Purnati dan SCOT akan pentaskan pertunjukan teater kontemporer "Dionysus"
Selasa, 18 September 2018 08:48 WIB
Jakarta (Antaranews Jateng) - Purnati Indonesia bekerja sama dengan SCOT (Suzuki Company of Toga) dalam waktu dekat akan mementaskan pertunjukan teater kontemporer bertajuk "Dionysus".
Pertunjukan yang akan digelar pada 29-30 September di panggung teater terbuka Candi Prambanan, Yogyakarta tersebut akan disutradarai oleh maestro teater asal Jepang Suzuki Tadashi.
Pertunjukan teater ini dijanjikan akan berlangsung menarik dan menghibur. Dibutuhkan waktu selama tiga tahun untuk proses persiapannya. Suzuki dan Purnati Indonesia nampaknya sangat serius menggarap proyek ini.
"Idenya bahkan sudah tercetus sejak 2015," ucap perwakilan dari Purnati Indonesia, Wiwit Roswita di Jakarta, Senin.
Wiwit menuturkan, pengerjaan pertunjukan ini dimulai pada Juni 2016 dengan melakukan proses audisi aktor yang digelar di Jakarta. Audisi itu diikuti oleh 48 peserta yang berasal dari sejumlah kelompok teater di Indonesia, tetapi hanya 16 orang yang terpilih.
Para aktor yang terpilih kemudian mengikuti seleksi lanjutan yang diadakan di Toga, Jepang. Mereka diharuskan mengikuti Metode Keaktoran Suzuki yang dikenal keras dan menguras fisik. Pelatihan yang diterapkan oleh Suzuki ini diklaim mampu memperkuat kepekaan fisik dan vokal para aktor.
Dari serangkaian proses latihan dan audisi, terpilihlah 13 aktor asal Indonesia yang akan tampil dalam lakon "Dinosyus". Mereka akan tampil bersama dua orang aktor lainnya yang berasal dari China dan Jepang.
Baca juga: Teater Keong Emas gunakan teknologi teranyar, sasar generasi milenial
Wiwit menambahkan, pertunjukan teater kontemporer ini juga sarat dengan nuansa Indonesia. Unsur-unsur khas Nusantara tertuang dalam berbagai aspek, mulai dari bahasa, aransemen musik, serta busana.
Dari segi bahasa, pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" ini akan menggunakan delapan bahasa, yaitu Jepang, Mandarin, Batak, Rejang, Madura, Manado, Sunda, dan Jawa dalam tiga dialek -- Yogyakarta, Surakarta dan Banyumas.
Percampuran delapan bahasa dalam satu pentas ini akan menjadi keunikan tersendiri. Ragam bahasa dan logat yang diucapkan oleh para aktor disebut akan menghasilkan suatu simfoni yang indah.
Nantinya panitia akan memasang semacam running text pada layar LED saat pertunjukan berlangsung agar penonton bisa memahami arti dari bahasa-bahasa yang diucapkan.
Untuk aransemen musiknya, Suzuki Tadashi mengutus langsung komposer asal Jepang Takada Midori untuk merekam berbagai alat musik tradisional Indonesia. Suara dari alat musik tersebut akan digabungkan dengan komposisi musik asli dari Dionysus.
Instrumen alat musik tradisional yang terpilih untuk digunakan antara lain gendang rapai dari Aceh, Gamelan Bali, Serunai Minangkabau, Kecapi Sunda dan berbagai jenis alat tiup tradisional lainnya.
Sedangkan untuk busana, Punarti Indonesia dan Suzuki Tadashi mempercayakan proses pengerjaannya kepada desainer muda Indonesia, Auguste Soesastro. Auguste total mengerjakan tujuh busana. dirinya menggunakan material berupa sutra putih dan kain tenun yang berasal dari beberapa daerah seperti Garut dan Bali.
"Proses pengerjaannya sendiri selama enam bulan," ungkap Auguste.
Baca juga: Penggemar ABBA siap-siap bernostalgia pada teater musikal "Mamma Mia!"
Pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" diadaptasi dari tragedi Yunani kuno, The Bacchae, yang ditulis oleh Euripides dramawan Athena. Lakon ini mengisahkan tentang Dionysus (Dewa Anggur) yang hendak menghukum Pentheus (Raja dari Thebes).
Dionysus memutuskan untuk memikat jiwa para perempuan di Thebes, termasuk ibu dari Pentheus sendiri yang bernama Agave. Pentheus lalu diarahkan untuk datang melihat pesta para perempuan itu di gunung Cithaeron.
Namun, Pentheus tertangkap basah saat sedang diam-diam menonton. Para wanita yang sedang dalam kondisi tidak sadar, termasuk Agave kemudian mencabik-cabik tubuh Pentheus. Agave lalu pergi membawa kepala Pentheus. Ketika sadar, dirinya menemukan anaknya telah mati. Pada saat itu, Agave tersadar bahwa dia telah dijadikan kambing hitam dari pembalasan dendam Dionysus.
Pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" telah menyelesaikan pementasan perdananya di Toga Art Park of Toyama Prefecture Jepang pada 24, 25, 31 Agustus dan 1 September 2018. Pertunjukan itu dijuluki sebagai "The Mecca of Theatre".
Terkait tiket untuk pertunjukan teater kontemporer "Dionysus", sudah dapat dipesan dengan mekanisme daring melalui website tiketapasaja.com. Harga termurah yakni Rp200.000 untuk kelas Bronze, Rp400.000 untuk Silver, Rp600.000 untuk kelas Gold dan Rp1.000.000 untuk kelas Platinum. (Editor : Ida Nurcahyani).
Pertunjukan yang akan digelar pada 29-30 September di panggung teater terbuka Candi Prambanan, Yogyakarta tersebut akan disutradarai oleh maestro teater asal Jepang Suzuki Tadashi.
Pertunjukan teater ini dijanjikan akan berlangsung menarik dan menghibur. Dibutuhkan waktu selama tiga tahun untuk proses persiapannya. Suzuki dan Purnati Indonesia nampaknya sangat serius menggarap proyek ini.
"Idenya bahkan sudah tercetus sejak 2015," ucap perwakilan dari Purnati Indonesia, Wiwit Roswita di Jakarta, Senin.
Wiwit menuturkan, pengerjaan pertunjukan ini dimulai pada Juni 2016 dengan melakukan proses audisi aktor yang digelar di Jakarta. Audisi itu diikuti oleh 48 peserta yang berasal dari sejumlah kelompok teater di Indonesia, tetapi hanya 16 orang yang terpilih.
Para aktor yang terpilih kemudian mengikuti seleksi lanjutan yang diadakan di Toga, Jepang. Mereka diharuskan mengikuti Metode Keaktoran Suzuki yang dikenal keras dan menguras fisik. Pelatihan yang diterapkan oleh Suzuki ini diklaim mampu memperkuat kepekaan fisik dan vokal para aktor.
Dari serangkaian proses latihan dan audisi, terpilihlah 13 aktor asal Indonesia yang akan tampil dalam lakon "Dinosyus". Mereka akan tampil bersama dua orang aktor lainnya yang berasal dari China dan Jepang.
Baca juga: Teater Keong Emas gunakan teknologi teranyar, sasar generasi milenial
Wiwit menambahkan, pertunjukan teater kontemporer ini juga sarat dengan nuansa Indonesia. Unsur-unsur khas Nusantara tertuang dalam berbagai aspek, mulai dari bahasa, aransemen musik, serta busana.
Dari segi bahasa, pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" ini akan menggunakan delapan bahasa, yaitu Jepang, Mandarin, Batak, Rejang, Madura, Manado, Sunda, dan Jawa dalam tiga dialek -- Yogyakarta, Surakarta dan Banyumas.
Percampuran delapan bahasa dalam satu pentas ini akan menjadi keunikan tersendiri. Ragam bahasa dan logat yang diucapkan oleh para aktor disebut akan menghasilkan suatu simfoni yang indah.
Nantinya panitia akan memasang semacam running text pada layar LED saat pertunjukan berlangsung agar penonton bisa memahami arti dari bahasa-bahasa yang diucapkan.
Untuk aransemen musiknya, Suzuki Tadashi mengutus langsung komposer asal Jepang Takada Midori untuk merekam berbagai alat musik tradisional Indonesia. Suara dari alat musik tersebut akan digabungkan dengan komposisi musik asli dari Dionysus.
Instrumen alat musik tradisional yang terpilih untuk digunakan antara lain gendang rapai dari Aceh, Gamelan Bali, Serunai Minangkabau, Kecapi Sunda dan berbagai jenis alat tiup tradisional lainnya.
Sedangkan untuk busana, Punarti Indonesia dan Suzuki Tadashi mempercayakan proses pengerjaannya kepada desainer muda Indonesia, Auguste Soesastro. Auguste total mengerjakan tujuh busana. dirinya menggunakan material berupa sutra putih dan kain tenun yang berasal dari beberapa daerah seperti Garut dan Bali.
"Proses pengerjaannya sendiri selama enam bulan," ungkap Auguste.
Baca juga: Penggemar ABBA siap-siap bernostalgia pada teater musikal "Mamma Mia!"
Pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" diadaptasi dari tragedi Yunani kuno, The Bacchae, yang ditulis oleh Euripides dramawan Athena. Lakon ini mengisahkan tentang Dionysus (Dewa Anggur) yang hendak menghukum Pentheus (Raja dari Thebes).
Dionysus memutuskan untuk memikat jiwa para perempuan di Thebes, termasuk ibu dari Pentheus sendiri yang bernama Agave. Pentheus lalu diarahkan untuk datang melihat pesta para perempuan itu di gunung Cithaeron.
Namun, Pentheus tertangkap basah saat sedang diam-diam menonton. Para wanita yang sedang dalam kondisi tidak sadar, termasuk Agave kemudian mencabik-cabik tubuh Pentheus. Agave lalu pergi membawa kepala Pentheus. Ketika sadar, dirinya menemukan anaknya telah mati. Pada saat itu, Agave tersadar bahwa dia telah dijadikan kambing hitam dari pembalasan dendam Dionysus.
Pertunjukan teater kontemporer "Dionysus" telah menyelesaikan pementasan perdananya di Toga Art Park of Toyama Prefecture Jepang pada 24, 25, 31 Agustus dan 1 September 2018. Pertunjukan itu dijuluki sebagai "The Mecca of Theatre".
Terkait tiket untuk pertunjukan teater kontemporer "Dionysus", sudah dapat dipesan dengan mekanisme daring melalui website tiketapasaja.com. Harga termurah yakni Rp200.000 untuk kelas Bronze, Rp400.000 untuk Silver, Rp600.000 untuk kelas Gold dan Rp1.000.000 untuk kelas Platinum. (Editor : Ida Nurcahyani).
Pewarta : Fathur Rochman
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024