Umat lintas agama kirab "undhuh-undhuh" GKJ Plengkung
Minggu, 13 Mei 2018 17:55 WIB
Kirab yang berlangsung sebelum jemaat gereja setempat melakukan kebaktian "Riyaya Undhuh-Undhuh" sebagai ibadah syukur atas panenan hasil bumi itu, menempuh jarak sekitar dua kilometer dari halaman GKJ Plengkung melewati Jalan Piere Tendean, Kampung Potrobangsan, Jalan Kapten Yahya, Taman Badaan di Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Ahmad Yani, dan kembali ke halaman GKJ Plengkung Kota Magelang.
Mereka mengusung delapan gunungan sebagai simbol hasil panenan atau kesuburan tanah di kawasan yang mengelilingi Kota Magelang.
Kirab dalam nuansa kebangsaan dan toleransi dilakukan jemaat setempat yang antara lain mengenakan pakaian adat Jawa berupa surjan motif lurik (laki-laki) dan kebaya serta jarit (perempuan).
Mereka dari pegiat komunitas lintas agama, Jamaah Kopdariyah Magelang, ikut dalam kirab dengan menabuh musik rebana.
Pimpinan GKJ Plengkung Pendeta Gledis Yunia Debora Angelita mengatakan "Riyaya Undhuh-Undhuh" sebagai ungkapan syukur umat beriman atas berkah melimpah dari Tuhan untuk kehidupan masyarakat setempat.
"Manusia dipanggil Tuhan untuk bekerja di lahan pekerjaan dengan tekun setiap hari, untuk mewujudkan anugerah itu. Kita mendapat karunia bumi subur untuk menghasilkan aneka bahan pangan untuk kehidupan manusia," ujarnya.
Secara teologis dalam ajaran Kristen, katanya, "Riyaya Undhuh-Undhuh" berdasarkan kisah perjalanan Nabi Musa dengan bangsa Israel, ketika menuai hasil panen pertama.
Sesepuh Komunitas Jamaah Kopdariyah Magelang K.H. Achmad Labib mengatakan komunitasnya dengan para pegiat dari kalangan umat lintas agama menebarkan semangat kebersamaan dan kerukunan hidup sehari-hari.
"Melalui keterlibatan kami ini, kami ingin menunjukkan semangat silaturahim, menjalin kerukunan antarumat beragama, terutama di Magelang ini," kata Kiai Labib yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab Desa Wonosari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang itu.
Para pegiat Komunitas Jamaah Kopdariyah, katanya, selama ini aktif dalam berbagai kegiatan lintas agama, baik di Kabupaten maupun Kota Magelang, untuk menebarkan semangat toleransi dan perdamaian.
"Tidak memandang perbedaan agama, suku, dan ras. Kami ingin memperkuat semangat hidup dalam perdamaian antarsesama manusia dan antarumat beragama," katanya.
Pewarta : Maximianus Hari Atmoko
Editor:
Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024