Golkar Akan Jadi Oposisi?
Senin, 19 Mei 2014 13:51 WIB
Dengan modal perolehan 18.432.312 suara sah atau 14,75 persen, partai yang eksis sejak Orde Baru berkuasa ini seharusnya tak sulit mencari dukungan satu-dua partai yang lolos ambang batas parlemen.
Alih-alih membawa Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai capres, untuk disodorkan jadi cawapres ke Jokowi yang dicalonkan oleh PDIP dan Prabowo Subianto yang dicapreskan oleh Partai Gerindra saja susahnya bukan main.
Jokowi yang punya kans besar untuk memenangi Pilpres 2014 sejak awal tidak memasukkan ARB sebagai salah satu alternatif. Begitu pula Prabowo yang didukung PPP, PAN, dan PKS juga belum pernah menyiratkan ARB di posisi calon orang nomor dua di republik ini.
Penolakan kubu Jokowi dan Prabowo tersebut karena ARB dinilai tidak memiliki tingkat keterpilihan memadai bila dipasangkan dengan capres jagoan mereka. Dari berbagai survei, termasuk internal Partai Golkar, popularitas ARB tertinggal jauh dari Jokowi dan Prabowo.
Padahal, Jokowi dan Prabowo menginginkan pasangan yang tidak memiliki resistensi tinggi, tetapi harus bisa mempekuat dukungan di luar partai pengusungnya.
Jika Jokowi akhirnya menentukan pilihan kepada Jusuf Kalla, tentu PDIP melihat Kalla bukan sebagai petinggi Golkar, melainkan resistensi Ketua Umum PMI ini relatif rendah, baik di kalangan nasionalis, Islam, maupun representasi kedaerahan. Kalla selama ini, terutam saat jadi wapres, juga dikenal sebagai pemimpin yang sukses. Kalla punya andil besar dalam perdamaian di Aceh dan konversi dari minyak tanah ke gas.
Prabowo sejak awal memang mengincar tambahan dukungan dari partai Islam dan partai berbasis massa Islam. Sejauh ini hasilnya sesuai harapan. PPP, PKS, dan PAN merapat ke Prabowo. Hatta Rajasa tampaknya bakal mendampingi Prabowo kendati ada letupan kecil protes dari partai mitra.
Partai Demokrat yang menempati posisi keempat di bawah PDIP, Golkar, dan Gerindra sebenarnya juga punya modal lumayan. Partai berlambang mercy ini meraih 12.728.913 suara atau 10,19 persen. Namun, partai ini tampaknya rada gengsi bila merapat ke PDIP atau ke Prabowo bila tokoh yang dimajukannya tidak dilirik.
Konvensi Partai Demokrat yang sempat ramai pada awal, akhirnya meredup. Dahlan Iskan yang dinyatakan sebagai pemenang konvensi tidak serta merta diusung Demokrat menjadi capres atau cawapres. Posisi Demokrat memang sulit setelah banyak petinggi partai ini tersangkut kasus korupsi.
Partai ini memilih menahan diri, tidak terlalu aktif menggandeng koalisi untuk mengusung calonnya. Memang ada wacana memajukan Pramono Edhie Wibowo, mantan KSAD, untuk disandingkan dengan ARB. Namun, rencana koalisi Golkar dan Demokrat untuk mengusung dua tokoh ini mentah di tengan jalan.
Memang banyak analis melihat keduanya bukan pasangan yang layak untuk ditandingkan dengan Jokowi dan Prabowo dalam Pilpres 2014. Pilihan ARB dan Golkar tampaknya semakin sedikit. Merapat ke Jokowi atau Prabowo sambil berharap mendapat jatah kursi kabinet nanti atau netral. Atau menjadi oposisi pemerintah hasil bentukan presiden terpilih nanti.
Golkar dalam sejarah tidak pernah di jalur oposisi. Apakah ARB selaku Ketua Umum Partai Golkar akan membuat sejarah sendiri dengan menjadikan partai ini sebagai oposisi?
Masih ada sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan ini. Kita tunggu saja. ***
Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2025