 50 hingga 100 akseptor KB MOW-MOP yang tidak hanya berasal dari Kota Semarang, tetapi juga berasal dari luar daerah seperti Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kendal, Salatiga, Grobogan, bahkan ada yang berasal dari Bandung.
Yoseph Chandra mengakui bahwa hingga saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk ber-KB belum maksimal di antaranya karena masih percaya dengan mitos seperti dapat menyebabkan kandungan kering, impoten, nafsu seks menjadi berkurang, dan lainnya.
Dr. Rudy Hendrarto menegaskan bahwa seluruh mitos tersebut tidak benar, justru program KB sangat besar manfaatnya untuk membentuk keluarga yang sejahtera.
Ada banyak risiko yang mungkin terjadi jika tidak ber-KB, lanjut Dr. Rudy Hendrarto, seperti kematian ibu karena terlalu sering melahirkan, risiko ekonomi karena banyak anak sehingga kebutuhan keluarganya terus meningkat.
Dr. Rudy Hendrarto menilai selama ini mereka yang MOW-MOP karena 'getok tular' dari mereka yang sudah ber-KB misalnya karena pelayanan dari dokter dan bidan di rumah sakit serta sebagian lainnya karena kesadaran dari diri sendiri dengan latar belakang pendidikannya.
"Program KB bisa menjadikan keluarga sejahtera. Tentu akan beda, keluarga yang mengurus anak dua dengan yang harus mengurus anak dengan jumlah lebih banyak," demikian Dr. Rudy Hendrarto.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024