Sekolah Sawah Tanamkan Pertanian Organik Anak Merapi
Jumat, 18 September 2015 16:50 WIB
Ilustrasi - Sejumlah murid TK berlatih menaman benih padi di area persawahan. (Foto ANTARA)
"Sebagian besar masyarakat di sini hidup dari pertanian sehingga penting sejak dini, anak-anak murid kami memahami dengan baik soal pertanian organik, agar kelak mereka dapat mencintai lingkungan alam sekitarnya," kata Suster Rosari yang juga Kepala SDK Prontakan Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang itu, di Magelang, Jumat.
Program sekolah sawah dirintis sejak dua tahun lalu, sedangkan sejak Februari 2015 pihaknya dengan dukungan masyarakat setempat yang tergabung dalam Tim Edukasi Tuk Mancur Desa Ngargomulyo, telah mendapatkan tiga lahan pertanian untuk para siswanya, kelas III, IV, V, dan VI mengikuti pelajaran bertani secara organik.
Areal pelatihan sekolah sawah itu, katanya didampingi seorang pegiat Tim Edukasi Tuk Mancur F.X. Riyadi, dua lokasi di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, masing-masing seluas 450 meter persegi dan 500 meter persegi, serta lahan bengkok di Dusun Batur, Desa Ngargomulyo seluas 100 meter.
Setiap Jumat pukul 07.00-11.00 WIB, puluhan anak SDK Prontakan tidak datang ke sekolahnya, tetapi dari rumah masing-masing langsung ke areal pelatihan sekolah sawah untuk mengikuti pelajaran bertani secara organik.
Mereka, antara lain berlatih menanam bibit aneka sayuran, merawat tanaman, membuat pupuk organik. Mereka juga berlatih memelihara ikan di beberapa kolam di areal pelatihan sekolah sawah itu, seperti lele, nila, dan koi.
Sejumlah tanaman sayuran yang ditanam para siswa, antara lain tomat, kangkung, buncis, loncang, terung, slada, bayam, dan caisim. Hingga saat ini, hasil pelatihan pertanian organik mereka telah beberapa kali panen, sedangkan hasil panenan dijual kepada guru dan pengepul khusus produk pertanian organik. Hasil penjualan panenan dikumpulkan para siswa menjadi kas masing-masing kelas.
Areal pertanian di kawasan Gunung Merapi diolah masyarakat petani setempat untuk penanaman berbagai jenis sayuran yang panenanya dipasok ke berbagai pasar di daerah setempat maupun luar kota.
Riyadi mengemukakan pentingnya membangun sikap budaya pertanian organik ditanamkan kepada masyarakat kawasan itu, sejak usia anak-anak.
"Pertanian organik tidak bisa dikerjakan secara instan, harus dipupuk sejak anak-anak, supaya kelak mereka yang menjadi petani, menggarap lahan pertaniannya secara organik. Akan tetapi yang lebih luas lagi, mereka kelak mencintai alam dan lingkungannya, dan melestarikannya untuk kepentingan jangka panjang," katanya.
Program sekolah sawah dirintis sejak dua tahun lalu, sedangkan sejak Februari 2015 pihaknya dengan dukungan masyarakat setempat yang tergabung dalam Tim Edukasi Tuk Mancur Desa Ngargomulyo, telah mendapatkan tiga lahan pertanian untuk para siswanya, kelas III, IV, V, dan VI mengikuti pelajaran bertani secara organik.
Areal pelatihan sekolah sawah itu, katanya didampingi seorang pegiat Tim Edukasi Tuk Mancur F.X. Riyadi, dua lokasi di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, masing-masing seluas 450 meter persegi dan 500 meter persegi, serta lahan bengkok di Dusun Batur, Desa Ngargomulyo seluas 100 meter.
Setiap Jumat pukul 07.00-11.00 WIB, puluhan anak SDK Prontakan tidak datang ke sekolahnya, tetapi dari rumah masing-masing langsung ke areal pelatihan sekolah sawah untuk mengikuti pelajaran bertani secara organik.
Mereka, antara lain berlatih menanam bibit aneka sayuran, merawat tanaman, membuat pupuk organik. Mereka juga berlatih memelihara ikan di beberapa kolam di areal pelatihan sekolah sawah itu, seperti lele, nila, dan koi.
Sejumlah tanaman sayuran yang ditanam para siswa, antara lain tomat, kangkung, buncis, loncang, terung, slada, bayam, dan caisim. Hingga saat ini, hasil pelatihan pertanian organik mereka telah beberapa kali panen, sedangkan hasil panenan dijual kepada guru dan pengepul khusus produk pertanian organik. Hasil penjualan panenan dikumpulkan para siswa menjadi kas masing-masing kelas.
Areal pertanian di kawasan Gunung Merapi diolah masyarakat petani setempat untuk penanaman berbagai jenis sayuran yang panenanya dipasok ke berbagai pasar di daerah setempat maupun luar kota.
Riyadi mengemukakan pentingnya membangun sikap budaya pertanian organik ditanamkan kepada masyarakat kawasan itu, sejak usia anak-anak.
"Pertanian organik tidak bisa dikerjakan secara instan, harus dipupuk sejak anak-anak, supaya kelak mereka yang menjadi petani, menggarap lahan pertaniannya secara organik. Akan tetapi yang lebih luas lagi, mereka kelak mencintai alam dan lingkungannya, dan melestarikannya untuk kepentingan jangka panjang," katanya.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
Kadin: UMKM Kota Semarang Harus Naik Kelas Agar Mampu Bersaing di Tingkat Global
18 January 2017 7:32 WIB, 2017
BPJS Ketenagakerjaan Berikan Pelatihan dan Sertifikasi Pekerja Konstruksi
27 September 2016 16:43 WIB, 2016