Logo Header Antaranews Jateng

Wamendagri tinjau irigasi kering terdampak normalisasi Sungai Beringin

Selasa, 31 Desember 2024 23:22 WIB
Image Print
Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto, didampingi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, usai meninjau persawahan di Kecamatan Tugu, Semarang, Selasa (31/12/2024). (ANTARA/Zuhdiar Laeis)

Semarang (ANTARA) - Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto meninjau beberapa titik lokasi irigasi sawah yang menjadi kering akibat terdampak normalisasi Sungai Beringin Semarang.

Didampingi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Wamendagri juga berbincang dengan para petani di Mangkang, Kecamatan Tugu, Semarang, Selasa, untuk mendengarkan keluh kesah mereka.

Normalisasi Sungai Beringin sebenarnya dilakukan untuk penanggulangan banjir yang kerap menerjang wilayah tersebut, namun dampaknya justru membuat persawahan menjadi kering.

Khayat, salah satu petani Mangkang Wetan mengaku sangat terdampak normalisasi Sungai Beringin hingga sawahnya kekeringan dan tak bisa ditanami padi.

"Dampaknya karena tidak ada air jadi tidak bisa ditanami. Kalau gagal panen kan bisa tanam tapi tidak bisa panen. Nah ini kan tidak bisa tanam," katanya.

 

Seharusnya, sawah milik Khayat seluas 2,5 hektar bisa ditanami dua kali dalam setahun, namun karena dampak normalisasi sungai Beringin membuatnya tak dapat menanam padi dan merugi Rp50 juta sekali musim.

"Keinginan petani agar bisa dibuatkan bendungan permanen, supaya air bisa mengalir ke sawah. Setiap tahun kami bahkan mengeluarkan Rp 25 jutaan untuk membendung air pakai karung pasir agar air mengalir ke irigasi. Jadi, petani urunan," katanya.

Tak hanya Kelompok Tani Margo Utomo Mangkang Wetan saja yang terdampak, kelompok tani lain di Kelurahan Mangunharjo juga terdampak.

"Ini terdampak 40 hektare di Mangkang wetan, di Mangunharjo ada 40 ha. Jadi, fungsi Sungai Beringin ini untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah. Tapi pelebaran dari BBWS tidak memikirkan untuk irigasinya," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Wamendagri Bima Arya secara langsung melihat titik-titik yang diusulkan petani setempat untuk dilakukan perbaikan irigasinya.

"Ini satu contoh di masa lalu bahwa paradigmanya berbeda. Jadi, ada kebutuhan mengatasi banjir tapi kemudian berdampak pada saluran irigasi pertanian yang menyebabkan airnya berkurang, bahkan mati. Sehingga selama tiga tahun terakhir menurut laporan petani mereka tidak lagi panen," katanya.

 

Bima kemudian meminta Wali kota Semarang untuk melakukan pengecekan dan memastikan agar usulan ke Kementerian Koordinasi Bidang Pangan dan Kementerian Pertanian sudah masuk.

"Saya minta dicek, dipastikan, usulan ini masuk di tahun depan, karena ada 2 juta ha yang sudah diverifikasi oleh Kemenko Pangan dan Kementan untuk dibangun tahun depan. Seharusnya ini masuk untuk dibuatkan 'check dam' sehingga banjir bisa dikendalikan, sementara air bisa disalurkan ke irigasi sekunder dan tersier," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan bahwa kunjungan Wamendagri tersebut merupakan rangkaian dari Rapat Koordinasi (Rakor) Pangan di Gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang.

"Ini adalah rangkaian Rakor pangan yang dipimpin oleh pak Menko Pangan di Gradhika dan dihadiri oleh para menteri dan wamen dibawah Kemenko Pangan. Sebenarnya Pak Menko Pangan (Zulkifli Hasan) akan hadir disini. Namun, karena penerbangan mepet makanya hanya Pak Wamen saja," kata Ita, sapaan akrabnya.

Menurut dia, kunjungan Wamendagri tersebut membawa peluang bagi pertanian di Kecamatan Tugu, terutama agar semua usulan bisa tersampaikan kepada pemerintah pusat.

"Karena ini terintegrasi dari saluran tersier, sekunder sampai yang ke sawahnya. Kami akan review dan cek lagi agar air irigasinya sampai ke sawah. Karena pengajuan ini awalnya hanya titik titik tersendiri, namun arahan beliau agar jadi satu kesatuan," katanya.


Baca juga: Menanti Semarang terbebas dari banjir
 

Pewarta :
Editor: Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025