Logo Header Antaranews Jateng

Cahaya di ujung lorong gelap

Kamis, 8 Oktober 2020 10:05 WIB
Image Print
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan tanda suntik vaksin di Puskesmas Garuda, Kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/8/2020). Ridwan Kamil mendapatkan penyuntikan pertama sebagai relawan pada uji klinis tahap III vaksin COVID-19 Sinovac ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Semarang (ANTARA) - Sejak ditemukannya kasus COVID-19 di Indonesia pada awal Maret 2020, wabah virus corona jenis baru tersebut terus menebar ancaman berbahaya di Indonesia.

Sampai 7 Oktober 2020, lebih dari 315 ribu orang Indonesia terinfeksi virus berbahaya ini.  Lebih dari 11 ribu WNI meninggal dunia. Virus ini juga menjadi penyebab 130 dokter wafat. Belum termasuk tenaga medis dan pekerja rumah sakit. Sebanyak 63.951 orang dirawat, sedangkan yang sembuh tercatat 240.291 orang.

Virus tersebut juga menyebabkan banyak tokoh dunia terinfeksi. Terakhir adalah Presiden AS Donald Trump beserta istrinya, yang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Setelah dirawat 3 hari di RS, Trump akhirnya diperbolehkan meninggalkan RS dan pada Kamis (8/10) dilaporkan mulai berkantor di Gedung Oval. 

Baca juga: Presiden Jokowi tandatangani Perpres vaksin COVID-19

Pertambahan jumlah kasus positif harian di Indonesia sampai saat ini cenderung stabil tinggi, dalam kisaran 4.000-an. Namun, di tengah masih tingginya angka penularan, kini ada secercah kabar gembira. 

Selain kemajuan uji coba pada manusia atas vaksin di Indonesia, sekarang ini sejumlah obat sudah mendapat persetujuan untuk digunakan pada pasien level sedang dan berat.

BMUN Kimia Farma, seperti dilaporkan media, sudah mampu memproduksi Favipiravir yang dapat digunakan untuk pengobatan pasien COVID–19. Begitu pula BUMN Indofarma menyatakan siap memasarkan obat Remdesivir dengan nama dagang Desrem. Obat ini diproduksi Mylan Laboratories Limited atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City, USA.

BUMN Bio Farma dengan pengadaan bulk bahan aktif vaksin dari Sinovac. PT Kimia Farma Tbk juga menunggu hasil kerja sama dengan perusahaan dari Abu Dhabi, G42 untuk pengadaan vaksin ke Indonesia.

BUMN Bio Farma juga menunggu hasil uji klinis dari vaksin lain seperti dari AstraZeneca, CanSInoBIO, dan Novavax.

Pemerintah menargetkan akhir 2020 atau awal 2021 sudah tersedia sekitar 30 juta vaksin. Adapun sasaran utama dari vaksin adalah tenaga medis, petugas berisiko seperti polisi, hingga warga lansia yang rentan terinfeksi COVID-19.

Untuk bisa menjangkau sekitar 270 juta penduduk Indonesia, memang butuh waktu lama. Selain besarnya jumlah penduduk, sebaran dan kondisi geografis Indonesia juga menjadi kendala. 

Melihat kemajuan uji coba vaksin yang kini memasuki uji tahap akhir dan adanya obat-obatan yang terbukti bisa menyembuhkan pasien COVID-19, rasanya masyarakat sudah mulai ada setitik cahaya di ujung lorong gelap yang sudah menyelimuti lebih dari 7 bulan bangsa ini. 

Kendati demikian, seraya menunggu ujung cahaya kian membesar, protokol kesehatan tetap wajib dipatuhi terutama pakai masker secara benar, jaga jarak aman minimal 2 meter, sering cuci tangan, hingga menerapkan pola hidup sehat.***

Baca juga: GlaxoSmithKline optimistis vaksin COVID-19 tersedia pada 2021
Baca juga: Trump tolak standar ketat BPOM AS untuk vaksin COVID-19

 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024