Kata dokter tentang sensasi bengkak di wajah setelah divaksin COVID-19
Rabu, 30 Desember 2020 10:28 WIB
Vaksin COVID-19 dari Moderna menyebabkan pembengkakan wajah sementara pada dua peserta penelitian, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Dua peserta ini ternyata baru saja menjalani prosedur filler pada wajah mereka.
Kepala strategi Koalisi Aksi Imunisasi di Amerika Serikat (IAC), Dr. Litjen Tan mengatakan reaksi ini tidak perlu dikhawatirkan karena bukti dari sistem kekebalan yang mulai bekerja.
"Ini tercermin dalam reaksi sistemik yang kami lihat satu atau dua hari seperti demam ringan. Respon imun yang sama juga dapat bereaksi terhadap tampalan kosmetik (filler) karena akan dilihat sebagai 'benda asing' (berbicara secara imunologis)," kata dia seperti dilansir dari Insider, Rabu.
Baca juga: Swiss restui vaksin COVID Pfizer-BioNTech
Baca juga: Yang harus Anda tahu soal efek samping vaksin COVID-19
Peradangan yang terlihat pada kedua pasien itu adalah reaksi kekebalan alami terhadap zat yang tidak alami di dalam tubuh.
Ini mungkin terdengar menakutkan, terutama bagi orang-orang pernah mendapatkan suntikan botox dan pengisi bibir. Tetapi para ahli mengatakan hal ini seharusnya tidak menghalangi pasien untuk divaksin.
"Satu hal yang perlu diketahui adalah individu dengan respons ini setelah vaksinasi bisa diobati dengan steroid dan antiperadangan tanpa hasil yang merusak jangka panjang," ungkap pakar virologi dan profesor Mikrobiologi di Iowa State University, Dr. David Verhoeven.
Jika Anda ternyata baru saja mendapatkan suntikan filler, para ahli menyarankan Anda untuk berbicara dengan dokter sebelum akhirnya divaksin COVID-19.
"Saya pasti akan menyarankan agar orang tersebut memberi tahu penyedia layanan kesehatan bahwa mereka mendapat suntikan kulit sehingga perawatan kesehatan menyadari potensi reaksi yang merugikan," demikian kata Verhoeven.
Baca juga: FAA setujui penggunaan vaksin COVID Moderna bagi para pilot
Baca juga: Vaksinolog : Manfaat vaksinasi lebih banyak dibanding efek sampingnya
Baca juga: Tak ada efek saat uji klinis, Sinopharm izin pasarkan vaksin COVID-19
Kepala strategi Koalisi Aksi Imunisasi di Amerika Serikat (IAC), Dr. Litjen Tan mengatakan reaksi ini tidak perlu dikhawatirkan karena bukti dari sistem kekebalan yang mulai bekerja.
"Ini tercermin dalam reaksi sistemik yang kami lihat satu atau dua hari seperti demam ringan. Respon imun yang sama juga dapat bereaksi terhadap tampalan kosmetik (filler) karena akan dilihat sebagai 'benda asing' (berbicara secara imunologis)," kata dia seperti dilansir dari Insider, Rabu.
Baca juga: Swiss restui vaksin COVID Pfizer-BioNTech
Baca juga: Yang harus Anda tahu soal efek samping vaksin COVID-19
Peradangan yang terlihat pada kedua pasien itu adalah reaksi kekebalan alami terhadap zat yang tidak alami di dalam tubuh.
Ini mungkin terdengar menakutkan, terutama bagi orang-orang pernah mendapatkan suntikan botox dan pengisi bibir. Tetapi para ahli mengatakan hal ini seharusnya tidak menghalangi pasien untuk divaksin.
"Satu hal yang perlu diketahui adalah individu dengan respons ini setelah vaksinasi bisa diobati dengan steroid dan antiperadangan tanpa hasil yang merusak jangka panjang," ungkap pakar virologi dan profesor Mikrobiologi di Iowa State University, Dr. David Verhoeven.
Jika Anda ternyata baru saja mendapatkan suntikan filler, para ahli menyarankan Anda untuk berbicara dengan dokter sebelum akhirnya divaksin COVID-19.
"Saya pasti akan menyarankan agar orang tersebut memberi tahu penyedia layanan kesehatan bahwa mereka mendapat suntikan kulit sehingga perawatan kesehatan menyadari potensi reaksi yang merugikan," demikian kata Verhoeven.
Baca juga: FAA setujui penggunaan vaksin COVID Moderna bagi para pilot
Baca juga: Vaksinolog : Manfaat vaksinasi lebih banyak dibanding efek sampingnya
Baca juga: Tak ada efek saat uji klinis, Sinopharm izin pasarkan vaksin COVID-19
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor:
Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024