Celah Ekonomi Dibalik Hari Valentine
Selasa, 14 Februari 2012 11:23 WIB
Celah ekonomi dari Hari Valentine muncul karena di hari yang dirayakan setiap 14 Februari ini untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang indentik dengan memberikan cokelat atau bunga mawar kepada orang yang dikasihinya.
Ini menjadi celah ekonomi yang secara jeli dimanfaatkan oleh para pengusaha, seperti pedagang cokelat dan bunga mawar, juga pengusaha hotel di Kota Semarang.
Hari Valentine bagi Maya Inawati (43) pedagang bunga merupakan momentum yang selalu ia manfaatkan untuk dapat meraup rupiah lebih banyak dibanding hari biasanya.
Apalagi berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya dirinya mampu menjual lebih dari seribu tangkai bunga mawar.
Tahun 2011, Maya mengaku mampu menjual hingga 1.800 tangkai bunga mawar.
"Untuk Hari Valentine tahun ini, saya menambah jumlah lebih banyak hingga 2.100 tangkai bunga mawar," katanya.
Pemilik Toko bunga Flamboyan, ini mengaku bunga mawar yang ia datangkan dari daerah Batu, Malang, ini tidak hanya dibeli oleh para konsumen, tetapi juga oleh para pedagang bunga lainnya.
Pendapatan yang dapat diraup dengan menjual bunga mawar pun bisa berkisar dari Rp15 juta hingga Rp20 juta.
"Pembeli banyak membeli bunga mawar pada tanggal 13,14, dan 15 Februari," katanya.
Tidak hanya bunga mawar asli, tetapi Maya juga menyediakan bunga mawar plastik dengan harga yang juga lebih murah.
Soal harga, harga bunga mawar merah plastik Rp5.000 per tangkai atau jauh lebih murah dibanding harga bunga mawar asli yang berkisar Rp7.500 hingga Rp10 ribu per tangkai.
"Harganya tidak perlu mahal-mahal, tetapi bisa laku banyak sehingga hasilnya juga bisa lebih banyak juga," kata Maya yang mengaku telah menggeluti usaha berjualan bunga sejak delapan tahun lalu.
Memanfaatkan momentum Valentine, dengan harga yang lebih tinggi tetapi tidak berlebihan bisa menjadi salah satu magnet pembeli datang ke toko bunganya.
Apalagi Maya, hanya satu dari puluhan pedagang bunga yang ada di deretan kawasan toko bunga yang ada di Jalan dokter Sutomo Semarang.
Pilihan warna bunga yang paling banyak diminati adalah warna merah dan putih.
Sebagian ada juga konsumen yang mencari warna mawar ungu dan kuning,
"Bunga mawar ungu dan kuning memang sulit diperoleh, karena dari ribuan tangkai bunga yang kami datangkan dari Malang hanya satu atau dua tangkai," katanya.
Saat ini Maya menyediakan warna bunga mawar merah, putih, peach, dan orange.
Sehari menjelang Hari Valentine, sejak pagi sudah banyak pembeli bunga mawar dan mayoritas remaja.
Tidak hanya pedagang bunga mawar, pedagang cokelat juga banyak meraup untung dengan momentum Hari Valentine seperti yang diakui Neni (48) pedagang yang berjualan cokelat di salah satu sekolah terkenal di Kota Semarang.
"Anak-anak banyak yang beli cokelat untuk diberikan ke teman-temannya. Biasanya mereka saling memberi cokelat. Tidak hanya cokelat, saya juga menjual bunga mawar," kata Neni.
Hal sama juga diakui Leni Arjani, pemilik toko cokelat Conetta. Leni Arjani yang mengaku kebanjiran pesanan dan pembeli lebih banyak yang datang ke tokonya untuk membeli cokelat menjelang Hari Valentine.
Leni mengaku telah menjual lebih dari 500 kilogram dan diperkirakan jumlahnya terus bertambah hingga sehari setelah Valentine.
Harga satuan cokelat berbentuk hati berwarna cokelat dan merah muda, Leni menjualnya dengan harga paling murah Rp10 ribu per buah, sementara cokelat yang dikemas dalam bentuk paket cokelat ditambah boneka dan bunga mawar dijual dengan harga Rp45 ribu hingga Rp250 ribu.
Ternyata tidak hanya pedagang bunga dan cokelat yang meraup untung di Hari Valentine, hotel-hotel pun ikut menikmati.
Menurut Marketing Officer Gumaya Tower Hotel Semarang Agata Sulistiyani, pada Hari Valentine pihaknya menggelar makan malam mulai pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB untuk 10 pasang dengan tarif Rp1.688.000 per pasang.
Antusias masyarakat yang ingin makan malam sangat tinggi bahkan sampai menolak sejumlah permintaan.
Apalagi tahun ini jumlah pasangan lebih sedikit dibanding tahun lalu yang mencapai 15 pasang.
Kalangan tertentu
Ekonom Universitas Diponeogoro FX Sugiyanto mengatakan perayaan Hari Valentine hanya terjadi di wilayah perkotaan dan untuk kalangan tertentu saja.
"Di perkotaan juga tidak semua kalangan yang merayakan Valentine, sehingga dampak ekonominya juga tidak merata tetapi hanya tertentu saja. Apalagi valentine sebenarnya bukan bagian dari budaya Indonesia," kata FX Sugiyanto.
Kalangan tertentu tidak hanya dari kelas ekonomi, tetapi juga dilihat dari usia dengan mayoritas mereka yang merayakannya adalah kelompok remaja.
Untuk mereka yang merayakan Hari Valentine, sudah dimulai sejak duduk di bangku SMP seperti yang diakui Jessyca Stefani Auryn (19), salah satu personel Cherry Belle.
Ryn, panggilan akrab dari salah satu personel girlband yang tenar dengan lagunya "Beatiful" ini mengaku semasa dirinya SMP dan SMA selalu bertukar kado dengan teman sekelas.
"Jadi saat valentine, saatnya memberi cokelat dan banyak mendapat cokelat. Untuk Valentine tahun ini, agak berbeda karena saya sudah lulus sekolah dan sepertinya tahun ni tidak dapat seperti dulu karena sekarang banyak job di Cherry Belle," katanya.
Personel Cherry Belle lainnya Sarwenda (22) yang mengaku memiliki tradisi tersendiri, yakni membuat sendiri kue cokelat dan biskuit yang berhubungan dengan valentine.
"Cokelat atau biskuit tersebut biasanya saya bagikan ke teman sekelas. Akan tetapi saat waktunya tidak ada waktu untuk membuatnya, biasanya saya gunakan bunga mawar sebagai pengganti cokelat," katanya.
Sarwenda menceritakan saat valentine dirinya membeli tiga bunga mawar merah, satu untuk ibunya dan satu lagi untuk ayahnya agar diberikan kepada ibunya.
Berbagi cokelat dengan teman sekelas juga dilakukan Novi Setiowati (16) salah satu siswa MTs di Kabupaten Demak ini. Ia mengaku setiap valentine, sudah ada kesepakatan satu kelas untuk berbagi cokelat.
"Semua sepakat membawa cokelat untuk saling bertukar kado sebagai simbol kerukunan dalam satu kelas dan saling menyanyangi," katanya.
Memberikan cokelat ke teman juga dilakukan Pepita (15) warga Semarang Utara.
Pepita mengaku setiap valentine dirinya selalu berbagi cokelat dengan delapan teman yang menjadi gank-nya.
Akan tetapi untuk tahun ini dirinya mengaku membeli cokelat lebih banyak untuk teman lainnya yang di luar gank
Tidak hanya remaja, tetapi mereka yang sudah dewasa juga tidak kalah untuk memanfaatkan momentum Hari Valentine.
Yasinta (35) ibu tiga anak warga Banyumanik ini juga mengaku ikut merayakannya.
"Biasanya seluruh anggota keluarga menyiapkan kado mulai dari cokelat, cangkir, baju, atau yang lainnya. Setelah itu pada Hari Valentine, kita berkumpul satu keluarga untuk bertukar kado," kata Yasinta.
Yasita menambahkan bahwa Hari Valentine sebagai hari untuk mengungkapkan kasih sayang ke anggota keluarga dan saatnya untuk berkumpul bersama.
Yasita mengaku tidak mempermasalahkan berapa pun rupiah yang harus dikeluarkan, untuk menciptakan nuansa saling menyayangi antaranggota keluarga.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024