Logo Header Antaranews Jateng

Optimisme Jateng Hadapi Ekonomi 2014

Jumat, 3 Januari 2014 21:24 WIB
Image Print
ilustrasi


Seperti kata pepatah, berbekal optimisme dan mengharapkan yang terbaik saja tidak cukup, dibutuhkan juga rasa percaya diri dan tahu bagaimana mengatasi hal yang terburuk.

Rasa percaya diri Jawa Tengah kuat karena adanya batu pijakan kondisi perekonomian pada tahun 2013 sehingga tahu bagaimana menghadapi tahun ini dengan lebih baik lagi.

Pada tahun 2013, kinerja ekonomi Jateng banyak disumbang tiga sektor ekonomi utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); serta sektor pertanian yang dalam lima tahun terakhir memiliki pangsa sekitar 73 persen dari total produk domestik regional bruto (PDRB).

Di sektor perbankan, juga menunjukkan kinerja yang baik dengan total aset Rp235,3 triliun atau tumbuh 13,14 persen (year on year/YoY) atau setara dengan 111,6 persen dari PDRB Jateng pada tahun 2012 (Rp210,9 triliun).

Total dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp172,6 triliun atau tumbuh 14,50 persen (YoY), atau lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK Nasional sebesar 13,02 persen (YoY) dan rasio kredit UMKM bank umum total kredit umum sebesar 37,1 persen atau lebih tinggi daripada rasio kredit UMKM bank umum nasional (18,5 persen).

Estimasi Bank Indonesia, ketiga sektor utama yakni perdagangan, PHR, dan pertanian masih akan menjadi pendorong utama ekonomi Jawa Tengah pada tahun ini dibantu oleh sektor tersier.

Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan tumbuh sekitar 5,8 persen hingga 6,3 persen, sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan pada kisaran 5,6 persen hingga 6,1 persen (YoY).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indoensia Wilayah V Sutikno mengatakan bahwa stok beras Bulog yang cukup sampai 10 bulan mendatang diestimasikan mampu menahan kenaikan harga beras sehingga dapat menekan laju inflasi.

"Inflasi 2014 akan pada kisaran 4,5 persen plus minus satu persen. Risiko inflasi antara lain terkait dengan kenaikan harga komoditas internasional sejalan dengan membaiknya ekonomi global dan kebijakan Pemerintah menyesuaikan kenaikan tarif tenaga listrik," katanya.

Untuk menjaga daya beli masyarakat, laju inflasi perlu dijaga pada tingkat yang rendah, khususnya harga pangan. Pasokan bahan pangan perlu dikelola dengan lebih baik sehingga surplus produksi di Jawa Tengah dapat membantu stabilitas inflasi kelompok "volatile foods".

Hal tersebut perlu dilakukan agar kenaikan upah dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga tetap tumbuh tinggi.

Terkait dengan kegiatan investasi, BI optimistis pada tahun ini akan ada peningkatan dengan adanya sejumlah proyek besar, di antaranya pembangunan fisik "spining" dan "garment" PT Sritex di Sukoharjo telah selesai dilaksanakan dan saat ini pada tahapan percobaan peralatan mesin telah mencapai 80 persen.

Proyek lain pembangunan pabrik saus dan sambal PT Indofood CBP Sukses Makmur di Semarang, pabrik gula PT Laju Perdana Indah di Pati, dan pembangunan pabrik semen PT Sinar Tambang Artha Lestari di Banyumas.

Selain pembangunan pabrik, kelanjutan proyek infrastruktur di Jawa Tengah, seperti jalan tol Semarang-Solo, pengembangan Bandara Udara Ahmad Yani, dan modernisasi Pelabuhan Tanjung Mas diperkirakan akan mendorong kinerja investasi Jawa Tengah.

Ketua Apindo Jateng Frans Kongi berharap, dengan pembangunan infrastruktur tersebut, investasi yang masuk ke Jawa Tengah makin banyak.

Frans juga menyoroti hal penting lainnya dalam investasi, yakni perizinan.

"Perizinan yang mudah dan tidak berbelit-belit menjadi syarat kelancaran investasi," katanya.

Modal Jateng
Ekonom Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang Alimuddin Rizal Rivai menilai ekonomi Jateng pada tahun ini akan kembali melambat karena ketidakpastian ekonomi global.

Perlambatan ekonomi Jateng tersebut karena tahun ini diperkirakan hanya menyentuh 6,0 persen, sementara pada tahun 2012 6,34 atau di atas nasional yang hanya 6,2 persen dan pada tahun 2013 diperkirakan 5,6 persen hingga 6,1 persen.

Sejumlah faktor yang menyebutkan melambatnya ekonomi lainnya, yakni terkait dengan kebijakan fiskal, kenaikan BI Rate, melemahnya nilai tukar, menurunnya nilai ekspor, serta menurunya daya beli masyarakat.

Laju inflasi diperkirakan akan sedikit turun berkisar antara 6,2 persen dan 7,7 persen atau tidak sampai menyentuh dua digit.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahun kalender Desember 2013 dan laju inflasi "year on year" (Desember 2013 terhadap Desember 2012) sebesar 7,99 persen. Laju inflasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2012 yang terjadi inflasi 4,24 persen.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari menjelaskan bahwa laju inflasi Jateng 2013 sebesar 7,99 persen, tetapi angka tersebut lebih rendah daripada daerah lainnya serta tingkat nasional yang tercatat 8,38 persen karenanya masih cukup baik.

Selain itu, jika dilihat dari profil kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Jateng pada bulan September 2013 sebanyak 4,705 juta orang atau telah berkurang 28,08 ribu orang (0,13 persen) jika dibandingkan pada posisi pada bulan Maret 2013 (4,733 juta atau 14,56 persen).

Alimuddin menilai kondisi Jawa Tengah cukup baik dan 2014 sebagai tahun politik diperkirakan tidak banyak memberikan pengaruh signifikan. Begitu juga dengan menurunnya nilai ekspor diperkirakan juga tidak banyak memberikan pengaruh karena masih banyak industri yang mengandalkan bahan baku lokal, seperti mebel dan industri kayu serta bahan dari kayu.

Keinginan Gubernur Jateng untuk dapat mewujudkan kedaulatan pertanian akan membuahkan hasil jika seluruh jajaran pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten, maupun kota, dapat merealisasikan semangat tersebut.

Kondisi Jateng makin baik karena di sektor lapangan usaha, Jateng memiliki modal yang cukup baik dengan dukungan UMKM. Apalagi, UMKM menjadi salah satu penopang utama dari industri pengolahan Jateng karena permintaan pasar domestik tetap tinggi.

"Modal lainnya adalah Jateng juga cukup dewasa menghadapi kondisi ekonomi politik saat ini. Masyarakat tetap kalem dan aktivitas masyarakat seperti berdagang dapat berjalan seperti biasa," katanya.

Alimuddin melihat dengan seluruh modal tersebut diperkirakan kondisi ekonomi Jateng pada tahun ini cukup baik. Ibarat mobil yang melaju kencang, kekencangan tersebut didorong oleh angin sehingga perlu waspada.


Pewarta :
Editor: M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025