TKD Jateng sebut survei Litbang Kompas sudah diberi bumbu politik
Kamis, 21 Maret 2019 18:13 WIB
"Survei adalah sebuah riset akademis, tapi kemudian dibumbui dengan bumbu-bumbu politik sehingga dipersepsikan, sudah diolah agar semangat pendukung Jokowi mentalnya jatuh dan pendukungnya surut," katanya di Semarang, Kamis.
Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas pasangan Capres Jokowi-Ma'ruf turun menjadi 49,2 persen, sedangkan pasangan Capres Prabowo-Sandiaga 37,4 persen dan sebanyak 13,4 persen responden menyatakan rahasia sehingga jarak elektabilitas kedua pasangan capres semakin menyempit menjadi 11,8 persen.
Menurut pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu, jika hasil survei dicermati ada ekstrapolasi elektabilitas di angka 57-61 persen sehingga dirinya menganggap survei yang diolah kemudian dipersepsikan kepada publik agar mengira pasangan Capres Jokowi-Ma'ruf Amin akan kalah pada Pilpres 2019.
Ia mencontohkan hasil survei di Jateng serta Yogyakarta menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 61,6 persen dan itu tidak sesuai kenyataan di lapangan.
Dari survei internal partai yang dilakukan pihaknya, kata Bambang, elektabilitas Jokowi- Amin di Jateng justru mengalami kenaikan terus.
Bahkan dalam survei internal 10 hari lalu, elektabilitas pasangan 01 mencapai 68,8 persen, hasil survei termutakhir bahkan naik di angka 72 persen.
"Itu (survei Litbang Kompas) 100 persen salah, mengolah angkanya salah. Jateng justru naik terus, secara periode tidak pernah turun," katanya.
Bambang Pacul juga mempertanyakan akurasi survei Litbang Kompas terkait pilpres mendatang, sebab pada Pilgub Jateng lalu, pasangan Ganjar-Yasin disebutkan akan meraih suara 79 persen, namun faktanya suara yang diraih 57 persen.
"Bagaimanapun sebuah survei tak bisa dipercaya penuh. Tidak boleh berpegang mati pada survei karena survei hanya alat kita agar bekerja lebih baik lagi," ujarnya.
Ia menambahkan menjelang waktu pemungutan suara Pemiku 2019, upaya pemenangan Jokowi-Amin di Jateng terus dilakukan.
PDIP, lanjutnya, masih mengandalkan pergerakan dari para caleg dan 48 kelompok sukarelawan di Jateng yang telah didaftarkan.
"Pak Jokowi punya sukarelawan yang terus bergerak, sedangkan partai punya pasukan reguler dan non-reguler. Semua terus bergerak," katanya.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024