Jateng Kembali ke Habitat Peringkat Empat PON
Rabu, 26 September 2012 05:31 WIB
Kontingen DKI Jakarta meraih 110 medali emas, 101 perak, dan 112 medali perunggu, disusul Jawa Barat dengan 279 keping medali (99 emas, 79 perak, dan 101 perunggu), Jawa Timur dengan 256 keping medali (86 medali emas, 86 perak, dan 84 perunggu).
Jawa Tengah berhasil menempati peringkat keempat dengan jumlah medali 167 keping (47 medali emas, 52 medali perak, dan 68 medali perunggu), disusul Kalimantan Timur dengan total perolehan medali 139 keping (44 emas, 45 perak, dan 50 perunggu).
Sementara itu tuan rumah Riau harus puas dengan peringkat keenam dengan total jumlah medali sebanyak 133 keping (43 medali emas, 39 medali perak, dan 51 medali perunggu).
Prestasi yang diraih Jawa Tengah pada PON XVIII di Riau ini memang lebih baik daripada prestasi pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur karena saat itu Jateng hanya menempati peringkat kelima di bawah Jawa Timur, DKI Jakarta, tuan rumah Kalimantan Timur, dan Jawa Barat.
Memang saat itu perolehan medali Jateng lebih banyak yaitu 53 medali emas, 81 medali perak, dan 80 perunggu, dibandingkan di Riau yang hanya 47 emas, 52 perak, dan 68 medali perunggu. Tetapi harus diingat bahwa nomor yang dipertandingkan di Kaltim lebih banyak dibandingkan di Riau.
Kalau PON di Kalimantan Timur mempertandingkan 765 nomor pertandingan, sedangkan di Riau hanya 601 nomor pertandingan.
"Dan harus diingat juga bahwa di Riau ini, Jateng hanya mengikuti 398 nomor pertandingan. Kalau dilihat dari persentasenya sebenarnya prestasi kita tidak turun," kata Komandan Kontingen Jateng, Sukahar.
Sukahar yang juga Wakil Ketua Umum II (bidang pembinaan dan prestasi) KONI Jawa Tengah mengatakan, kalau dilihat dari perolehan medali memang turun, tetapi harus juga dilihat dari nomor yang dipertandingkan karena ada selisih sekitar 164 nomor dan banyak nomor pertandingan yang menjadi andalan Jateng tidak dimainkan di Riau.
Ketua Umum KONI Jateng Soediro Atmoprawiro mengatakan, ada sebagian cabang olahraga yang memenuhi target, ada yang belum, dan ada yang membuat kejutan.
"Hasil ini merupakan realita di lapangan bahwa Jateng telah berusaha maksimal," katanya.
Ia menyebutkan, ada beberapa cabang olahraga yang diprediksi bisa mendapatkan medali emas tetapi karena dinamika pertandingan itu tidak terpenuhi. Tetapi ini tidak meleset jauh karena mereka masih bisa mendapatkan medali perak seperti yang didapat atlet pencak silat.
Emas Terbanyak
Dari 38 cabang olahraga yang diikuti Jawa Tengah, cabang atletik dan panjat tebing menjadi peraih medali emas terbanyak karena kedua cabang itu masing-masing menyumbangkan tujuh keping medali emas, bahkan panjat tebing mampu menjadi juara umum.
Sementara itu atletik dengan tujuh keping emas tersebut tetap menjadikan Jateng menempati peringkat ketiga di bawah Jawa Timur (sembilan emas, tujuh perak, dan emppat perunggu), serta Nusa Tenggara Barat yang bertengger di peringkat kedua dengan tujuh medali emas, lima perak, dan dua perunggu.
Jawa Tengah sendiri dengan tujuh keping medali emas, empat perak, dan tiga perunggu. Tujuh keping emas tersebut diperoleh Triyaningsih (dua emas dari lari 5.000 dan 10 ribu meter putri), Agus Prayogo (dua emas lari 5.000 dan 10 ribu meter putra), Kresna Wahyu (tolak peluru putra), Dwi Ratnawati (lempar cakram), dan Erni Ulatningsih (lari maraton).
Sebenarnya Jateng bisa menambah medali emas dari lari 100 meter atas nama Suryo Agung Wibowo tetapi yang bersangkutan gagal masuk final karena mengalami cedera paha kanan, bahkan saat tampil di Riau tersebut, pelari asal Solo tersebut kakinya masih dibalut dengan bendict (alat peringan otot).
Cabang olahraga para layang menjadi cabang olahraga ketiga yang menyumbangkan medali terbanyak untuk kontingen Jateng, yaitu lima emas, dua perak, dan satu perunggu. Lima emas tersebut dari Hening Paradigma (nomor lintas alam jarak terbuka perorangan putri), Lilik Dharmono (beregu lintas alam jarak terbuka), ketepatan mendarat, dan lain sebagainya.
Sementara itu cabang olahraga bulu tangkis yang memasang target meraih dua medali emas ternyata mampu menyabet tiga emas dan keluar sebagai juara umum. Tiga keping emas tersebut dorebut dari nomor beregu putra, tunggal perorangan putra (Shesar Hiren Rustavito), dan ganda putra (Tontowi Ahmad/Muhammad Ahsan).
Dari cabang olahraga menembak, Jateng juga mendapatkan tiga keping emas yaitu dari Erric Angga Ardiansyah dari nomor air rifle 10 meter men junior, dua emas lainnya disumbangkan oleh trio Dinnie Ary Wiharsanti, Yosefin Shilla Prasasti, dan Maxima Rizado yang turun pada nomor air rifle 10 meter beregu putri, dan air rifle perorangan putri atas nama Dinnie Ary Wiharsanti.
Cabang olahraga biliar juga menyumbangkan tiga keping medali emas yaitu dari Ricky Yang (bola delapan), M Zulfikri (bola 10), dan pasangan Ricky Yang/M Zulfikri (double bola sembilan).
Sementara itu cabang olahraga lain ada yang menyumbangkan dua atau satu keping medali emas seperti judo (satu emas Kresna Bayu), taekwondo (dua emas), sepak takraw (dua emas), dan lain sebagainya, kemudian ada yang hanya menyumbangkan medali perak atau hanya perunggu.
Kemudian cabang olahraga yang gagal menyumbang medali di antaranya adalah futsal (gagal di babak enam besar), kempo, dan lain sebagainya.
Soediro Atmoprawiro mengatakan, "Kalau ada yang mengatakan Jateng kurang berhasil pada PON Riau ini, silakan saja, akan tetapi prestasi yang diraih Jateng masih stabil. Yang jelas kami tidak 'impor' atlet dari daerah lain," katanya.
Ia mengatakan, agar bisa berkualitas dan berstandar nasional, kemenangan harus diraih secara objektif, bukan hanya bisa menang dan kalah.
"Hasil yang dicapai secara semu nantinya berdampak pada kontingen Indonesia di ajang olahraga internasional. Kami juga berharap mereka yang masuk pelatnas SEA Games 2013 adalah atlet peraih emas 24 karat, artinya atlet tersebut memanmg benar-benar terbaik di kelasnya," katanya.
"Yang jelas hasil PON di Riau ini harus diterima penuh syukur karena semua tim telah berusaha maksimal. Kami bangga. Loyalitas mereka tetap tinggi," katanya.
Pewarta : Hernawan Wahyudono
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025