
Pembuktian Ganjar pada Pilkada Jateng 2013
Minggu, 26 Mei 2013 16:52 WIB

Berduet dengan Heru Sudjatmoko, Ganjar yang anggota DPR RI, berdasarkan hasil hitung cepat Jaringan Suara Indonesia yang ditutup pada hari Minggu pukul 15.00 WIB memperoleh sebanyak 48,73 persen. Hitung cepat yang digelar Indo Barometer dan Lingkaran Survei Indonesia juga menempatkan Ganjar-Heru sebagai peraih suara terbanyak.
Adapun pasangan Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmojo dalam hitung cepat JSI berada di tempat kedua dengan 30,24 persen suara serta Hadi Prabowo-Don Murdono berada di tempat ketiga dengan perolehan 21,03 persen.
Hasil pemetaan dari 10 Daerah pemilihan di Jawa Tengah, duet Ganjar-Heru menguasai perolehan suara, bahkan di wilayah Keresidenan Surakarta atau Solo Raya, kemenangan Ganjar begitu telak, lebih dari 60 persen.
Dari survei popularitas calon, sebelumnya pejabat kini Bibit Waluyo meraih 90 persen, sedangkan Hadi dan Ganjar jauh di bawah angka tersebut. Namun, menurut Ganjar kala itu, populer belum tentu dipilih.
Ganjar membuktikan ucapannya. Duet Ganjar-Heru mengalahkan Bibit-Sudijono yang diusung Partai Demokrat, Golkar, dan PAN dengan kekuatan 37 kursi di DPRD Jateng dan HP-Don yang diusung koalisi enam partai dengan kekuatan 40 kursi di DPRD Jateng. Padahal, Ganjar-Heru hanya ditopang oleh PDI Perjuangan yang mendudukkan 23 wakilnya di DPRD Jateng.
Ada sejumlah variabel dominan yang menjadikan Ganjar-Heru meraih suara mayoritas itu.
PDI Perjuangan yang sepanjang pemilu pada era Orde Reformasi memenangi pemilu di Jateng membuktikan bahwa mesin partai ini sangat efektif menggalang basis politiknya sehingga kader dan fungsionaris partai memberikan dukungan kepada Ganjar-Heru.
Sebenarnya, Ganjar juga memiliki potensi berkurangnya dukungan suara sebab ikon PDI Perjuangan Jateng Rustriningsih tidak memberi dukungan kepada Ganjar. Don yang secara historis merupakan kader PDI Perjuangan juga malah berduet dengan Hadi Prabowo.
Dukungan sekitar 48 persen itu menunjukkan bahwa Ganjar-Heru mendapat dukungan besar dari luar PDI Perjuangan.
Menurut dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UGM Yogyakarta Arie Sujito, selama Bibit Waluyo menjabat Gubernur Jateng, ada kesalahan yang membuatnya kehilangan dukungan. Hal ini berpotensi mengurangi dukungan kepada Bibit.
Kasus perseteruannya dengan Joko Widodo, kala itu Wali Kota Surakarta, seperti kasus eks Pabrik Es Saripetojo dan cibirannya terhadap Mobil Nasional Esemka yang didukung penuh oleh Jokowi, dinilai telah melukai masyarakat Solo Raya dan Jateng pada umumnya.
Komentar pedas tentang kesenian jaran kepang atau kuda lumping terhadap seniman di kawasan Magelang juga menjadi faktor yang menyebabkan Bibit kehilangan dukungan di wilayah Keresidenan Kedu.
Solo Raya yang meliputi Kota Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, dan Sragen, sejak dahulu memang basis PDI Perjuangan. Di Keresidenan Kedu, Ganjar bisa meyakinkan kepada para petani tembakau bahwa dia kelak bakal melindungi tanaman bahan baku rokok tersebut.
Namun, di luar faktor itu sesungguhnya ada masalah serius di tubuh partai-partai pengusung calon. Bibit bukanlah kader Demokrat, Golkar, atau PAN yang mengusungnya dalam pilkada. Bibit pada Pilkada Jateng 2008 diusung PDI Perjuangan.
Hadi Prabowo dan Don Murdono juga bukan kader PKS, PPP, PKB, Gerindra, Hanura, dan PKNU. Dilihat dari komposisinya, pengusung HP-Don cenderung mewakili kelompok santri.
Krisis calon pemimpin itulah yang mungkin menyebabkan para kader partai bingung. Mereka melihat partainya gagal mengusung kadernya sendiri dalam Pilkada Jateng 2013, termasuk partai sebesar Demokrat dan Golkar.
Akhirnya, dalam pilkada banyak kader partai pengusung dan simpatisan malah masuk kelompok mengambang, yang pilihannya tidak lagi paralel dengan keputusan partai.
Dari sisi tersebut, PDI Perjuangan lebih diuntungkan karena Ganjar merupakan kader partai tulen sehingga lebih mudah dalam menyatukan kepentingan politik dengan para kader akar rumput.
Ganjar sebenarnya juga menghadapi masalah internal. Wagub Rustriningsih yang sebelumnya disebut-sebut punya dukungan kuat di akar rumput, ternyata tidak dipilih oleh PDI Perjuangan sebagai cagub.
Rustri kemudian memilih mengambil jarak kepada semua pasangan, termasuk kepada Ganjar-Heru. Gerbong Rustri ini dikhawatirkan menggerogoti kekuatan PDI Perjuangan.
Namun, PDI Perjuangan menjawab kekhawatiran itu dengan menggalang kekuatan internal dan kampanye intensif melalui televisi yang dilakukan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati dan Puan Maharani.
Di luar itu, Ganjar boleh jadi lebih memikat para remaja yang baru pertama mencoblos. "Dari debat antarcagub yang ditayangkan di stasiun televisi, Ganjar terlihat lebih pintar. Dia juga paling muda dan terlihat keren," kata Siska, siswi yang baru lulus Ujian Nasional SMA itu.
Kata keren memang tidak ada hubungan langsung dengan politik. Namun, pada era serbacitra, penampilan memang penting. Dan, bukan salah Ganjar bila memiliki sesuatu yang menguntungkan dirinya.
Pewarta : Achmad Zaenal
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025