Patokan Amerika Serikat (AS), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 66 sen menjadi berakhir di 38,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, patokan Eropa, naik menjadi 40,39 dolar AS per barel, menguat 34 sen dari penutupan Kamis, demikan laporan Xinhua.

"Pasar sedang bergerak ke arah gagasan kita akan melihat beberapa pengetatan fundamental pasokan dan permintaan," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.

Gagasan, yang muncul bulan lalu di tengah diskusi tentang pembekuan produksi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, mengambil kekuatan dari laporan pasar terbaru IEA pada Jumat.

Setelah kemunduran 20-bulan yang telah memangkas harga lebih dari 60 persen sejak pertengahan 2014, pemulihan tentatif sedang berlangsung, IEA menyatakan.

"Harga minyak mentah internasional telah pulih dalam beberapa pekan terakhir," demikian catatan IEA.

Selain itu, IEA mencatat, "Namun demikian, ini tidak akan diambil sebagai tanda pasti bahwa kondisi terburuk telah berakhir. Meski begitu, ada tanda-tanda bahwa harga mungkin telah mencapai posisi terendahnya."

IEA mengatakan upaya Saudi-Rusia untuk mengumpulkan produsen guna membekukan produksi sebuah "langkah pertama dalam tindakan terkoordinasi yang ditujukan untuk menstabilkan harga" dengan tujuan mendorong minyak naik hingga 50 dolar AS per barel.

Namun, IEA memprediksi ada jalan panjang harus ditempuh sebelum pasokan dan permintaan minyak menemukan keseimbangan nyata, mungkin pada 2017.

Di AS, laporan Baker Hughes tentang rig pengeboran aktif di negara ini menunjukkan penurunan lagi, sebanyak enam rig, minggu ini, menunjukkan berlanjutnya penurunan dalam produksi.

Bob Yawger, dari Mizuho Securities USA, menyoroti dukungan dari keputusan Bank Sentral Eropa pada Kamis untuk melepaskan stimulus lebih lanjut bagi ekonomi zona euro yang sedang sakit. "Uang gratis selalu positif untuk komoditas," katanya.

Namun, para analis menyuarakan catatan hati-hati karena masih adanya kelebihan pasokan global.

"Tahun lalu di musim semi kita melompat naik 20 dolar AS karena pemikiran seperti ini, maka ketika kita tidak melihat tanda-tanda bahwa produksi turun, pasar kembali memberikannya semuanya," kata McGillian menambahkan.