Berkat KUR BRI produsen keripik kulit ikan "Rafins Snack" mendunia
Kamis, 6 Juni 2024 13:27 WIB
Dia adalah Ravie Cahya Ansor, lelaki muda yang bermukim di Pringsewu, Lampung. Pada tahun 2018, Ravie mengamati camilan fish skin atau keripik kulit ikan buatan Singapura sangatlah laris, meski harganya tidak murah untuk masyarakat Indonesia.
Ia lantas membuatkan versi lokal, dengan bahan kulit ikan yang dibeli dari Tanjung Bintan, Lampung. Bumbu tambahan juga buatan lokal, sedangkan seasoning dibeli dari Banten. Hasilnya dikemas dengan label “Rafins Snack”.
Lelaki yang menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) serta sektor Research and Development (R&D) Rafins Snack itu memasarkan produknya seharga Rp23.000 per kemasan 70 gr.
Menyimak kondisi permodalan serta melakukan serangkaian riset, Ravie mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Ada pun peruntukan nominal kredit yang dikucurkan KUR tersebut dibaginya ke berbagai pos dalam manajemen bisnisnya, seperti biaya perizinan, marketing, sampai pengadaan fasilitas pembuatan produk.
“Angka tertinggi justru di sektor perizinan, antara lain seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kami mengejar pengesahan ini, karena penting untuk menunjukkan kualitas produk. Selanjutnya, untuk produksi, kebutuhan biaya lebih fleksibel,” ujar Ravie.
Dari produk utama andalan fish skin, Rafins Snack pun melebarkan sayap ke berbagai produk. Yaitu Banana Choco, Banana Cheese, Taro Talas, Potato, Cassava Singkong, sampai Kripik Nangka. Di antara produk yang bercitarasa gurih, salted egg sebagai seasoning andalan Rafins Snack disertakan.
Dalam penjualan produknya di dalam negeri, Ravie memasarkan ke area Jabodetabek, Malang, Surabaya, dan Medan. Sedangkan pasar ekspor merambah Turki, Mesir, Kanada, serta Malaysia. Yang terbaru adalah permintaan dari Oslo (Norwegia) dan Den Haag (Belanda).
“Terbukanya peluang ekspor ini melalui dua cara. Yaitu kami bawa sendiri, antara lain saat mengikuti pameran antara lain bersama KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) dan Athan (Atase Pertahanan). Sehingga sudah terbentuk pasarnya, antara lain di Mesir mulai 2022. Lainnya adalah lewat diaspora warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Baik yang kami kirimkan ke sana mau pun beli putus,” lanjutnya.
Terkait omzet dan penjualan, Ravie Cahya Ansor menyatakan bahwa penjualan saat pandemi COVID-19 tergolong membanggakan.
“Bila estimasi penjualan kami di masa normal adalah 7.000 – 10.000 pieces per bulan, maka saat pandemi bisa melonjak dua sampai tiga kali kondisi normal. Kini kami berada dalam kondisi normal, akan tetapi tetap semangat memasarkan dan melakukan kreasi untuk pemasaran atau penjualan sehingga meningkat kembali. Termasuk mengadakan perluasan pasar,” ungkap Ravie.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan BRI selalu konsisten dalam memberikan dukungan permodalan bagi pelaku UMKM dan memberikan pendampingan usaha dalam pengembangan produk hingga upaya digitalisasi pelaku UMKM.
“Kisah produsen sekaligus pelaku UMKM keripik kulit ikan ini menjadi salah satu contoh bagaimana pembiayaan yang diberikan serta pendampingan usaha yang kami berikan dapat mendorong kapasitas usaha pelaku UMKM’’, ujar Supari.
Seperti diketahui, BRI merupakan perbankan di Indonesia yang menjadi penyalur KUR terbesar, yang setiap tahunnya terus meningkat. Sepanjang Januari hingga April 2024, BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp59,96 triliun kepada 1,2 juta debitur. Pencapaian tersebut setara 36% dari target penyaluran KUR yang dibreakdown oleh pemerintah kepada BRI di tahun 2024 yakni sebesar Rp165 triliun.
Pewarta : rilis
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024