Pakar: Guru Bahasa Jangan Hanya Ajarkan Retorika Teks
Sabtu, 2 November 2013 16:44 WIB
"Inilah kekhawatiran yang terjadi dalam pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia," katanya saat seminar "Kurikulum 2013 Berbasis Bahasa Indonesia sebagai Penghela Peradaban Bangsa" di Semarang, Sabtu.
Seminar yang berlangsung di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut terselenggara atas kerja sama antara Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes.
Menurut pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu itu, guru tidak boleh lupa akan fungsi bahasa Indonesia sebagai wahana pembina dan pengembang perabadan bangsa.
Agus yang menjadi Tim Inti Penyusun Kurikulum 2013 mengaku pernah mengamati pembelajaran Bahasa Inggris yang menunjukkan guru begitu asyiknya menjelaskan bagaimana struktur naratif dan ciri bahasa.
"Sementara itu, penggunaan bahasa Inggris di kelas justru sangat minim. Kekhawatiran yang sama seperti ini juga bisa terjadi pada pelajaran Bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa asing lainnya," katanya.
Guru Bahasa Indonesia, kata dia, tidak boleh lagi berpikir model "kacamata kuda", tetapi harus berpikir secara lintas bidang dalam mengajarkan bahasa Indonesia pada siswa-siswanya di kelas.
"Bahasa dan isi, meliputi bidang ilmu dan kegiatan kehidupan merupakan dwitunggal. Bahasa tanpa isi menjadi tanpa makna, sementara isi tanpa bahasa menjadi sesuatu yang mandek, kurang bermanfaat," katanya.
Oleh karena itu, Agus mengatakan bahwa kurikulum 2013 mencoba mengembalikan fungsi bahasa Indonesia dengan membebaskan siswa berekspresi dan kreatif memilih bahan atau teks yang bersifat aktual.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman mengungkapkan pembelajaran di kelas selama ini cenderung berpusat pada guru sehingga berjalan satu arah, terisolasi, pasif, dan pengetahuan bersifat tunggal.
Lewat kurikulum 2013, kata dia, proses pembelajaran dibuat berpusat pada siswa sehingga berjalan interaktif, terbukanya jejaring, lebih aktif dan kritis karena pengetahuan yang diperoleh bersifat jamak.
Berkaitan dengan bahasa Indonesia, guru besar bidang ilmu linguistik itu mengingatkan bahwa bahasa bukan saja sebagai sarana komunikasi, melainkan juga sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir.
"Pelajaran Bahasa Indonesia akan menjadi sangat strategis karena porsinya akan lebih besar, digunakan sebagai bahasa pengantar, sekaligus menjadi penghela perkembangan ilmu pengetahuan," kata Fathur.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2025