KKP apresiasi pengelolaan ikan sidat di Kabupaten Cilacap
Rabu, 22 Desember 2021 19:28 WIB
"Kami juga ada poin tersendiri bagaimana di dalam aksi nasional memberikan apresiasi sekaligus pendampingan pembinaan kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang melakukan ini dengan sebaik-baiknya," kata Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Pamuji Lestari di Cilacap, Jawa Tengah, Rabu sore.
Dia mengatakan hal itu saat memberi sambutan dalam acara audiensi Tim KKP serta Kepala Perwakilan Food and Agricuture Organization (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal dengan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji di Ruang Gadri, Rumah Dinas Bupati Cilacap.
Menurut dia, budi daya sidat di Kabupaten Cilacap mulai dirintis sejak tahun 2018 oleh tim yang dipimpin Kepala Pusat Riset Perikanan (Kapusrikan) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) KKP Yayan Hikmayani.
"Embrionya tahun 2018 dan FAO mulai turun (di Cilacap) tahun 2020. Jadi baru berjalan setahun sebetulnya, tetapi mari kita lihat bersama besok (23/12), kita melihat dan memberikan apresiasi kepada Pak Bupati yang sudah luar biasa, bisa memberikan suatu pendampingan juga motivasi dan pembelajaran kepada petani sidat, sehingga bisa menangkap dan mengolah sidat serta membudidayakan secara berkelanjutan," katanya.
Dalam hal ini, Tim KKP bersama FAO Perwakilan Indonesia dan Timor Leste serta Pemeritah Kabupaten Cilacap akan melakukan kunjungan lapangan di Kampung Sidat, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, pada hari Kamis (23/12).
Sementara itu, Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal juga memberikan apresiasi atas keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budi daya sidat.
"Satu kampung, satu ikan (satu jenis ikan yang dibudidayakan, red.). Ini sangat bagus sekali," katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan terima kasih kepada Kapusrikan BRSDMKP KKP Yayan Hikmayani yang telah memimpin proyek pengembangan budi daya sidat di Cilacap.
Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji mengakui banyak peneliti yang datang ke Cilacap untuk meneliti tempat pemijahan sidat di Segara Anakan yang airnya payau merupakan pertemuan air Sungai Citanduy dan sejumlah sungai lainnya dengan air laut.
"Para peneliti mengatakan ini tempat pemijahan sidat. Sungai Citanduy bertemu dengan air laut, sehingga menjadi payau dan sidat berada di sana," katanya.
Selain itu, kata dia, banyak pula permintaan terhadap bibit sidat dari Cilacap, sehingga pihaknya berhadap adanya upaya pembesaran ikan tersebut agar memiliki nilai tambah.
Ia mengaku sempat terkejut ketika makan sidat di salah satu restoran di Jakarta, harga ikan tersebut mencapai Rp1,5 juta atau jauh dari harga di tingkat petani.
Oleh karena itu, dia pun memotivasi petani sidat di Cilacap untuk membudidayakan ikan tersebut karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Baca juga: Sidat Mencuri Perhatian Pembudi Daya Ikan Banyumas
Baca juga: Anggota PGRI Banyumas Belajar Membudidayakan Ikan Sidat
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2024