Pemerintah Jangan Buru-Buru Datangkan Sapi Indukan
Sabtu, 29 Agustus 2015 21:32 WIB
Ilustrasi. Seorang pedagang menimbang daging sapi yang dijual di Pasar Senen Jakarta, Senin (18/5). Pemerintah berencana melakukan impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan jelang puasa dan lebaran mencapai 49.250 ton, sedangkan pasokan dari dalam n
Ketua Aspin Boyolali Suparno di Boyolali, Sabtu, mengatakan permintaan untuk pemerintah tidak terburu-buru mengambil kebijakan tersebut karena dianggap kurang efektif dalam mengatasi turunnya populasi di dalam negeri.
Ia menilai persoalan menyangkut hal tersebut memang tidak sederhana.
Akan tetapi, katanya, para peternak akan mendukung jika peningkatan produksi sapi dalam negeri wajib dibantu dengan dana yang signifikan dibandingkan dengan mempercepat impor.
Suparno menjelaskan program inseminasi buatan (IB) sebagai kebijakan yang positif untuk menaikkan populasi sapi karena melalui program itu.
Ia mengatakan sapi dapat mempunyai anak tidak hanya satu ekor. Indukan sapi dapat melahirkan hingga dua ekor pedet.
Jika pemerintah menyediakan dana yang besar bagi usaha pembibitan sapi, katanya, hal itu akan membuat tidak perlu terburu-buru setiap menghadapi situasi harga yang tidak stabil seperti saat ini, dengan mengambil kebijakan mendatangkan sapi dari luar negeri.
Menurut dia, pemerintah dapat memberikan kepercayaan kepada kelompok petani untuk mengembangkan usaha dengan model pendampingan melalui tenaga ahli dan dana bantuan yang memadai.
Oleh karena itu, pihaknya optimistis bahwa Indonesia dapat bangkit dalam mengelola dan memproduksi daging sapi pada masa mendatang.
Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali dalam meningkatkan populasi sapi potong di daerah itu melalui program Gertak Birahi dan Imseminasi Buatan (GBIB), Penanggulangan Gangguan Reproduksi (Gangrep), dan perbaikan mutu pakan.
Kepala Disnakan Boyolali Bambang Jianto mengatakan untuk percepatan pupulasi ternak sapi dengan melaksanakan program GBIB, Gangrep, dan perbaikan pakan sehingga rata-rata sapi lahir sekitar empat ribu ekor per bulan.
"Populasi sapi di Boyolali mencapai sekitar 160 ribu ekor atau masih mencukup kebutuhan daging di kabupaten ini dan suplai ke luar daerah," katanya.
Menyinggung soal rencana pemerintah mendatang sapi indukan dari luar negeri, pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Pihaknya justru menilai baik jika jenis sapi yang diimpor unggulan dari angroklimat yang tidak terlalu beda.
Bambang Jianto menjelaskan hal tersbeut tidak merugikan petani sapi lokal karena segmen daging sapi impor itu untuk kota-kota besar.
Namun, katanya, sapi lokal yang jika dipotong terus-menerus dengan jumlah yang tidak bisa dikendalikan, lama-lama juga akan menipis.
"Kita di daerah posisinya apa yang diprogramkan pemerintah pusat akan dilaksanakan sesuai proporsi dan posisi kita," kata Bambang Jianto.
Ia menilai persoalan menyangkut hal tersebut memang tidak sederhana.
Akan tetapi, katanya, para peternak akan mendukung jika peningkatan produksi sapi dalam negeri wajib dibantu dengan dana yang signifikan dibandingkan dengan mempercepat impor.
Suparno menjelaskan program inseminasi buatan (IB) sebagai kebijakan yang positif untuk menaikkan populasi sapi karena melalui program itu.
Ia mengatakan sapi dapat mempunyai anak tidak hanya satu ekor. Indukan sapi dapat melahirkan hingga dua ekor pedet.
Jika pemerintah menyediakan dana yang besar bagi usaha pembibitan sapi, katanya, hal itu akan membuat tidak perlu terburu-buru setiap menghadapi situasi harga yang tidak stabil seperti saat ini, dengan mengambil kebijakan mendatangkan sapi dari luar negeri.
Menurut dia, pemerintah dapat memberikan kepercayaan kepada kelompok petani untuk mengembangkan usaha dengan model pendampingan melalui tenaga ahli dan dana bantuan yang memadai.
Oleh karena itu, pihaknya optimistis bahwa Indonesia dapat bangkit dalam mengelola dan memproduksi daging sapi pada masa mendatang.
Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali dalam meningkatkan populasi sapi potong di daerah itu melalui program Gertak Birahi dan Imseminasi Buatan (GBIB), Penanggulangan Gangguan Reproduksi (Gangrep), dan perbaikan mutu pakan.
Kepala Disnakan Boyolali Bambang Jianto mengatakan untuk percepatan pupulasi ternak sapi dengan melaksanakan program GBIB, Gangrep, dan perbaikan pakan sehingga rata-rata sapi lahir sekitar empat ribu ekor per bulan.
"Populasi sapi di Boyolali mencapai sekitar 160 ribu ekor atau masih mencukup kebutuhan daging di kabupaten ini dan suplai ke luar daerah," katanya.
Menyinggung soal rencana pemerintah mendatang sapi indukan dari luar negeri, pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Pihaknya justru menilai baik jika jenis sapi yang diimpor unggulan dari angroklimat yang tidak terlalu beda.
Bambang Jianto menjelaskan hal tersbeut tidak merugikan petani sapi lokal karena segmen daging sapi impor itu untuk kota-kota besar.
Namun, katanya, sapi lokal yang jika dipotong terus-menerus dengan jumlah yang tidak bisa dikendalikan, lama-lama juga akan menipis.
"Kita di daerah posisinya apa yang diprogramkan pemerintah pusat akan dilaksanakan sesuai proporsi dan posisi kita," kata Bambang Jianto.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2025