Direktur Layanan Medis wilayah itu Gerald Akeche mengatakan seluruh korban, termasuk perempuan dan anak kecil, telah dibawa ke instalasi kesehatan lokal.

Ia menyatakan buruknya ketersediaan WC dan makanan yang dijajakan di wilayah menjadi penyebab jumlah kasus kolera melonjak.

"Kebanyakan warga di wilayah pedesaan Kenya telah mengabaikan pendidikan kesehatan dasar seperti pengolahan air sebelum minum dan mencuci tangan setelah membuang hajat," kata Akeche, sebagaimana dikutip Xinhua.

Pada Mei, kolera menewaskan 72 orang dan membuat 3.223 orang dirawat di rumah sakit di seluruh negeri itu, kata Kementerian Kesehatan.

Sebanyak 11 wilayah terpengaruh oleh wabah tersebut termasuk Nairobi, Nakuru, Migori, Homa Bay dan Mombasa. Nakuru dan Nairobi adalah yang paling parah dilanda kolera, masing-masing dengan 16 kematian.

Kantor Kas Nasional mengucurkan 5,2 juta dolar AS pada Mei untuk memerangi wabah kolera, setelah Presiden Uhuru Kenyatta mengintruksikan untuk membuat strategi guna menghadapi penyakit itu.

Pejabat Kementerian Kesehatan Khadija Kassachoon mengatakan dalam satu wawancara sebelumnya bahwa kementerian tersebut melancarkan upaya untuk menghentikan penyebaran lebih lanjut penyakit itu dan uang tersebut akan dikeluarkan untuk membeli pasokan medis, menyediakan air bersih, menciptakan kesadaran masyarakat dan membangun kemampuan semua kabupaten guna memerangi penyakit tersebut.

Direktur Medis Nicholas Muraguri mengatakan kementerian itu sudah membagikan pasokan medis di berbagai wilayah untuk menangani penyakit tersebut.

Ia mengungkapkan kebanyakan daerah yang terpengaruh hanya memiliki satu WC, yang biasanya melayani lebih dari 3.000 orang, dan kebanyakan warga memilih untuk membuang hajat di tempat terbuka.

"Kami hidup dalam kondisi kesehatan yang buruk, sebab kotoran manusia tercecer di seluruh pantai akibat kurangnya WC, pemerintah mesti turun-tangan untuk segera mencegah jatuhnya korban jiwa," katanya.