"Selain kurma dan Al Quran, saya juga bawakan air zam-zam. Kurma dan air zam-zam akan dimakan bersama karena saat seperti ini sangat bagus kalau diberikan yang herbal," kata Hasan kepada wartawan di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.

Ia mengatakan bahwa kondisi dua terpidana mati yang telah berada di ruang isolasi Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusakambangan, itu di luar dugaan karena semakin kuat.

Saat makan bersama dengan keluarga dan pengacara, kata dia, dua terpidana mati itu tampak ceria.

"Mereka tadi juga berjamaah Salat Zuhur bersama saya dan keluarga di masjid," katanya.

Saat ditanya mengenai pesan terakhir dua terpidana mati tersebut, dia mengatakan bahwa hal itu sudah dicatat oleh pengacara masing-masing terpidana.

Kendati demikian, dia mengaku telah menyampaikan kepada para terpidana jika ada pesan terakhir yang masih tertinggal, wasiat itu bisa disampaikan kepadanya untuk diteruskan kepada kejaksaan.

Menurut dia, kedua terpidana mati itu akan diajak untuk melaksanakan Salat Tobat sebelum pelaksanaan eksekusi.

Akan tetapi saat ditanya identitas dua terpidana mati beragama Islam yang didampinginya, dia enggan menyebutkannya.

"Hanya ada dua, satu WNI dan satu WNA," katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun Antara, dua terpidana mati beragama Islam yang akan segera dieksekusi, yakni Zainal Abidin (warga negara Indonesia) dan Martin Anderso (warga negara Nigeria).

Kejaksaan Agung pada akhir pekan lalu menyatakan bahwa sebanyak sembilan terpidana mati kasus narkoba akan segera dieksekusi secara serentak di Pulau Nusakambangan dalam waktu dekat.

Kesembilan terpidana mati itu terdiri atas Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).