DPD: Sulistyo Konsisten Berjuang Tingkatkan Pendidikan
Selasa, 15 Maret 2016 13:18 WIB
Karangan bunga tanda duka dari Presiden Joko Widodo terkait dengan wafatnya Ketua Umum PB PGRI yang juga anggota DPD RI asal Jawa Tengah Sulistyo. (Zuhdiar Laeis/dokumen).
"Yang sangat membekas dari Beliau Pak Sulis adalah sangat konsisten berjuang demi meningkatkan pendidikan nasional, khususnya memperjuangkan guru sebagai elemen penting dalam membangun dunia pendidikan," katanya di Semarang, Selasa.
Irman mengatakan hal itu ketika melayat di rumah duka Sulistyo yang juga Anggota DPD RI berasal dari Provinsi Jawa Tengah, di Jalan Karangingas Nomor 8 Tlogosari Kulon, Kota Semarang.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan berbagai hal yang selama ini diperjuangkan Sulistyo terkait dengan guru, antara lain peningkatkan kesejahteraan, kualitas, membangun sistem, dan karakter guru.
"Banyak persoalan, misalkan sistem sertifikasi, segala macam manajemen guru, sistem guru honorer, dan banyak hal," katanya.
Bahkan, katanya, belum lama ini Sulistyo juga ikut bersama para guru honorer berdemo di depan Istana Negara di Jakarta untuk memperjuangkan nasib mereka.
Ia mengemukakan almarhum memperjuangkan peningkatkan kesejahteraan guru dengan ketat di samping melaksanakan tugas-tugas lainnya dengan baik sebagai anggota DPD RI berasal dari Jateng.
"Tapi fokus Beliau, tetap bagaimana meningkatkan pendidikan nasional," katanya.
Berbagai hal yang selama ini diperjuangkan Sulistyo di bidang pendidikan, katanya, tidak pernah berakhir.
"Jadi keberadaan Beliau di PGRI dan Komite III DPD itu sangat efektif untuk Beliau berjuang. Kita akan melanjutkan terus perjuangan karena hubungan PGRI, para guru, dan DPD sangat akrab sekali karena selalu DPD diwakili oleh PGRI," ujarnya.
Ketua Umum PB PGRI Sulistyo meninggal dalam peristiwa korsleting listrik di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta, Senin (14/3), sekitar pukul 13.10 WIB. Sulistyo yang juga mantan Rektor IKIP PGRI Semarang (sekarang Upgris) itu, berada di rumah sakit tersebut, untuk terapi oksigen murni (hiperbarik) yang ternyata baru kali pertama dijalaninya.
Salah satu pendiri Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) itu, lahir di Banjarnegara, 12 Februari 1962 dan wafat pada usia 54 tahun, meninggalkan seorang istri, yakni Halimah, dan dua anak.
Sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Sulistyo yang diterbangkan dari Jakarta tiba di rumah duka di Semarang, sedangkan pada pukul 12.50 WIB jenazah diberangkatkan dari rumah duka ke Banjarnegara untuk dimakamkan. Sebelumnya, para pelayat melakukan shalat jenazah di rumah duka dan di masjid samping rumah itu.
Ribuan pelayat datang ke rumah duka di Semarang, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Sekda Pemprov Jateng Sri Puryono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Ketua Ketua PGRI Jateng Widadi, Rektor Universitas PGRI Semarang (Upgris) Muhdi, para pejabat, dan para tokoh masyarakat Jateng.
Irman mengatakan hal itu ketika melayat di rumah duka Sulistyo yang juga Anggota DPD RI berasal dari Provinsi Jawa Tengah, di Jalan Karangingas Nomor 8 Tlogosari Kulon, Kota Semarang.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan berbagai hal yang selama ini diperjuangkan Sulistyo terkait dengan guru, antara lain peningkatkan kesejahteraan, kualitas, membangun sistem, dan karakter guru.
"Banyak persoalan, misalkan sistem sertifikasi, segala macam manajemen guru, sistem guru honorer, dan banyak hal," katanya.
Bahkan, katanya, belum lama ini Sulistyo juga ikut bersama para guru honorer berdemo di depan Istana Negara di Jakarta untuk memperjuangkan nasib mereka.
Ia mengemukakan almarhum memperjuangkan peningkatkan kesejahteraan guru dengan ketat di samping melaksanakan tugas-tugas lainnya dengan baik sebagai anggota DPD RI berasal dari Jateng.
"Tapi fokus Beliau, tetap bagaimana meningkatkan pendidikan nasional," katanya.
Berbagai hal yang selama ini diperjuangkan Sulistyo di bidang pendidikan, katanya, tidak pernah berakhir.
"Jadi keberadaan Beliau di PGRI dan Komite III DPD itu sangat efektif untuk Beliau berjuang. Kita akan melanjutkan terus perjuangan karena hubungan PGRI, para guru, dan DPD sangat akrab sekali karena selalu DPD diwakili oleh PGRI," ujarnya.
Ketua Umum PB PGRI Sulistyo meninggal dalam peristiwa korsleting listrik di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta, Senin (14/3), sekitar pukul 13.10 WIB. Sulistyo yang juga mantan Rektor IKIP PGRI Semarang (sekarang Upgris) itu, berada di rumah sakit tersebut, untuk terapi oksigen murni (hiperbarik) yang ternyata baru kali pertama dijalaninya.
Salah satu pendiri Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) itu, lahir di Banjarnegara, 12 Februari 1962 dan wafat pada usia 54 tahun, meninggalkan seorang istri, yakni Halimah, dan dua anak.
Sekitar pukul 11.30 WIB, jenazah Sulistyo yang diterbangkan dari Jakarta tiba di rumah duka di Semarang, sedangkan pada pukul 12.50 WIB jenazah diberangkatkan dari rumah duka ke Banjarnegara untuk dimakamkan. Sebelumnya, para pelayat melakukan shalat jenazah di rumah duka dan di masjid samping rumah itu.
Ribuan pelayat datang ke rumah duka di Semarang, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Sekda Pemprov Jateng Sri Puryono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Ketua Ketua PGRI Jateng Widadi, Rektor Universitas PGRI Semarang (Upgris) Muhdi, para pejabat, dan para tokoh masyarakat Jateng.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB