Kisah Warung Makan Selera Jenderal di Demak, berawal dari celetukan pelanggan
Kamis, 31 Oktober 2024 10:27 WIB
Karena diperlakukan bak raja, pelanggan pun kerap memberi hadiah ke pelayan. Hadiahnya boleh jadi melampaui nilai uang. Bisa berupa sesuatu yang menjadi inspirasi untuk meningkatkan cita rasa makanan serta memberikan label warung makan dengan nama-nama yang unik.
Itulah yang dirasakan pemilik sebuah warung makan sederhana.
Siapa sangka, warung makan berukuran 3x6 meter di tepi sungai di Desa Brambang, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, itu kini berkembang menjadi besar dan pelanggannya datang dari berbagai kalangan.
Keberhasilan Sumami, 48 tahun, pemilik "Warung Makan Selera Jenderal", hingga warungnya menjadi besar, diawali dari membuat warung makan untuk mengisi waktu luang setelah bersama suaminya, Imam Sugiman, pensiunan Dinas Perhubungan Kota Semarang pada tahun 2012, memutuskan pindah ke Kabupaten Demak.
Meskipun suaminya memiliki bengkel sepeda motor berukuran kecil, Sumami, yang tidak punya kesibukan kala itu, minta dibuatkan warung makan berukuran kecil di tepi sungai, tepat di tepi jalan alternatif dari Mranggen menuju Kota Demak.
Awal berdiri pada November 2013, warung makan di tepi sungai itu hanya menyajikan soto, gulai, dan nasi rames, sedangkan minuman yang disajikan juga hanya es teh dan es jeruk.
Karena lokasinya di tepi jalan dan kala itu juga jauh dari permukiman penduduk sehingga masih sepi, sedangkan konsumen terbesarnya merupakan warga yang melintasi jalan tersebut.
Beruntung jalur tersebut menjadi rute favorit para penggemar sepeda ontel dari berbagai daerah sehingga komunitas gowes dari berbagai daerah juga melintasi warung yang awalnya dinamai "Warung Dahar Mantap" itu.
Karena lokasi dekat warung juga terdapat pepohonan yang masih rindang, banyak pesepeda yang berhenti sejenak. Mengetahui ada warung makan, akhirnya banyak yang mampir sekadar minum es tes maupun es jeruk untuk menghilangkan dahaga sambil melepas lelah di tepi sungai.
Berawal dari minum es tes atau es jeruk, akhirnya banyak yang tertarik mencoba menu masakan yang disajikan dengan andalan, kala itu soto dan gulai.
Pelanggan menjadi inspirator sudah dirasakan Sumami sejak awal warung makan tersebut berdiri dan memiliki pelanggan tetap.
Berawal dari obrolan dengan pesepeda asal Semarang yang mampir bersama 13 temannya, pegowes itu nyeletuk mengusulkan nama soto sapi yang dinilai cukup nikmat dengan nama "Soto Sapi Jelly" alias soto sapi jejer kali (berdekatan dengan sungai).
Sumami pun tanpa berpikir panjang langsung mengamini usulan tersebut sehingga tulisan menu soto pun berubah menjadi "Soto Sapi Jelly".
Berkat pelanggannya pula, warung makan itu juga mudah ditemukan via Google Map karena didaftarkan oleh pelanggannya yang penyuka bersepeda yang kebetulan mampir untuk makan pada tahun 2014.
Lalu, pehobi bersepeda yang mampir semakin banyak dari berbagai komunitas. Akhirnya, warung makan diperluas setelah mendapatkan bantuan modal. Dari semula warung makan bernama "Warung Makan Dahar Mantap" hanya berukuran 3x6 meter, kemudian diperluas menjadi 3x12 meter. Menu makanan pun bertambah, termasuk adanya mangut "endas" manyung atau kepala ikan manyung.
Sementara jam bukanya dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Bahkan, saat pandemi COVID-19, warungnya justru ramai pembeli dari berbagai daerah, terutama dari Kota Semarang yang kala itu banyak warung makan yang tutup sehingga dirinya mendapatkan berkah karena pukul 10.00 WIB terkadang semua menu masakan sudah habis terjual.
Jika sebelumnya warungnya menjadi favorit para pegowes dari berbagai daerah, aparat berseragam cokelat pun ikut merasakan lezatnya masakan ibu tiga anak itu. Padahal, semua menu masakan yang ditawarkan hasil kreasinya sendiri untuk mengolah aneka menu kuliner agar para pelanggan merasakan kenikmatan melahap aneka kuliner yang disajikan.
Dari sekian banyak anggota Kepolisian yang mampir ke warungnya, tak hanya berpangkat kopral, termasuk para pejabat tinggi di Kepolisian Resor Demak juga ikut mencicipi masakan Sumami yang mengolah aneka bumbu dan bahan dengan kreativitasnya.
Selera jenderal harga kopral Menu mangut kepala ikan manyung hasil kolaborasi aneka rempah mulai dari bawang merah, bawah putih, kemiri, kunyit, kencur, jahe, tomat, daun salam, serta cabai "setan" yang memunculkan rasa gurih dan pedas itu ternyata juga disukai banyak pelanggan.
Penyajian kepala ikan manyung dengan kuah mangut itu hingga membuat salah satu anggota kepolisian yang jajan di warung menceletuk, "ini masakan selera jenderal dengan harga kopral".
Tanpa menunggu lama, "Warung Makan Dahar Mantap" itu akhirnya diubah menjadi "Warung Makan Selera Jenderal".
Saking banyaknya pelanggan dari berbagai daerah, akhirnya muncul ide dari Sumami untuk memanfaatkannya sebagai media promosi dengan mendokumentasikan setiap pelanggan yang mampir secara rombongan, lantas dibuatkan pigura dan ditempel di dinding warung.
Strategi itu sungguh jitu karena menjadi daya tarik pelanggan untuk jajan ke warung makannya. Ketika mampir ke warung yang dari luar tampak sederhana itu, akan menjumpai deretan komunitas pesepeda dan orang-orang penting yang mampir untuk mencicipi aneka masakan yang disajikan.
Menu andalan, mangut kepala ikan manyung pun kian menjadi primadona karena setiap hari bisa menghabiskan antara 25--30 kilogram kepala ikan manyung. Adapun bahan baku ikan kepala manyung dipasok oleh pedagang dari Rembang yang datang langsung ke warungnya.
Harga jual mangut kepala ikan manyung per porsi bervariasi, tergantung ukuran. Namun untuk ukuran kecil hanya Rp30.000 sudah mendapatkan nasi putih dan es teh. Adapun menu lainnya, seperti soto sapi Rp10.000 per porsi, gulai sapi Rp25.000, dan opor ayam Rp35.000. Untuk minuman, harganya setara dengan warung lainnya.
Jadi binaan Pertamina Mengetahui potensi warung makannya bisa dikembangkan menjadi lebih besar dan lebih baik, Sumami memberanikan diri mengajukan warungnya sebagai mitra binaan PT Pertamina dengan harapan mendapatkan kemudahan akses pinjaman modal usaha.
Akhirnya ia berhasil memperoleh pinjaman Rp60 juta untuk membangun warung makan di tanah sendiri, yang kebetulan jarak dari warung makan yang lama hanya 50-an meter.
Kepindahannya bertepatan dengan adanya normalisasi sungai sehingga warung makannya juga harus dibongkar. Akhirnya pada tahun 2021 pindah dengan bangunan yang lebih baik dengan area parkir lebih luas.
Sebagai mitra binaan, dia juga mendapatkan bimbingan dari PT Pertamina, mulai dari cara menjaga kebersihan, menata tempat duduk pembeli, sirkulasi udara, pengelolaan keuangan, hingga penataan fasilitas toilet harus dibuat berjarak demi menjaga kenyamanan pembeli yang makan di tempat.
Warung Makan "Selera Jenderal" itu pun mendapatkan hibah senilai Rp30 juta dari PT Pertamina yang diberikan dalam bentuk barang, antara lain lemari es khusus minuman, freezer untuk menyimpan stok kepala ikan manyung, etalase untuk menu makanan, kompor, hingga mesin hitung.
Keberadaan PT Pertamina dinilai membantu pengembangan usaha warung makan yang belum bankable atau kelas mikro. Hasilnya, warung makannya kini makin luas dan terdapat tempat makan, baik dengan meja kursi maupun lesehan yang bisa menampung puluhan pembeli.
Warung Makan "Selera Jenderal" di Demak, diakui Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho sebagai mitra binaan PT Pertamina.
Selain mendapatkan program peningkatan kapasitas dalam mengembangkan warung makan tersebut, juga mendapatkan pinjaman modal usaha.
Sebelumnya, pinjaman modal usaha ditangani PT Pertamina, kemudian sejak tahun 2023 program pendanaan usaha mikro dan kecil (UKM) semua BUMN dikoordinasi oleh Bank Rakyat Indonesia untuk sistem konvensional dan Pegadaian untuk sistem syariah.
Sumami sudah merasakan nikmat mendapat dukungan manajemen dan dana dari Pertamina hingga warungnya mekar dan berkembang.
Kenikmatan itu pula yang selama bertahun-tahun Sumami berikan kepada para raja, pelanggan warungnya.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024