Logo Header Antaranews Jateng

Produser film mulai rambah platform digital untuk saluran distribusi karyanya

Rabu, 2 Januari 2019 15:58 WIB
Image Print
Sutradara dan produser film Kimo Stamboel dalam temu media sebelum Gala Premier "DreadOut" di Jakarta, Rabu (2/1/2019). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta (Antaranews Jateng) - Platform digital berupa layanan Over-The-Top (OTT) semakin dilirik oleh para pembuat film sebagai salah satu saluran untuk mendistribusikan karya mereka, tak terkecuali Kimo Stamboel, sutradara dan produser film "DreadOut."

"Banyak para produser film Indonesia yang sudah merambah ke sana," ujar Kimo dalam temu media sebelum Gala Premier "DreadOut" di Jakarta, Rabu.

Hal ini, menurut Kimo, akan mengurangi risiko kerugian yang bisa saja dihadapi pembuat film.

"Masalah risiko pasti selalu ada, cuman sebagai produser risiko itu diperkecil sekecil-kecilnya, jalur distribusi yang memperkecil risiko itu adalah platform digital," kata dia.

Lebih lanjut, Kimo melihat pada 2019 akan banyak rumah produksi yang mulai mengubah strategi mereka dengan memperluas distribusi ke saluran platform digital.

Meski begitu, dia tidak menampik bahwa penjualan tiket masih menjadi "kue" yang dituju para pembuat film.

"Di 2019 kayaknya kebanyakan filmmaker di Indonesia sudah mulai approach-nya seperti itu, karena dari segi investasi lumayan aman, bisa-bisa balik modal duluan sebelum filmnya tayang," kata Kimo.

"Bioskop tetap akan merajai karena orang kan experience nya berbeda kalau nonton di bioskop sama nonton di tv," sambung dia.

Tren ini menurut Kimo juga sejalan dengan jumlah OTT yang mulai banyak bermunculan di Indonesia -- Hooq, Viu, Iflix, Catcthplay bahkan Netflix yang berasal dari Amerika -- yang juga diiringi dengan pertumbuhan penonton streaming.

Kimo mengungkapkan bahwa penjajakan dengan platform digital dapat dilakukan sebelum film dirilis. "Maksudnya bukan berarti kita rilis ke platfrom tersebut, kita kasih film ke distributor terus distributor melihat, mereview film tersebut," ujar dia.

Namun, biasanya penawaran ke saluran platform digital dilakukan setelah film tayang di bioskop. Pemilihan OTT pun berbeda-beda sesuai dengan wilayah, seperti Asia, Asia Tenggara, Timur Tengah, Eropa, Eropa Tengah.

"Menurut saya secara distribusi yang paling terbaik adalah kita jual ke satu OTT dan dijualnya worldwide, udah kita enggak usah mikir lagi," ujar Kimo.

Untuk karya terbarunya, "DreadOut" yang akan tayang perdana di bioskop pada 3 Januari, Kimo mengatakan akan mendistribusikan film yang diadaptasi dari game tersebut di platform digital.

Langkah ini sebenarnya telah dia lakukan untuk karya filmnya terdahulu, film laga yang dibintangi Iko Uwais, "Headshot," yang dirilis pada 2016.

"Hooq, Viu, Netflix dan Iflix itu yang kita saat ini menuju ke sana ketika sudah tayang," kata dia.

Hal senada juga disampaikan produser film "DreadOut" Wida Handoyo bahwa saat ini tengah dalam pembicaraan dengan para OTT. "Kita diskusi untuk mendapat angka terbaik tidak hanya Indonesia tapi juga luar negeri," ujar dia.

Wida juga menambahkan bahwa film "DreadOut" akan masuk ke OTT setelah tiga bulan dari penayangan perdana di bioskop. Selain itu, dia juga mengungkapkan rencana "DreadOut" dijadikan series untuk dirilis di platform digital.

Baca juga: Film "Dreadout" akan tayang 3 Januari 2019

Baca juga: Caitlin Halderman akui peran Linda "Dreadout" sangat menantang

Baca juga: Game DreadOut karya anak negeri akan diangkat ke layar lebar


Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024