Hubble Tangkap Citra Galaksi Terjauh di Semesta
Jumat, 4 Maret 2016 13:47 WIB
Gambaran semesta terdalam dari teleskop Hubble milik NASA. (NASA; ESA; G. Illingworth, D. Magee, and P. Oesch, University of California, Santa Cruz; R. Bouwens,)
Bayi galaksi sangat terang bernama GN-z11 terlihat 13,4 miliar tahun di masa lalu, hanya 400 juta tahun setelah Big Bang atau Ledakan Besar menurut laporan tim astronom di Astrophysical Journal yang dikutip kantor berita Xinhua.
"Kami mengambil langkah mundur dalam waktu, di luar apa yang pernah kita harapkan dengan Hubble. Kami melihat GN-z11 pada waktu ketika semesta hanya tiga persen dari usia saat ini," kata peneliti utama Pascal Oesch dari Yale University.
Tim astronot yang juga meliputi ilmuwan dari Space Telescope Science Institute dan University of California itu mengungkapkan bahwa GN-z11 sekitar 25 kali lebih kecil dibandingkan dengan Bima Sakti dan bintang-bintangnya hanya satu persen dari masa galaksi kita.
Meski demikian GN-z11 tumbuh cepat, membentuk bintang-bintang pada laju 20 kali lebih besar dibandingkan dengan galaksi kita sekarang.
Ini membuat galaksi yang sangat jauh itu terlihat cukup terang sehingga para astronom bisa melihat dan mengamatinya menggunakan Teleskop Hubble dan Spitzer milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Tim menggunakan Wide Field Camera 3 pada Hubble untuk secara akurat mengukur jarak ke GN-z11 secara spektroskopis dengan memecah cahaya menjadi komponen-komponen warna.
Pengukuran itu didasarkan pada "pergeseran merah" satu galaksi, yang artinya kalau satu galaksi jauh bergerak menjauhi kita cahayanya tampak lebih merah. Makin besar pergeseran merahnya, makin jauh galaksi itu.
Sebelum para astronom menentukan jarak GN-z11, galaksi paling jauh dalam pengukuran spektroskopis punya pergeseran merah 8,68 yang diterjemahkan menjadi jarak 13,2 miliar tahun cahaya.
Sekarang tim mengonfirmasi GN-z11 berada pada pergeseran merah 11,1 atau hampir 200 juta tahun mendekati waktu Ledakan Besar.
"Rekor baru ini tampaknya akan bertahan sampai peluncuran Teleskop Antariksa James Webb," kata peneliti Pieter van Dokkum dari Yale University mengacu pada penerus Hubble yang dijadwalkan meluncur 2018.
Hasil penelitian itu membawa petunjuk-petunjuk mengejutkan baru tentang sifat dari alam semesta pada masa sangat awal.
"Menakjubkan bahwa satu galaksi yang begitu masif ada hanya 200 juta sampai 300 juta setelah bintang paling pertama mulai terbentuk. Butuh pertumbuhan sangat cepat, laju produksi bintang sangat besar, untuk membentuk satu galaksi yang semiliar masa matahari begitu cepat," kata peneliti Garth Illingworth dari University of California, Santa Cruz, seperti dilansir laman resmi NASA.
"Kami mengambil langkah mundur dalam waktu, di luar apa yang pernah kita harapkan dengan Hubble. Kami melihat GN-z11 pada waktu ketika semesta hanya tiga persen dari usia saat ini," kata peneliti utama Pascal Oesch dari Yale University.
Tim astronot yang juga meliputi ilmuwan dari Space Telescope Science Institute dan University of California itu mengungkapkan bahwa GN-z11 sekitar 25 kali lebih kecil dibandingkan dengan Bima Sakti dan bintang-bintangnya hanya satu persen dari masa galaksi kita.
Meski demikian GN-z11 tumbuh cepat, membentuk bintang-bintang pada laju 20 kali lebih besar dibandingkan dengan galaksi kita sekarang.
Ini membuat galaksi yang sangat jauh itu terlihat cukup terang sehingga para astronom bisa melihat dan mengamatinya menggunakan Teleskop Hubble dan Spitzer milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Tim menggunakan Wide Field Camera 3 pada Hubble untuk secara akurat mengukur jarak ke GN-z11 secara spektroskopis dengan memecah cahaya menjadi komponen-komponen warna.
Pengukuran itu didasarkan pada "pergeseran merah" satu galaksi, yang artinya kalau satu galaksi jauh bergerak menjauhi kita cahayanya tampak lebih merah. Makin besar pergeseran merahnya, makin jauh galaksi itu.
Sebelum para astronom menentukan jarak GN-z11, galaksi paling jauh dalam pengukuran spektroskopis punya pergeseran merah 8,68 yang diterjemahkan menjadi jarak 13,2 miliar tahun cahaya.
Sekarang tim mengonfirmasi GN-z11 berada pada pergeseran merah 11,1 atau hampir 200 juta tahun mendekati waktu Ledakan Besar.
"Rekor baru ini tampaknya akan bertahan sampai peluncuran Teleskop Antariksa James Webb," kata peneliti Pieter van Dokkum dari Yale University mengacu pada penerus Hubble yang dijadwalkan meluncur 2018.
Hasil penelitian itu membawa petunjuk-petunjuk mengejutkan baru tentang sifat dari alam semesta pada masa sangat awal.
"Menakjubkan bahwa satu galaksi yang begitu masif ada hanya 200 juta sampai 300 juta setelah bintang paling pertama mulai terbentuk. Butuh pertumbuhan sangat cepat, laju produksi bintang sangat besar, untuk membentuk satu galaksi yang semiliar masa matahari begitu cepat," kata peneliti Garth Illingworth dari University of California, Santa Cruz, seperti dilansir laman resmi NASA.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kos-kosan di Kelurahan Mewek Purbalingga jadi lokasi prostitusi daring, polisi tangkap dua orang
13 November 2024 15:16 WIB