Logo Header Antaranews Jateng

Mercedes khawatir terganggu Brexit, rival Ferrari lebih diuntungkan

Selasa, 19 Februari 2019 07:25 WIB
Image Print
Pebalap Mercedes Lewis Hamilton turun di sesi tes pramusim Formula 1 2019 di Sirkuit Barcelona-Catalunya, Senin (18/2/2019) (REUTERS/Albert Gea)
Barcelona (Antaranews Jateng) - Tim Mercedes memiliki kekhawatiran jika kesepakatan Brexit bisa berdampak buruk bagi tim Formula 1 yang berbasis di Inggris itu ketika menjalani musim balapan F1 2019.

Bos tim Mercedes Toto Wolff di sela-sela hari pertama uji pramusim di Sirkuit Barcelona-Catalunya, Senin, mengatakan bahwa pisahnya Inggris Raya dari Uni Eropa adalah mimpi buruk bagi tim, demikian dilaporkan Reuters pada Selasa.

Mercedes, juara lima musim terakhir, memiliki pabrik dan fasilitas operasi mesin performa tingginya di Brackley dan Brixworth yang terletak dekat Sirkuit Silverstone.

Tujuh dari sepuluh tim, termasuk Williams, Renault, Red Bull, dan McLaren juga bermarkas di Inggris. Hanya Ferrari, Toro Rosso dan Alfa Romeo yang markasnya di Eropa daratan.

"Brexit adalah kekhawatiran terbesar kami dan akan menjadi kekhawatiran besar bagi semuanya yang tinggal dan beroperasi di United Kingdom," kata Wolff.

Wollf khawatir Brexit akan mempengaruhi bagaimana mereka mendatangkan bagian-bagian mesin dan layanan jasa lainnya masuk ke Inggris. "Gangguan di perbatasan atau terhadap akses akan sangat merugikan industri Formula 1 di UK."

Walaupun belum ada kejelasan apakah industri balap itu akan terdampak oleh Brexit yang terjadi dengan maupun tanpa kesepakatan dengan Eropa. Wolff bahkan menyebut Brexit "sumber dari segala masalah."

Dengan 39 hari tersisa sebelum Brexit, ratifikasi persetujuan perpisahan Inggris Raya dengan Eropa mandek di parlemen Inggris, sehingga kemungkinan besar Inggris akan meninggalkan Eropa tanpa kesepakatan yang bisa meredam gangguan ekonomi.

Formula 1 musim ini terdiri dari 21 balapan yang dimulai di Australia pada Maret. Selain itu ada satu balapan di Inggris dan delapan lainnya di Benua Eropa termasuk Monako.

Wolff mengatakan bahwa Mercedes memiliki pegawai dari 26 negara yang berbeda, sebagian besar dari Eropa, dan industri otomotif di Inggris bisa dibilang mirip Silicon Valley-nya California yang merupakan pusat inovasi dan keahlian.

Industri otomotif Inggris, seperti dilaporkan Asosiasi Industri Motorsport, memiliki pendapatan sekitar sembilan miliar poundsterling dan memperkerjakan 41.000 orang.

Brexit akan menimbulkan masalah distribusi bagian-bagian kendaraan serta pergerakan orang keluar dan masuk Inggris.

"Itu akan sangat membuat pusing semua tim yang bermarkas di Inggris," kata Wolff.

"Ferrari di Italia, Sauber (Alfa Romeo) di Swiss, mereka akan sangat diuntungkan daripada tim-tim Inggris."

Ferrari mendesain dan membangun sasis mereka di Maranelo serta memasok power unit untuk Alfa Romeo dan Haas.

Baca juga: Mercedes luncurkan mobil balap baru untuk Formula 1 2019
Baca juga: Ferrari luncurkan jet darat baru untuk F1 2019

 

 



Pewarta :
Editor: Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024