Logo Header Antaranews Jateng

15 desa di Purbalingga rawan kekeringan ekstrem

Selasa, 7 Juni 2022 17:42 WIB
Image Print
Arsip foto - Petugas BPBD Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang kesulitan memperoleh air bersih pada musim kemarau tahun 2019. ANTARA/HO-BPBD Purbalingga
Purbalingga (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menyiapkan bantuan air bersih sebagai antisipasi bencana kekeringan pada musim kemarau tahun 2022.

"Berdasarkan informasi dari BMKG, Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang tingkat kekeringannya diprakirakan rendah atau musim kemaraunya pendek," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga Umar Fauzi di Purbalingga, Selasa.

Dalam hal ini, kata dia, musim hujan di Kabupaten Purbalingga diprakirakan akan berlangsung hingga dasarian (10 hari, red.) ketiga bulan Juli 2022.

Selanjutnya, curah dan intensitas hujan di Kabupaten Purbalingga berkurang seiring dengan datangnya musim kemarau.

"Mudah-mudahan kekeringannya tidak se-ekstrem tahun 2020 karena sifat musim kemarau tahun ini kemarau yang basah," katanya.

Kendati demikian, Umar mengatakan pihaknya telah mengantisipasi dengan persiapan bantuan logistik berupa air bersih untuk disalurkan kepada masyarakat yang kekurangan air.

Selain itu, pihaknya juga menyiagakan personel Pengendalian dan Operasional (Dalops) BPBD Kabupaten Purbalingga termasuk armada tangki untuk mendistribusikan bantuan air bersih.

"Kalau memang terjadi kekeringan, kami siap 24 jam untuk menyalurkan bantuan air bersih," katanya.

Menurut dia, hal itu disebabkan di Purbalingga terdapat 15 desa yang rawan kekeringan ekstrem.

"Kalau kemaraunya basah, tidak sampai 15 desa, mungkin 4-5 desa saja, Insya Allah," katanya menegaskan.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya siap menyalurkan bantuan air bersih berapapun yang dibutuhkan masyarakat.

Disinggung mengenai alokasi anggaran untuk bantuan air bersih, dia enggan menyebutkan secara pasti karena tidak dialokasikan secara khusus.

"Kami menggunakan anggaran Belanja Tidak Terduga. Kami menyesuaikan saja, fleksibel saja," kata Umar. 

 

Pewarta :
Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2025