Mahasiswa UNS ikut "SOS Summit" di AS
Senin, 16 Juli 2018 16:14 WIB
puluhan remaja dari seluruh dunia berkumpul mendapatkan sumber daya dan pelatihan untuk mengambil tindakan melawan perdagangan manusia di komunitas mereka sendiriSolo (Antaranews Jateng) - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta atas nama Alifa Salsabila mewakili Indonesia pada Kompetisi "Students Opposing Slavery (SOS) Summit 2018" di Washington DC, Amerika Serikat pada Juni lalu.
"'SOS Summit' adalah program pendidikan pemuda bagi siswa yang berdedikasi untuk melanjutkan perjuangan Presiden Abraham Lincoln untuk kebebasan dengan meningkatkan kesadaran tentang perbudakan modern dalam populasi berisiko tinggi, yakni remaja," kata Alifa di Solo, Senin.
Ia mengatakan "SOS Summit" sebagai pertemuan tingkat tinggi diadakan di President Lincoln’s Cottage, Washington DC, Amerika Serikat yang merupakan rumah musim panas Presiden Abraham Lincoln.
Ia mengatakan Lincoln pernah menghabiskan seperempat masa jabatannya mencari solusi mengakhiri perang sipil Amerika Serikat yang terjadi karena perbedaan pihak negara-negara bagian AS yang menentang dan mendukung perbudakan menjadi hal legal di AS.
"Pada PTT ini, puluhan remaja dari seluruh dunia berkumpul mendapatkan sumber daya dan pelatihan untuk mengambil tindakan melawan perdagangan manusia di komunitas mereka sendiri," katanya.
Ia mengatakan pada 2012 dalam perkembangannya PTT bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) dan organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu International Organization for Migration (IOM), melalui kantornya yang berkedudukan di Bangkok, Thailand, yaitu IOMX.
Kompetisi yang diselenggarakan IOMX di Asia Tenggara untuk menyeleksi dua peserta "SOS Summit 2018" dilakukan dengan mengunggah rekaman diri berbentuk video berdurasi 30 detik. Pada video tersebut, peserta menceritakan alasan mengapa pemuda perlu memperhatikan isu perdagangan manusia dan perbudakan modern serta aksi apa yang harus dilakukan dalam perjuangan para pemuda untuk mengakhirinya.
"Dalam 'SOS Summit 2018' ini kami mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan menerima materi dari tokoh-tokoh terkemuka pejuang penghapus perbudakan modern dan perdagangan manusia, serta berinteraksi dan berbagi pandangan dengan 'child labour survivor' asal Kamerun yang dijual dan diperbudak di Amerika yang kini bekerja untuk Gedung Putih dan mendapatkan penghargaan dari Pemerintah AS Evelyn Chumbow," katanya.
Selain itu, katanya, partisipan juga berkesempatan bertemu Menteri Dalam Negeri AS Mike Pompeo dan puteri Presiden Donald Trump Ivanka Trump yang bertindak sebagai pimpinan upacara dan protokoler kegiatan tahunan Kementerian Dalam Negeri AS "Trafficking in Person" (TIP) Report 2018 di Kementerian Dalam Negeri AS.
Pewarta : Aris Wasita
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024