Arak-arakan Manten Semarangan Menjadi Agenda Menggaet Wisatawan
Jumat, 15 September 2017 22:09 WIB
"Arak-arakan Manten Semarangan sudah dua kali ini. Tahun lalu di Simpang Lima, sekarang di Kota Lama," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Masdiana Safitri di Semarang, Jumat.
Dalam arak-arakan Manten Semarangan itu, kawasan Kota Lama Semarang ditutup bagi kendaraan bermotor karena menjadi rute yang dilewati rombongan, mulai Kantor Pos Besar Johar sampai Gereja Blenduk, Semarang.
Sepasang pengantin Semarangan terlihat diarak dengan mempelai pria menaiki kuda, sementara mempelai perempuannya ditandu oleh empat orang, lengkap dengan pernak-pernik khas Semarang, yakni kembang manggar.
Masdiana menjelaskan masyarakat bisa menyaksikan keindahan busana pengantin khas Semarang, sekaligus rangkaian prosesi yang dilakukan, sebagaimana diwariskan oleh leluhur yang harus dilestarikan sebagai budaya.
"Banyak sanggar rias pengantin di Semarang yang belum tahu dengan adat asli Semarang. Makanya, lewat arak-arakan Manten Semarangan ini bisa menjadi ajang edukasi dan sosialisasi adat khas Semarang," katanya.
Generasi muda asli Semarang, kata dia, diharapkan juga menjadi paham sehingga mau melestarikan adat yang diwariskan oleh leluhurnya dengan menerapkannya saat melangsungkan prosesi perkawinan.
"Wisatawan juga bisa melihat ternyata adat pengantin Semarangan tidak kalah cantik dengan adat daerah lainnya. Harapannya, bisa jadi tren seperti basahan adat Solo, Yogyakarta, dan daerah lainnya," katanya.
Kunjungan wisatawan ke Kota Lama Semarang, baik domestik maupun asing, diakuinya, juga terus meningkat seiring banyaknya kegiatan di kawasan bangunan cagar budaya itu, seperti arak-arakan Manten Semarangan.
"Kegiatan di Kota Lama memang diperbanyak, ya, salah satu golnya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan. Arak-arakan Manten Semarangan ini termasuk rangkaian Festival Kota Lama Semarang," kata Masdiana.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Semarang Adi Trihananto mengingatkan kembali pentingnya untuk melestarikan kebudayaan lokal, termasuk adat pengantin Semarang bagi warga Semarang khususnya.
"Saya ingat, dulu Bu Purnomo Yusgiantoro memilih menggunakan adat Semarangan `full` untuk putrinya saat menjadi pengantin (menikah, red.). Itu wujud melestarikan budaya lokal," katanya.
Di sisi lain, kata dia, arak-arakan Manten Semarangan itu juga menjadi potensi wisata yang bagus untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan, khususnya ke kawasan Kota Lama Semarang.
"Baru kali ini (Manten Semarangan, red.) digelar di Kota Lama. Insya Allah akan terus dikembangkan. Ya, karena ini budaya, sekaligus bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata," pungkasnya.
Bersamaan dengan itu, digelar pula lomba merias pengantin adat Semarang yang diikuti perwakilan dari 16 kecamatan di Kota Semarang, namun sudah dimodifikasi dengan berbagai aksesoris.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024