Menkopolhukam: Satgas TNI-Polri Persempit Ruang Gerak Teroris Kelompok Santoso
Jumat, 11 Maret 2016 12:03 WIB
Menko Polhukam, Luhut Binsar Panjaitan (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
"Kita sampai hari ini sudah berhasil menggiring mereka ke lokasi yang lebih kecil, kira-kira 5 km kali 5 km," kata Luhut di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat.
Lokasi tersebut, kata Luhut, berada di satu daerah di dekat pegunungan dan aparat sudah mengidentifikasi tempat-tempat kelompok Santoso berada.
Luhut terkejut dengan kerja sama TNI-Polri yang dapat mengepung dan memperkecil cakupan pergerakan kelompok Santoso dengan cepat.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut mengatakan pemerintah berharap Santoso mau turun gunung menyerahkan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu.
Namun Luhut menekankan aparat keamanan juga sudah mempersiapkan segala sesuatu termasuk skenario terburuk yang akan terjadi.
Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut mengemukakan tidak bisa menargetkan waktu untuk menangkap Santoso.
"Untuk melawan gerilya, negara manapun di dunia ini tidak ada yang bisa menargetkan satu bulan atau dua bulan selesai," katanya.
Ia menyebutkan kelompok Santoso tidak bisa terlepas dari konflik di Poso pada 1999.
Penyebaran paham radikal di kalangan masyarakat muda juga dipengaruhi oleh eksodus Poso yang berprofesi sebagai guru sehingga menyebarkan paham-paham radikal kepada murid-muridnya.
Ia juga mengemukakan bahwa perbaikan ekonomi juga harus dilakukan di Poso mengingat wilayah tersebut sebagai lahan subur dalam pertanian walaupun perikanan.
Lokasi tersebut, kata Luhut, berada di satu daerah di dekat pegunungan dan aparat sudah mengidentifikasi tempat-tempat kelompok Santoso berada.
Luhut terkejut dengan kerja sama TNI-Polri yang dapat mengepung dan memperkecil cakupan pergerakan kelompok Santoso dengan cepat.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut mengatakan pemerintah berharap Santoso mau turun gunung menyerahkan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu.
Namun Luhut menekankan aparat keamanan juga sudah mempersiapkan segala sesuatu termasuk skenario terburuk yang akan terjadi.
Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut mengemukakan tidak bisa menargetkan waktu untuk menangkap Santoso.
"Untuk melawan gerilya, negara manapun di dunia ini tidak ada yang bisa menargetkan satu bulan atau dua bulan selesai," katanya.
Ia menyebutkan kelompok Santoso tidak bisa terlepas dari konflik di Poso pada 1999.
Penyebaran paham radikal di kalangan masyarakat muda juga dipengaruhi oleh eksodus Poso yang berprofesi sebagai guru sehingga menyebarkan paham-paham radikal kepada murid-muridnya.
Ia juga mengemukakan bahwa perbaikan ekonomi juga harus dilakukan di Poso mengingat wilayah tersebut sebagai lahan subur dalam pertanian walaupun perikanan.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017