Dewan Sangha Walubi Minta Umat Hindari Diskriminasi
Selasa, 2 Juni 2015 8:03 WIB
Para biksu sangha Walubi membawa obor dalam prosesi penyemayaman api dharma di Candi Mendut Kabupaten Magelang, Senin (1/6) malam. (Hari Atmoko/dokumen).
"Kami imbau umat Buddha Indonesia dan dunia agar tidak bersikap diskrimasi terhadap sesama manusia yang berbeda-beda," kata Koordinator Dewan Sangha Walubi Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira di Magelang, Senin petang.
Ia mengatakan hal itu di sela-sela penyambutan api dharma Waisak 2015 yang diambil dari sumber api alami Mrapen Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, di pelataran Candi Mendut, Kabupaten Magelang, sekitar 3,5 kilometer timur Candi Borobudur.
Ajaran Buddha, katanya, tidak mengenal pembagian kasta dan diskriminasi kepada sesama, serta menjunjung semangat cinta dan antikekerasan.
Kalau ada umat Buddha yang bersikap diskriminasi, katanya, hal itu bertentangan dengan ajaran luhur Sang Buddha.
"Itu melukai citra luhur ajaran Buddha, dia bukan buddhis tulen, tidak mengikuti ajaran Buddha," katanya.
Ia mengemukakan pentingnya seluruh umat manusia yang berbeda-beda latar belakang membangun kehidupan yang rukun dan damai.
"Hidup rukun dan damai, membangun kehidupan yang harmonis walaupun berbeda-beda," kata Biksu Tadisa yang juga Ketua Sangha Mahayana Buddhis Internasional itu.
Ia mengemukakan ajaran Buddha membawa manusia kepada kebenaran dan kebaikan kepada alam dan sesama makhluk hidup.
Bencana alam yang terjadi di berbagai tempat, katanya, akibat situasi kehidupan yang tidak lagi harmonis.
Oleh karena itu, katanya, manusia harus menyucikan pikiran dan mengembangkan kebajikan supaya kehidupan alam menjadi harmonis.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024