Brida Jateng dorong pembangunan tepat dan efektif
Kamis, 21 September 2023 11:02 WIB
“Ada 73 paper dari total 173 paper yang telah dipilih yang kemudian dipaparkan dalam seminar internasional,” kata Kepala Brida Jateng Mohamad Arief Irwanto pada The 5th Geoplanning International Converence dengan tema Aplikasi GIS dan Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Kota Pintar dan Wilayah di Era Pasca Pandemi di Kota Surakarta, Rabu.
Ia menyebut puluhan karya tulis tersebut sesuai dengan persoalan-persoalan kewilayahan yang ada di Jateng, mulai dari persoalan pertanian, kebencanaan, tata ruang hingga masalah pemukiman. Menurut dia, dengan riset dan teknologi memungkinkan data-data yang dijadikan dasar pengambilan kebijakan lebih presisi dan basis pemetaan dengan citra satelit memiliki cakupan lebih luas.
“Pemetaan manual rasanya sudah tak memungkinkan serta menghabiskan banyak waktu dan biaya," ujarnya. Arief menyebut pentingnya pemetaan kewilayahan untuk pemenuhan bahan pangan bagi penduduk karena untuk menangani ketahanan pangan membutuhkan data tata ruang. “Jika saat ini panen 6 ton per hektare bisa jadi akan kurang untuk tahun-tahun depan. Alasanya jumah penduduk terus meningkat, begitu juga dengan manajemen disaster juga diperlukan data yang tepat untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan penanggulangannya,” katanya.
Hasil riset ini didiseminasikan dan akan dilakukan pembahasan pada kelompok-kelompok kecil untuk kemudian diterapkan masing-masing organisasi perangkat daerah. Pada seminar internasional itu menghadirkan sejumlah peneliti dari beberapa perguruan tinggi di berbagai negara seperti Prof Josaphat TS Sumantyo (Chiba University Jepang), Dr Soheil Sabri (Melbourne University Australia), Dr K Hisyam bin Kamarudin (University of Technology Malaysia), Prof Imam Buchori (Universitas Diponegoro Semarang).
Ketua Pelaksana Seminar Internasional Akmal Afif menambahkan, seminar ini rutin dilaksanakan pihaknya dengan tujuan mewujudkan peta satu data di Jateng. “Saat ini dipilih 73 paper, diantaranya ada 43 penelitian periset di Jateng,” ujarnya.
Sementara itu, dalam paparannya Prof Josaphat TS Sumantyo dari Chiba University Jepang mengatakan saat ini masih ada 25 juta bidang tanah di Indonesia belum terukur dan 85 juta bidang belum terdaftar. Untuk mempercepat pendataan maka diperlukan teknologi, salah satunya dengan pemetaan karakteristik resolusi tinggi. "Itu diperlukan karena ada wilayah-wilayah yang sering tertutup awan. Dengan teknologi bisa mendeteksi gedung di Surabaya dari Jakarta," katanya.
Baca juga: Brida Jateng dorong pembangunan tepat dan efektif
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024