Logo Header Antaranews Jateng

Pria AS tewas dan istrinya kritis setelah menelan "chloroquine" akuarium

Selasa, 24 Maret 2020 14:05 WIB
Image Print
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menunjukkan kotak berisi obat Chloroquine yang akan diserahkan kepada RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, Sabtu (21/3/2020). Kementerian BUMN menyerahkan sebanyak 1.000 butir Chloroquine kepada RSPI Sulianti Saroso sebagai simbol bahwa pemerintah bergerak untuk menangani penyebaran virus corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras. ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Arizona (ANTARA) - Seorang pria Arizona, Amerika Serikat, tewas dan istrinya dalam kondisi kritis setelah mengonsumsi chloroquine fosfat - produk pembersih akuarium yang mirip dengan obat-obatan yang telah disebut oleh Presiden AS Donald Trump sebagai perawatan potensial untuk infeksi virus corona.

Pasangan itu, yang berusia 60-an, mengalami masalah kesehatan segera setelah menelan obat itu, zat tambahan yang digunakan di akuarium untuk membersihkan tangki ikan, menurut Rumah Sakit Banner Health di Phoenix.

Chloroquine fosfat memiliki bahan aktif yang serupa dengan obat malaria yang oleh Presiden Trump disebut-sebut efektif untuk mengatasi COVID-19, penyakit yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus corona.

Pada Sabtu, Trump mencuit tentang kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin. Ia mengatakan kombinasi itu memiliki "peluang nyata untuk menjadi salah satu pengubah kondisi terbesar dalam sejarah kedokteran."

Baca juga: Luhut: "Lockdown" masih dalam kajian

Ahli penyakit menular utama negara itu, Anthony Fauci, mengabaikan klaim itu, dengan mengatakan terapi itu harus diuji untuk memastikan keamanan dan kemanjurannya.

"Chloroquine, obat malaria, tidak boleh dicerna untuk mengobati atau mencegah virus ini," kata Banner Health dalam sebuah pernyataan, Senin.

Baca juga: RSUP Dr Sardjito: Istri mendiang guru besar UGM negatif COVID-19

Virus corona, yang menyebabkan penyakit pernapasan COVID-19 yang sangat menular, muncul pada Desember di Wuhan, China dan telah menyebar ke seluruh dunia.

Saat ini tidak ada vaksin atau perawatan yang disetujui untuk penyakit ini, tetapi para peneliti sedang mempelajari metode perawatan yang ada dan melakukan percobaan. Saat ini, sebagian besar pasien hanya dapat menerima perawatan pendukung.

"Mengingat ketidakpastian seputar COVID-19, kami memahami bahwa orang-orang berusaha menemukan cara baru untuk mencegah atau mengobati virus ini, tetapi caranya bukan dengan mengobati sendiri," kata Dr. Daniel Brooks, Direktur Pusat Informasi Obat dan Racun Banner.

Brooks mendesak komunitas medis untuk tidak meresepkan obat chloroquine kepada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.

"Hal terakhir yang kami inginkan saat ini adalah unit gawat darurat kami dibanjiri dengan pasien yang percaya mereka menemukan solusi yang kabur dan berisiko yang berpotensi membahayakan kesehatan mereka."

Sumber: Reuters


 

Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024