Logo Header Antaranews Jateng

Melatih Kedisiplinan ala Ganjar Pranowo

Rabu, 13 Maret 2013 04:45 WIB
Image Print
Ganjar Pranowo


Akan tetapi, bagi warga Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen, nama politikus PDI Perjuangan ini relatif cukup dikenal karena Ganjar yang menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu berasal dari Daerah Pemilihan VII Jateng pada Pemilu 2009.

Meskipun bukan penduduk asli wilayah tersebut, pria kelahiran Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, 28 Oktober 1968, yang memperistri seorang wanita asal Purbalingga, Siti Atikoh Supriyanti, ini relatif sangat dikenal masyarakat di daerah pemilihannya.

Hal itu disebabkan pria berambut putih dan gemar musik rock ini selalu berkesempatan menemui pendukungnya setiap kali masa reses maupun berkesempatan pulang kampung bersama anak dan istrinya.

Ganjar Pronowo memang hanyalah warga sipil yang berkesempatan menjadi legislator. Namun, dalam kesehariannya, dia menerapkan disiplin yang diajarkan ayahandanya, S. Parmuji.

"Kebetulan bapak saya dulu anggota ABRI sehingga sewaktu kecil saya didisplinkan dengan pekerjaan sehari-hari. Jadi, kalau pagi, bapak saya mau ke kantor, kami bangun pagi-pagi," kata dia saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Selasa.

Selanjutnya, enam anak pasangan S. Parmuji dan Sri Suparni ini dibagi tugas, ada yang menyemir sepatu, menyapu rumah, dan sebagainya.

"Kalau saya paling suka menyemir sepatu Bapak," kata dia yang merupakan anak kelima.

Menurut dia, kegiatan menyemir sepatu yang dilakukan setiap pagi ini menumbuhkan kedisiplinan.

"Kalau kurang mengilap, disuruh mengulang sampai benar-benar berkilat. Dari situlah, kami mulai terbiasa melakukannya dengan sungguh-sungguh," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan bahwa kedisiplinan ini akan diterapkan dalam pemerintahan jika kelak terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Dia mengatakan bahwa seorang pemimpin yang memberi contoh dengan baik dan dapat memberi panutan maka pemerintahan pun dapat berjalan.

"Negeri ini banyak masalah karena memang tidak pernah disiplin, mulai disiplin waktu, disiplin berpikir, kemudian disiplin bicara, sampai dengan disiplin bersikap. Maka, sering kali bengkok kanan, bengkok kiri, 'ledha-ledhe sak geleme dhewe (bermalas-malasan semaunya sendiri, red.)," katanya.

Masalah kedisiplinan ini juga dia tuliskan dalam laman pribadinya di http://www.masganjar.com.

Selain kedisiplinan, Ganjar bersama lima saudaranya juga diajarkan oleh orang tua mereka mengenai norma-norma kehidupan dan kesederhanaan.

Disinggung mengenai kabar jika dirinya sempat menjadi kurir surat-surat dari partai sebelum aktif di dunia politik, Ganjar mengatakan bahwa hal itu tidak benar karena dia mulai aktif di dunia politik saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Saya aktif dalam politik mulai tahun 1992. Saat masih kuliah di Gadjah Mada (UGM, red.). Kami membuat kelompok-kelompok mahasiswa, membuat generasi demokrat kampus," katanya.

Saat itu, kata dia, ada istilah anak "wetan dalan" (timur jalan, red.) dan "kulon dalan" (barat jalan, red.).

Dalam hal ini, lanjut dia, anak-anak "wetan dalan" merupakan mahasiswa ilmu-ilmu sosial, sedangkan "wetan dana" anak-anak teknik.

"Kebetulan saya dari anak-anak 'wetan dalan' dan kami sering bertemu dengan anak-anak 'kulon dalan'. Saya juga pernah bertemu dengan Pak Suryadi (waktu itu Ketua Umum PDI, red.), Pak Tarjo, dan Mas Guruh (Guruh Soekarno Putra)," katanya.

Disinggung alasan memilih PDI Perjuangan, dia mengatakan bahwa saat itu hanya ada dua partai politik, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (sebelum menjadi PDI Perjuangan, red.) serta satu organisasi sosial kemasyarakatan berupa Golongan Karya yang kini menjadi Partai Golkar.

Menurut dia, Golkar sangat erat dengan pemerintahan orde baru sehingga mahasiswa tidak mungkin masuk dalam organisasi itu.

Sementara itu, PPP hanya satu warna karena merepresentasikan Islam.

"Kalau saya terbiasa dengan plurarisme. Maka, satu-satunya, ya, cuma PDI. Dan, saat itu yang menarik PDI merupakan partai yang paling tertindas. Jadi, kalau mau bantu, yang paling kecil itu harus dibela," katanya.

Ia mengatakan bahwa karier politik tersebut terus berlanjut pascakongres PDI yang memunculkan PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri hingga sekarang.

Terkait dengan masalah pencalonannya sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar mengatakan bahwa hal itu sebenarnya bukan atas keinginan pribadi, melainkan dorongan dari teman-temannya.

"Ini bukan kehendak pribadi saya. Akan tetapi, setelah melihat survei, perkembangan politik, dan sebagainya, kemudian teman-teman mendorong saya untuk maju sebagai bakal calon gubernur," katanya.

Setelah DPP PDI Perjuangan merekomendasikan dirinya sebagai bakal calon gubernur dengan didampingi Heru Sudjatmoko yang saat ini menjabat Bupati Purbalingga, Ganjar mengaku bahwa dirinya akan memperjuangkan amanat partai agar bisa memenangi Pilkada Jateng.

Oleh karena itu, Ganjar bersama tim suksesnya terus melakukan sosialisasi, termasuk mendiskusikan berbagai upaya pemenangan tersebut.

"Saya berusaha mentransaksikan gagasan. Dari transaksi gagasan inilah kita harapkan bisa menumbuhkan kembali nilai-nilai berpolitik yang bermartabat sehingga keagungan politik itu kembali," katanya.

Guna mencapai semua itu, kata dia, organisasi politik mesti digerakkan, baik partai, relasi di legislatif, maupun eksekutif, dan para sukarelawan.

"Sukarelawan-sukarelawan ini sudah tidak terbendung, setiap hari selalu muncul dari berbagai kelompok," katanya.

Menyinggung sosok Heru Sudjatmoko yang direkomendasikan DPP PDI Perjuangan sebagai bakal calon wakil gubernur yang mendampinginya, Ganjar mengatakan bahwa Heru Sudjatmoko memiliki pengalaman birokrasi yang relatof cukup panjang sebelum menjabat Bupati Purbalingga karena sebelumnya pernah camat, sekretaris daerah, dan Wakil Bupati Purbalingga.

Dia menilai, sosok Heru Sudjatmoko memiliki pengalaman organisasi yang bagus.

"Dengan demikian, jika dia menjadi wakil saya, nantinya manajemen birokrasi bisa kami bagi tugas sehingga bisa lebih lincah. Pilihan itu saya kira sudah dikalkulasi oleh DPP karena saya pribadi meletakkan diri sebagai kader partai sehingga siap menerima persilangan atau perjodohan dengan siapa pun karena saat itu yang mendaftar di PDI Perjuangan ada 22 orang," katanya.

Terkait dengan isu yang akan diusung selama sosialisasi dan kampanye, dia mengatakan bahwa salah satunya masalah kemiskinan.

Menurut dia, isu kemiskinan berdasarkan hasil survei berada pada posisi paling tinggi.

"Ternyata masalah kemiskinan yang besar itu setelah kami 'telanjangi' lagi, itu ada di desa. Memang, dari data BPS (Badan Pusat Statistik), pengertian miskin itu pendapatannya Rp200 ribu, maka memang benar-benar miskin kalau cuma Rp200 ribu per bulan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, tim suksesnya menyusun materi berupa "Ganjar Pranowo Ngangsu Kawruh" (Ganjar Pranowo Menimba Ilmu, red.). Dalam hal ini, dia masuk ke dalam kelompok-kelompok masyarakat.

"Kalau masuknya ke kelompok petani, mereka berharap adanya akses modal, kelompok pengrajin akses modal, UKM juga akses modal. Maka, ini yang kita dorong untuk disiapkan penjaminan untuk akses modal itu," katanya.

Selain itu, kata dia, memproteksi hasil pertanian maupun memberikan fasilitasi usaha kecil dan menengah (UKM), termasuk industri-industri kecil yang tumbuh di tengah masyarakat perlu mendapat perhatian.

Dia juga menyoroti masalah infrastruktur kabupaten/kota yang dinilai agak menyedihkan.

"Ini yang harus kita dorong. Tentu kalau kita bicara infrastruktur, bicara juga penataan ruang," katanya.

Menurut dia, Jawa Tengah juga memiliki akar budaya yang relatif sangat banyak sehingga upaya pelestarian budaya menjadi penting untuk dilaksanakan.

Terkait dengan hal itu, dia bercita-cita menyelenggarakan festival budaya di setiap penyelenggaraan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua DPC PDI Perjuangan Purbalingga Tasdi mengatakan bahwa Ganjar Pranowo yang saat ini menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR RI dan berasal dari Daerah Pemilihan VII Jateng (Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen) merupakan politikus dengan wawasan dan pengalaman berskala nasional.

Sementara itu, Heru Sudjatmoko yang saat ini menjabat Bupati Purbalingga, mulai meniti karier sebagai staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga.

"Saya kira, sepantasnya orang Purbalingga memilih pasangan Ganjar-Heru pada Pilkada Jateng, 26 Mei mendatang," katanya di Purbalingga, Jumat (8/3).

Menurut dia, alasan meminta warga Purbalingga memenangkan pasangan Ganjar-Heru bukan semata-mata atas dasar sifat primordial kedaerahan.

"Heru Sudjatmoko merupakan warga Purbalingga pertama yang menjadi calon wakil gubernur Jateng. Jadi, Ganjar-Heru merupakan pasangan yang cocok, ibarat 'tumbu nemu tutup' (wadah dari bambu yang menemukan tutupnya, red.)," katanya.

Sementara itu, Heru Sudjatmoko mengaku sama sekali tidak mengira jika mendapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk mendampingi bakal calon gubernur Ganjar Pranowo dalam Pilkada Jateng.

"Sungguh saya nggak mengira sedikit pun. Ini suatu kehormatan yang luar biasa," katanya.

Menurut dia, sebenarnya masih banyak sosok yang lebih pantas sebagai bakal calon wakil gubernur untuk mendampingi Ganjar Pranowo.

"Saya akan berusaha istikamah dan siap mengikuti proses yang sedang berjalan. Saya juga mohon dukungan semua kalangan," katanya.

Bahkan, jauh hari sebelum DPP PDI Perjuangan memutuskan nama pasangan yang akan diusung partai ini dalam Pilkada Jateng, Heru Sudjatmoko sempat menyampaikan kepada Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani agar Ganjar Pranowo mendapat rekomendasi tersebut.

Usulan tersebut dia sampaikan saat Puan Maharani menghadiri konsolidasi dengan jajaran DPC PDI Perjuangan Purbalingga, 3 Februari silam.

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025