Logo Header Antaranews Jateng

Berkat JKN, suami Rochdilyanti sembuh dari katarak

Senin, 24 Maret 2025 14:50 WIB
Image Print
Rochdilyanti yang saat ini terdaftar sebagai peserta segmen Pekerja Penerima Upah (PPU),  mengaku sangat terbantu dengan dijaminnya operasi katarak sang suami. Dok. BPJS Kesehatan
... operasi (katarak) tidak membutuhkan lama waktu tunggu

Semarang (ANTARA) - Rochdilyanti yang saat ini terdaftar sebagai peserta segmen Pekerja Penerima Upah (PPU), mengaku sangat terbantu dengan dijaminnya operasi katarak sang suami.

Berawal dari pandangan buram yang sering dialami sang suami saat berkendara lintas kota, sang suami sering mengeluhkan karena sangat mengganggu tingkat konsentrasinya saat berada di jalan raya.

“Jadi suami itu sering bilang kalau pas perjalanan malam hari, kena lampu jalan, atau lampu kendaraan yang berlawanan arah bikin pandangan sangat buram, berulang kali mengeluh, ya saya antar ke dokter buat diperiksa,” ucapnya.

Hasil pemeriksaan oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menunjukkan jika suami menderita katarak yang sudah cukup tebal. Dari awal Rochdilyanti sudah mengarahkan suaminya untuk memanfaatkan BPJS Kesehatan.

“Dokter di FKTP saya juga sangat proaktif, ia memberi beberapa opsi untuk rujukannya untuk  memilih dimana, mau yang paling dekat rumah atau mau dirujuk ke rumah sakit lain jika memang faskes terdekat sudah penuh. Menurut saya BPJS Kesehatan bagus sekali karena memberikan opsi juga kepada kami,” tuturnya.

Seperti diketahui, Program JKN ini menerapkan sistem rujukan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis. Menilik kemudahan akses dari tempat tinggalnya, Rochdilyanti memilih Candi Eye Center sebagai faskes rujukan sang suami.

Saat di faskes rujukan, secara tanggap dokter memeriksa kondisi mata suami Rochdilyanti secara detail.

“Dokter melakukan pemeriksaan di ruang diagnostik, mulai dari pemeriksaan awal untuk mengecek ketebalan katarak sudah berapa pakai semacam mikroskop, lalu pemeriksaan dengan membaca tulisan pada jarak tertentu juga,” tambahnya.

Waktu dicek penglihatannya, Rochdilyanti menuturkan kemampuan mata sang suami sudah tidak mampu melihat. Sehingga untuk memastikan kembali dokter mengecek ulang saat itu juga. Baru selanjutnya diputuskan harus menjalani operasi.

“Dokter bilang melalui alat pemeriksaan, kalau kornea mata suami juga sudah tidak bisa tembus cahaya,” ujarnya.

Kondisi katarak sudah tidak mungkin membaik jika hanya dilakukan melalui pengobatan farmakologi saja sehingga opsi tindakan operasi disarankan oleh dokter.

“Di sini saya tidak ada kendala, bahkan tidak menunggu lama penjadwalan operasi tidak membutuhkan lama waktu tunggu,” tambahnya.

Sebagai peserta JKN yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di faskes Rochdilyanti merasa tidak ada perbedaan pelayanan antara pasien umum dan pasien Program JKN. Pelayanan dirasakan sangat cepat, petugas dan dokter memberikan pelayanan dengan sangat ramah.

“Bahkan di sini saya juga tidak ada iur biaya, saya merasakan betul Program JKN ini sudah sangat bagus dibandingkan bertahun-tahun yang lalu. Terutama dari segi dokumen-dokumen saat ini jauh lebih ringkas jika perlu berobat ke faskes,” ucapnya takjub.

Terutama adanya Aplikasi Mobile JKN, Rochdilyanti sudah memanfaatkan berbagai fitur seperti KIS Digital, skrining riwayat kesehatan, juga ubah faskes. Menurutnya, Aplikasi ini sangat memudahkan peserta JKN

“Bahkan dengan aplikasi ini saya bisa mengecek keaktifan kepesertaan saya dan anggota keluarga saya. Mulai dari suami dan anak-anak, serta orang tua saya juga bisa saya cek,” ucapnya lagi.

Rochdilyanti menuturkan, transformasi BPJS Kesehatan dari tahun ke tahun, sangat membantu sekali peserta lanjut usia. Bahkan peserta bisa datang sendiri ke faskes, karena petugas di faskes sangat ramah, dan tanggap dalam membantu peserta.

“Kita sebagai pasien tidak perlu lagi kesana kemari, kalo bingung prosedur. Petugas mungkin sudah sangat memahami alur pelayanan program ini. Jadi lebih efisien,” tambahnya.

Rochdilyanti merasa Program JKN harus selalu ada sampai kapanpun. Jika dilihat dari nilai iurannya masih sangat terjangkau dengan berbagai manfaat yang diterima peserta.

“Kedua, mungkin 1.000 orang yang sehat bisa meng-cover 1 orang yang jatuh sakit parah, mungkin cuci darah yang butuh biaya tidak sedikit, itu bisa meng-cover dari iuran yang terkumpul. Jangan hanya ingin bayar iuran untuk memanfaatkan, bayarlah iuran selain untuk berjaga-jaga tetapi juga membantu yang lain,” tutupnya. ***



Pewarta :
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2025