Komisi VIII: Penyatuan Penetapan Ramadhan dan Lebaran Saling Menghormati
Senin, 8 Juni 2015 10:36 WIB
Petugas Rukyat meneropong posisi hilal (bulan) menggunakan hilal tarcker saat dilakukan rukyatul hilal, guna menentukan 1 Syawal 1434 H, di Pantai Ambat, Tlanakan, Pamekasan, Jatim. (ANTARA FOTO/ Saiful Bahri
"Beberapa waktu lalu, Menteri Agama kan menyampaikan bahwa Kemenag sekarang sedang berusaha mencari titik temu. Ya kita doakan semoga segera dapat dicari titik temu itu. Kuncinya, harus ada yang ditinggikan setingkat dan merendah setingkat," kata Saleh di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin.
Namun demikian, upaya penyatuan itu dinilai harus dilakukan sungguh-sungguh dan berpedoman pada prinsip saling menghormati dan menghargai.
Pasalnya, untuk sebagian kalangan, penetapan awal Ramadan dan lebaran dianggap sebagai sesuatu yang prinsipil dalam ajaran agama. Karena itu, pendapat semua pihak harus diakomodir sedemikian rupa demi mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak.
"Saya dengar, Kemenag juga sedang mengagendakan ijtima' lintas ormas. Mudah-mudahan kegiatan itu bisa menghasilkan rumusan-rumusan baru dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran," kata politisi PAN itu.‎ ‎‎
Selama ini, di Indonesia berkembang dua pandangan tentang penetapan awal Ramadan dan lebaran yaitu metode hisab dan ru'yah. Kedua metode ini dianggap sama-sama memiliki landasan syar'i yang bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Karena sama-sama memiliki dalil yang kuat, tentu tidak ada yang boleh dikesampingkan. Semua harus didengar dan diakomodir sehingga didapatkan titik temu yang saling membesarkan.
"Tentu tidak elok jika setiap awal Ramadan persoalan seperti ini selalu muncul. Apalagi, di negara-negara lain persoalan ini jarang ditemukan," kata Saleh Partaonan Daulay‎
Namun demikian, upaya penyatuan itu dinilai harus dilakukan sungguh-sungguh dan berpedoman pada prinsip saling menghormati dan menghargai.
Pasalnya, untuk sebagian kalangan, penetapan awal Ramadan dan lebaran dianggap sebagai sesuatu yang prinsipil dalam ajaran agama. Karena itu, pendapat semua pihak harus diakomodir sedemikian rupa demi mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak.
"Saya dengar, Kemenag juga sedang mengagendakan ijtima' lintas ormas. Mudah-mudahan kegiatan itu bisa menghasilkan rumusan-rumusan baru dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran," kata politisi PAN itu.‎ ‎‎
Selama ini, di Indonesia berkembang dua pandangan tentang penetapan awal Ramadan dan lebaran yaitu metode hisab dan ru'yah. Kedua metode ini dianggap sama-sama memiliki landasan syar'i yang bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Karena sama-sama memiliki dalil yang kuat, tentu tidak ada yang boleh dikesampingkan. Semua harus didengar dan diakomodir sehingga didapatkan titik temu yang saling membesarkan.
"Tentu tidak elok jika setiap awal Ramadan persoalan seperti ini selalu muncul. Apalagi, di negara-negara lain persoalan ini jarang ditemukan," kata Saleh Partaonan Daulay‎
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Sejumlah caleg DPR RI petahana Dapil Jateng VIII berpotensi ke Senayan
21 February 2024 16:56 WIB, 2024
Komisi VIII DPR RI mengusulkan tambahan kuota haji untuk pendamping lansia
17 May 2023 13:23 WIB, 2023
Terkait pencairan bansos, Komisi VIII DPR RI apresiasi langkah Mensos
04 February 2022 14:29 WIB, 2022
Risma minta maaf pada Komisi VIII atas komunikasi buruk Sekjen Kemensos
19 January 2022 15:02 WIB, 2022
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017