Logo Header Antaranews Jateng

Warga Kabupaten Magelang gelar tradisi gerebek ketupat

Sabtu, 7 Mei 2022 22:10 WIB
Image Print
Warga berebut ketupat dalam tradisi Gerebek Ketupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022) ANTARA/Heru Suyitno
Magelang (ANTARA) - Warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, menggelar tradisi gerebek ketupat, setelah dua kali Lebaran sebelumnya kegiatan ini ditiadakan karena pandemi COVID-19.

"Gerebek ketupat ini tradisi di kampung kami setiap bulan Syawal, kegiatan ini sebenarnya budaya yang setiap kampung itu ada, yaitu halalbihalal," kata Ketua Panitia Gerebek Ketupat Gepeng Nugroho di Magelang, Sabtu.

Gepeng mengatakan bahwa berhubung sekarang kondisi sudah mulai membaik, mudah-mudahan nanti terus membaik, maka gerebek ketupat yang sudah dua tahun vakum dibangkitkan kembali.

Gerebek ketupat ini dihadiri ratusan warga untuk memperebutkan ketupat yang berisi uang. Setelah kegiatan gerebek ketupat dilanjutkan gelar kesenian.

"Acara halalbihalal kami simbolkan dengan mengumpulkan warga dengan acara gerebek ketupat ini. Menggunakan media ketupat, lalu gunungan, kemudian digerebek, secara filosofinya adalah simbol ketupat atau kupat itu adalah mengaku lepat atau salah," katanya.

Kemudian dibuat gunungan yang melambangkan bahwa setiap individu itu mempunyai banyak tumpukan dosa/kesalahan.

"Di situ mengingatkan untuk kebersamaan dan terus terjaganya ukhuwah Islamiyah dan terus terjaganya kerukunan dalam masyarakat. Mari mengakui bersama-sama kesalahan dan sama-sama menggerebek atau meruntuhkan kesalahan atau dosa masing-masing dengan berebut ketupat," katanya.

Ia menjelaskan, secara teknis untuk memberikan stimulan kepada masyarakat melakukan "gerebekan" itu di setiap ketupat diberikan uang sebagai rasa syukur masyarakat, mulai dari pecahan Rp1.000, Rp2.000 hingga Rp100.000 yang dimasukkan dalam ketupat yang isinya beragam.

Menurut dia, jumlah ketupat sekitar 1.500 sampai 2.000 buah, semua berisi uang.

"Ketika ketupat itu dibuat panitia, kemudian oleh panitia ketupat kosong itu diedarkan ke masyarakat untuk mengisi uang yang jumlahnya tidak sama antarkeluarga, tergantung permintaan karena masing-masing mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

"Ada yang minta sampai puluhan ketupat tetapi ada yang hanya beberapa ketupat tetapi nilai uangnya besar-besar. Ketupat diedarkan Jumat (6/5) dan masyarakat bebas untuk mengisinya, yang penting ikut berpartisipasi untuk kebersamaan," katanya.

Prosesi gerebek ketupat diawali dengan mengusung gunungan ketupat dari Halaman Masjid Darussalam kemudian berkeliling Dusun Dawung dan berakhir di sebuah lapangan dan selanjutnya dilakukan gerebek atau berebut ketupat.

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024