Pepadi: Citra Negatif Sinden Hambat Regenerasi
Rabu, 2 Mei 2012 20:27 WIB
"Kalau regenerasi dalang, kami tetap optimistis karena sekarang ini sudah mulai bermunculan dalang-dalang cilik. Namun, regenerasi pesinden ini yang sulit," kata pria yang akrab disapa Ki Sutadi tersebut di Semarang, Rabu.
Ia mengakui, "citra" negatif yang kerap melekat pada sinden karena harus bekerja malam hari memang membuat banyak orang yang enggan menekuni profesi itu, padahal keberadaan sinden penting dalam suatu pementasan wayang.
Karena itu, Ki Sutadi yang juga pemerhati kebudayaan dan bahasa Jawa itu mengharapkan peran sinden yang notabene berasal dari kaum perempuan jangan dieksploitasi, misalnya melalui tembang yang menyudutkan kaum perempuan.
"Dalang harus memahami kesetaraan gender dalam memainkan lakon atau mementaskan pergelaran wayang kulit, jangan sebebas-bebasnya. Citra pesinden harus dipulihkan dengan tetap memerhatikan aspek estetika," katanya.
Menurut dia, keberadaan pesinden dalam pergelaran wayang memang sarat menyampaikan "piwulang kautaman" (ajaran kebaikan) melalui tembang-tembang yang dilantunkan sehingga keberadaannya sangat penting dalam suatu pergelaran wayang.
Berkaitan dengan regenerasi pesinden, ia mengatakan memang ada beberapa daerah yang memiliki potensi pesinden, misalnya Surakarta dan Boyolali, namun banyak daerah yang dianggap "kering", dalam arti tidak ada calon pesindennya.
Ia menjelaskan, Pepadi Jateng pernah mengundang seluruh daerah untuk mengirimkan calon pesinden yang berusia maksimal 24 tahun, namun ternyata banyak daerah yang mengirimkan, yakni 22 daerah dari total 35 kabupaten/kota.
Karena itu, kata dia, Pepadi Jateng terus berupaya agar regenerasi pesinden jangan sampai terhenti, di antaranya dengan menggelar kursus dasar-dasar persindenan yang telah berlangsung sejak dua tahun terakhir.
"Ya lumayan ada yang tertarik ikut kursus persindenan, meski tidak banyak. Sebab, menjadi pesinden juga tidak mudah, mereka harus menguasai "piwulang kautaman". Seperti halnya wayang berupa tontonan dan tuntunan," katanya.
Pewarta : -
Editor:
Zuhdiar Laeis
COPYRIGHT © ANTARA 2024