Shinta Nuriyah: Puasa Bukan Sekedar Ibadah Ritual Tahunan
Jumat, 26 Juni 2015 20:49 WIB
Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. (FOTO: ANTARA/Jafkhairi)
"Kami ingin mengajak kaum Muslim bisa mengerti dan memahami hakikat puasa. Saya khawatir pada mereka yang berpuasa tetapi tidak dapat pahala dan hanya mendapat lapar dan dahaga karena tidak mengetahui hakikat puasa," katanya di Temanggung, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan hal tersebut menjelang buka bersama dengan ratusan anak yatim piatu di Pendopo Pengayoman Temanggung yang diselenggarakan Jaringan Gusdurian bersama Pemkab Temanggung.
Ia menuturkan banyak kaum Muslim Indonesia hanya lakukan puasa saat Ramadhan. Puasa yang dilakukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban belum tahu hakikat puasa.
Ia mengatakan puasa bukan hanya mengajarkan lapar dan dahaga, tetapi juga mengajarkan umat untuk menjadi orang sabar dan kejujuran.
"Berpuasa atau tidak hanya kita sendiri dan Allah yang tahu, di sinilah kita diajarkan kejujuran karena orang lain tidak tahu," katanya.
Menurut dia, dengan nilai-nilai berpuasa tersebut berarti orang bisa menata jiwa sehingga bisa juga menata anak bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.
Pada buka puasa bersama anak yatim piatu tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh berbagai agama di Temanggung.
Istri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkesan dengan penampilan anak-anak dari Gereja Katolik Santo Paulus dan Santo Petrus Temanggung yang menyanyikan lagu-lagu islami dengan biola mereka, yakni lagu ilir-ilir, shalawat tanpa waton, dan tamba ati.
Shinta mengatakan kegiatan buka bersama atau sahur bersama kaum duafa, kaum terpinggirkan, tukang becak, pemulung, dan lainnya akan selalu dilakukan.
"Kita semua saudara, dari berbagai suku dan agama, semua bersatu dan damai. Ajaran ini ada di setiap agama. Tidak ada seorang pun yang ketika lahir tidak ada dalam masyarakat majemuk, jangan sampai ada yang mengingkarinya," katanya.
Ia mengatakan hal tersebut menjelang buka bersama dengan ratusan anak yatim piatu di Pendopo Pengayoman Temanggung yang diselenggarakan Jaringan Gusdurian bersama Pemkab Temanggung.
Ia menuturkan banyak kaum Muslim Indonesia hanya lakukan puasa saat Ramadhan. Puasa yang dilakukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban belum tahu hakikat puasa.
Ia mengatakan puasa bukan hanya mengajarkan lapar dan dahaga, tetapi juga mengajarkan umat untuk menjadi orang sabar dan kejujuran.
"Berpuasa atau tidak hanya kita sendiri dan Allah yang tahu, di sinilah kita diajarkan kejujuran karena orang lain tidak tahu," katanya.
Menurut dia, dengan nilai-nilai berpuasa tersebut berarti orang bisa menata jiwa sehingga bisa juga menata anak bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.
Pada buka puasa bersama anak yatim piatu tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh berbagai agama di Temanggung.
Istri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkesan dengan penampilan anak-anak dari Gereja Katolik Santo Paulus dan Santo Petrus Temanggung yang menyanyikan lagu-lagu islami dengan biola mereka, yakni lagu ilir-ilir, shalawat tanpa waton, dan tamba ati.
Shinta mengatakan kegiatan buka bersama atau sahur bersama kaum duafa, kaum terpinggirkan, tukang becak, pemulung, dan lainnya akan selalu dilakukan.
"Kita semua saudara, dari berbagai suku dan agama, semua bersatu dan damai. Ajaran ini ada di setiap agama. Tidak ada seorang pun yang ketika lahir tidak ada dalam masyarakat majemuk, jangan sampai ada yang mengingkarinya," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Shinta Nuriyah: Makna Ajaran Puasa Ajarkan Saling Menghargai, Sabar dan Saling Menerima Perbedaan
12 July 2015 16:22 WIB, 2015