NII Crisis Center: 100 Mahasiswa Terindikasi Masuk NII
Kamis, 24 Mei 2012 15:03 WIB
"Kami menerima laporan di Banyumas ada sekitar 100 mahasiswa yang terindikasi masuk NII, dan 70 orang di antaranya ada di sini (Universitas Jenderal Soedirman, red.)," kata pendiri NCC, Kent Setiawan, di Purwokerto, Kamis.
Kent mengatakan hal itu kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional "Penguatan Pilar Kebangsaan Guna Membentengi Generasi Muda dari Pengaruh Paham Ideologi NII" yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed bersama Institute for Democracy Studies (Indecs) di Aula FISIP Unsoed Purwokerto.
Menurut dia, NCC menerima laporan tersebut dari orang tua maupun orang-orang terdekat dengan korban (mahasiswa yang terindikasi masuk dalam gerakan NII.
Ia mengatakan, mahasiswa yang direkrut NII rata-rata pendiam dan berasal dari keluarga kaya.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya dosen yang terlibat dalam gerakan NII, dia mengakui telah menerima laporan yang menyebutkan dugaan tersebut.
"Ada memang laporan yang mengindikasikan itu (dosen terlibat NII), namun kami belum berani memublikasikannya karena tidak ada bukti dokumentasi atau foto. Kami hanya menerima laporan dari korban jika dia melihat adanya seorang dosen dalam suatu acara NII," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, gerakan NII saat ini mengalami kevakuman karena sedang menunggu penyelesaian kasus Panji Gumilang (pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu, red.).
"Rencananya 21 Mei kemarin, vonis di Pengadilan Indramayu. Namun dengan alasan sakit, Panji Gumilang tidak menghadiri persidangan. Padahal di Jawa Tengah, sudah jelas pasal makarnya mengarah ke Panji Gumilang," katanya.
Menurut dia, wilayah rawan NII di Indonesia tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Namun yang paling rawan Jawa Tengah karena paling banyak. Korbannya yang lapor juga paling banyak dari Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan, NII di Jawa Tengah ada dua kelompok, yakni KW 2 dan KW 9.
Dalam hal ini, kata dia, NII KW 2 rata-rata diikuti orang tua dengan membentuk sejumlah yayasan.
"Kalau KW 9 dari Jakarta dan mereka merekrut mahasiswa," katanya.
Menurut dia, munculnya dua kelompok NII di Jawa Tengah karena adanya migrasi lantaran provinsi ini dinilai berhasil dalam penggalangan dana oleh KW 2, sedangkan KW 9 di Jakarta sukses dalam penggalangan massa.
Dengan demikian, kata dia, anggota NII KW 9 didatangkan ke Jawa Tengah untuk menggalang massa dan anggota NII KW 2 dibawa ke Jakarta untuk penggalangan dana.
"NII Jawa Tengah dinilai pintar cari duit," katanya.
Kent meyakini ada oknum pejabat atau pembesar yang bermain di belakang NII atau Panji Gumilang.
"Ada dua pertanyaan, apakah Panji Gumilang terlalu pintar sehingga bisa menipu pejabat, atau pejabat terlalu pintas sehingga bisa menipu Panji Gumilang," katanya.
Menurut dia, Panji Gumilang tidak terlalu pintar sehingga diyakini ada yang memanfaatkan NII karena massanya sangat besar.
Ia mengatakan, hal ini dibuktikan dalam Pemilu 2004 silam terjadi penggelembungan suara di Pondok Pesantren Al Zaytun.
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024