Petani Batang Ekspor Ubi Jalar ke Jepang & Korea
Selasa, 10 Oktober 2017 11:17 WIB
Kepala Desa Adinuso, Wintoro di Batang, Selasa, mengatakan bahwa saat ini para petani mampu mengeskpor 300 ton hingga 400 ton per bulan ke Jepang dan Korea.
"Saat ini, kami melalui kemitraan hanya masih mampu mengekspor 300 ton lebih per bulan. Kendati demikian, yang masih jadi masalah pada petani adalah ketidakstabilan harga ubi jalar di pasar," katanya.
Ketidakstabilan harga ubi jalar itu, kata dia, bisa Rp1.700 per kilogram tetapi juga terkadang mencapai Rp5 ribu per kilogram.
Ia mengatakan budi daya tanaman ubi jalar ini relatif cukup mudah tetapi secara nilai ekonomisnya mampu mengalahkan hasil panen tanaman padi karena dengan luasan tanah sekitar 1 hektare mampu menghasilkan panen sekitar 35 ton.
"Oleh karena, saat ini para petani di Desa Adinuso lebih memilih budi daya tanaman ubi jalar dibanding menanam padi. Merawat tanaman ubi jalar tidak begitu sulit tetapi hasilnya mampu mengalahkan hasil panen padi," katanya.
Bupati Batang, Wihaji mengatakan pengembangan varietas ubi jalar jenis AC Putih yang di lakukan masyarakat Desa Adinuso sangat luar biasa karena secara kultur tanahnya dan ketinggian daerahnya sangat cocok untuk tanaman itu.
Kesuksesan masyarakat Desa Adinuso dalam pembudidayaan ubi jalar, kata dia, sudah sesuai dengan sukses sejarah.
"Petani dengan menggunakan modal Rp20 juta bisa meraup untung Rp60 juta dalam empat sampai lima bulan maksimal panen ubi jalar," katanya.
Pewarta : Kutnadi
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025