Logo Header Antaranews Jateng

Antisipasi penyebaran PMK, Disnakkan Boyolali semprot disinfektan di pasar hewan

Rabu, 18 Mei 2022 11:30 WIB
Image Print
Petugas Disnakkan Boyolali saat mengecek kesehatan hewan ternak sapi yang terjangkit PMK di Desa Singosari, Mojosongo, Boyolali. ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, menyebutkan, untuk mengantipasi penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di wilayahnya, dengan melaksanakan penyemprotan disinfektan di pasar-pasar hewan.

Pihaknya selain menangani dengan pengobatan ternak yang positif, juga melanjutkan melaksanakan penyemprotan disinfektan di pasar-pasar hewan di Boyolali sebagai langkah antisipasi penyebaran virus PMK, kata Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati, di Boyolali, Rabu.

"Kami sebelumnya bersama PMI Boyolali melaksanakan penyemprotan disinfektan di Pasar Hewan Jelok Cepogo dan Pasar Hewan Sunggingan Boyolali. Penyemprotan akan dilanjutkan di lima pasar hewan lainnya seperti Pasar Hewan Simo bersamaan waktu pasaran ternak di daerah itu," kata Lucia.

Menurut Lucia dengan kegiatan penyemprotan disinfektan di pasar hewan tersebut diharapkan lebih efektif dapat mencegah adanya penularan virus PMK di wilayah ini.

Dia mengatakan kondisi 21 ekor ternak sapi dan kambing yang positif PMK di Desa Singosari Mojosongo dan Ngenden Ampel Boyolali beberapa waktu lalu perkembangan sudah baik dan masih tetap dilakukan pengobatan serta isolasi.

"Tiga ekor kambing dan tiga ekor sapi di Desa Ngenden Ampel yang positif PMK kondisinya sudah dinyatakan sembuh, tetapi tetap masih diisolasi. Sedangkan, 15 ekor sapi di Desa Singosari Mojosongo perkembangannya sudah semakin membaik," katanya.

Disnakkan hingga saat ini, kata dia, belum ada laporan lagi dari petugas di daerah adanya indikasi PMK pada hewan ternak. Pihaknya berharap tidak ada lagi kasus PMK di Boyolali. Kasus PMK cukup hanya di Desa Singosari dan Ngenden saja yang langsung ditangani dengan cepat.

Kendati demikian, pihaknya mencatat populasi hewan sapi di Boyolali tahun ini, mencapai 202 ribu ekor tersebut. Karena, mendekati Idul Adha kebutuhan masyarakat untuk hewan kurban akan meningkat. Namun, pihaknya menjamin stok hewan sapi menjelang Hari Raya Kurban masih mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Kebutuhan hewan kurban khusus ternak sapi di Boyolali 2021 pada masa pandemi mencapai 3.663 ekor. Namun, kondisi pandemi yang sudah semakin membaik ini, diperkirakan kebutuhan hewan ternak akan meningkat. Namun, stok hewan sapi masih aman," katanya.

Terpisah, Tumar (50), salah satu pedagang hewan ternak sapi asal Selo Boyolali, harga hewan sapi untuk kurban bervariasi mulai Rp20 juta/ekor, Rp25 juta/ekor hingga Rp30 juta/ekor. Harga itu, atau naik sekitar Rp2 juta dibanding Hari Raya Kurban pada 2021.

Tumar mencontohkan harga hewan sapi hidup untuk kurban Rp25 juta dengan berat badan ternak rata-rata sekitar 450 kg dan harga sapi hidup rata-rata sekitar Rp55 ribu/kg dengan harga daging sekitar Rp130 ribu/kg.

Menyinggung soal kasus penyebaran PMK pada hewan ternak, kata Tumar, pedagang selalu berhati-hati dengan mengecek kesehatan hewan ternak yang bakal dibeli atau dijual untuk kebutuhan hewan kurban.
.

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024