Logo Header Antaranews Jateng

Wayang "Pandawa Syukur" pungkasi peringatan hari jadi Kota Magelang

Senin, 31 Mei 2021 21:18 WIB
Image Print
Pentas wayang "Pandawa Syukur" mengakhiri rangkaian peringatan Hari Jadi Ke-1115 Kota Magelang, Sabtu (29/5/2021). (ANTARA/HO-Bagian Prokompim Pemkot Magelang)
Magelang (ANTARA) - Pementasan wayang kulit "Pandawa Syukur" menjadi pamungkas rangkaian peringatan Hari Jadi ke-1115 Kota Magelang yang digelar sejak Maret 2021 di tengah pandemi COVID-19.

Rilis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kota Magelang di Magelang, Senin, menyebutkan pertunjukkan diadakan secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Acara tetap berlangsung meriah antara lain dikemas secara virtual di kanal Youtube Pemkot Magelang sehingga masyarakat yang tidak hadir bisa menikmati pertunjukan tersebut.

Pementasan wayang di Gedung Wanita di Jalan Veteran Kota Magelang, Sabtu (29/5) malam itu, menghadirkan dalang kondang yang merupakan putra asli Magelang, yakni Ki Adi Sulistiyo, guru honorer SMP Negeri 2 Magelang, dan Ki Radyo Harsono dari Muntilan, Kabupaten Magelang.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang Agus Sujito mengatakan lakon ”Pandawa Syukur” menggambarkan kisah penaklukan dan pemenjaraan 97 raja oleh Prabu Jarasanda dari Kerajaan Giribaja. Jarasanda berambisi menjadikan 100 raja sebagai tumbal.

Namun, baru 97 raja yang berhasil dipenjarakan, menyisakan tiga raja lagi, yaitu Puntadewa (Raja Amarta), Kresna (Raja Dwarawati), dan Baladewa (Raja Mandura). Para Pandawa dan dua kerajaan lainnya memutuskan membebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jarasanda.

Setelah melalui pertempuran sengit, Prabu Jarasanda berhasil ditaklukkan dan 97 raja yang dijadikan tawanan akhirnya dibebaskan. Mereka bergabung mengikuti "Sesaji Raja Suya" sebagai wujud syukur Pandawa yang telah berhasil mendirikan Amarta.

Baca juga: "Anoman Duta" dipentaskan jelang puncak HUT Kota Magelang

Agus menjelaskan selain untuk memeriahkan peringatan Hari Jadi Ke-1.115 Kota Magelang, wayangan ini juga untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan. 

Dia mengharapkan pergelaran budaya mampu menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga membangkitkan potensi dan minat masyarakat untuk mengenalkan serta menyukai wayang kulit kepada lainnya, khususnya generasi muda.

Pementasan secara efektif berlangsung selama lima jam.

”Kita memang batasi, karena masih dalam masa pandemi COVID-19. Pelaksanaan pun dengan protokol kesehatan ketat, utamanya yang hadir di lokasi acara di Gedung Wanita. Kita tetap melaksanakan pentas wayang kulit ini, karena memang sudah tradisi setiap kali momen hari jadi,” kata Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Magelang Sugeng Priadi.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengatakan kebudayaan dan kesenian selaras dengan program-programnya di Pemkot Magelang, yaitu memajukan sektor pariwisata dan kesehatan.

”Seni dan pariwisata itu sangat lekat. Kalau seni diperhatikan maka orang-orang akan ramai datang ke sini semua. Kita juga harus mengenalkan budaya tradisional seperti ini kepada anak-anak, sehingga ketika dewasa nanti mereka bisa mencintai budayanya,” ujarnya.

Ia menyatakan prihatin anak-anak zaman sekarang justru dominan bermain gawai dan jarang pelajar menggandrungi budaya-budaya lokal.

”Padahal kita punya potensi besar untuk mengembangkannya. Kota Magelang termasuk kota tua, sudah 1.115 tahun, otomatis peradaban dan budayanya sudah sangat tinggi. Karena alasan ini juga, kita membangun rumah budaya yang nanti bisa dijadikan ajang diskusi para seniman dan budayawan Kota Magelang,” katanya.

Baca juga: Telaah - Hari jadi Kota Magelang tahun ini di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Situasi pandemi, peringatan Hari Jadi Kota Magelang dikemas secara sederhana


Pewarta :
Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024