Logo Header Antaranews Jateng

Mendagri: Perkembangan Iptek Membuat Bangsa Rentan Perpecahan

Sabtu, 9 September 2017 06:23 WIB
Image Print
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo disalami mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) usai upacara pelepasan keberangkatan mahasiswa untuk mengikuti pendidikan bela negara di Rindam IV/Diponegoro, Magelang, yang berlangsung di Lapangan Rektorat U
Semarang, ANTARA JATENG - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengingatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat membuat bangsa rentan terhadap perpecahan jika tidak disikapi dengan hati-hati.

"Sudah 72 tahun ini Indonesia merdeka, bangsa rentan karena perkembangan iptek. Begitu mudahnya menerima masukan, langsung men-`share` masukan yang ada tanpa melihat sumbernya siapa," katanya, di Semarang, Jumat.

Hal tersebut diungkapkannya usai pelepasan keberangkatan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang akan mengikuti pendidikan bela negara selama tiga hari ke depan di Rindam IV/Diponegoro, Magelang.

Diakui Tjahjo, banyak informasi yang sengaja disebarkan sebenarnya tidak bertujuan untuk memecah bangsa, melainkan untuk kepentingan politik, apalagi April-Agustus 2018 sudah tahapan pilpres dan pilkada serentak.

"Namun, tanpa disadari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab ini dengan menyebarkan berita fitnah, menghujat Presiden, memfitnah Presiden, dan sebagainya bisa memecah persatuan bangsa," katanya.

Oleh karena itu, Tjahjo mengatakan seluruh elemen masyarakat harus memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, sebab negara Indonesia karena keberagaman dan negara bersatu karena adanya Pancasila.

"Jangan melihat suku apa, agama, golongan apa, tetapi prestasinya apa. Kepolisian yang bertanggung jawab mengusut siapa yang menghina negara, lambang negara," kata politikus senior PDI Perjuangan itu.

Tjahjo menilai orang-orang atau kelompok yang suka menghujat dan memfitnah tidak beretika karena mereka hidup, bekerja, dan makan di tanah Indonesia, tetapi malah menghujat negara dan pemerintahnya sendiri.

"Orang berdakwah boleh. Yang Islam harus sesuai dengan Alquran dan Hadist, yang Kristen harus sesuai dengan Injil, tetapi jangan kemudian dikemas agama untuk menghujat seseorang, lambang negara," katanya.

Demikian pula dengan kalangan mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya terhadap kebijakan kampusnya dengan mengkritik rektor, tetapi jangan kemudian memfitnah rektornya dan menjelek-jelekkan almamaternya.

"Silakan mahasiswa mengkritik Rektor. Tetapi, jangan memfitnah Pak Rektor, jangan menjelek-jelekkan Unnes. Bagaimanapun, kita semua bagian dari bangsa Indonesia," pungkas mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan tersebut.

Upacara pelepasan mahasiswa Unnes yang mengikuti pendidikan bela negara itu dipimpin langsung Tjahjo Kumolo, didampingi Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman, dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Lapangan Auditorium Unnes.


Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024