Jakarta (ANTARA News) - Putaran kedua BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016, Jumat, sudah penuh kejutan karena sejumlah pemain unggulan Indonesia telah bertumbangan.

Pada sektor ganda putra, Indonesia tidak meloloskan satu wakil pun setelah kekalahan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dari ganda asal Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding lewat rubber game 21-19 13-21 18-21.

Kekalahan pasangan andalan Indonesia itu cukup mengejutkan karena dari rekor enam pertemuan, Ahsan/Hendra unggul empat kemenangan.

Bermain dihadapan ribuan penonton di Istora Senayan dengan dukungan penuh, penampilan ganda peringkat dua dunia itu juga jauh dari performa terbaik mereka.

"Hasil ini tidak sesuai harapan kami. Tadi kami banyak mati sendiri, sedangkan lawan bermain bagus. Tetapi kami harus tetap positif," kata Hendra usai bertanding.

Harapan pada ganda campuran unggulan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga harus pupus. Mereka dipermalukan pasangan baru asal Denmark, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt langsung dua game dengan skor 19-21, 17-21.

Kekalahan telak itu menambah rekor kegagalan Tontowi/Liliyana di Istora Senayan. Ambisi mereka untuk menjadi juara Indonesia Open kandas di awal turnamen.

"Kami bermain tidak baik kali ini, mereka baru main jadi tidak ada beban, bahkan bola gampang kami mati sendiri. Banyak kesalahan kami sendiri," ujar Liliyana.

Dari sektor ganda putri juga kurang menggembirakan. Ganda putri yang menjadi andalan, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii langsung gugur. Mereka disingkirkan oleh pasangan non unggulan asal Malaysia Hoo Vivian Kah Mun/Woon
Khe Wei dengan skor 17-21 19-21.

Ketiga ganda yang tumbang itu merupakan para wakil Indonesia yang nantinya akan bertarung di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kekalahan mereka di babak awal atas lawan yang bukan unggulan itu tentu saja menjadi peringatan bagi tim Indonesia menjelang pertandingan akbar empat tahunan tersebut.

"Dari segi latihan, kami harus mengembalikan kepercayaan diri supaya permainan kami kembali ke level atas lagi. Kami kadang main bagus, kadang tidak sesuai harapan. Ini akan kami konsultasikan dengan pelatih," ujar Ahsan.

Kejutan dari pemain muda

Meski demikian, Indonesia masih memiliki harapan lewat pemain muda yang tanpa disangka tampil luar biasa merebut tiket ke babak perempatfinal.

Tunggal putra Jonathan Christie memberikan angin segar di Istora Senayan setelah berhasil menaklukkan peringkat tiga dunia asal China Lin Dan.

Di hadapan ribuan penonton yang memenuhi Istora Senayan, Jonathan hanya membutuhkan waktu 36 menit untuk menaklukkan sang Super Dan, julukan bagi pemegang dua gelar juara Olimpiade (2008, 2012) itu.

Menyusul Jonathan, Ihsan tampil meyakinkan mengalahkan pemain asal China Huang Yuxiang langsung dua game 21-18, 21-15.

Bahkan, pemain asal Malaysia Lee Chong Wei menyebut keduanya sebagai pemain masa depan Indonesia.

"Mereka adalah bibit yang nantinya akan menjadi pemain masa depan Indonesia," kata Chong Wei usai bertanding melawan pemain Hong Kong Ng Ka Long Angus.

Di sektor ganda putri, pasangan Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta juga memberi kejutan dengan mengalahkan juara Olimpiade 2012 Tian Qing/Zhao Yunlei yang juga merupakan pasangan peringkat empat dunia.

Tiara/Rizki merupakan pasangan yang tidak diunggulkan. Namun, ganda yang menempati peringkat 86 dunia itu mampu menghentikan langkah Zhao/Tian.

Begitu pun dengan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani yang berhasil menyingkirkan pasangan Korea Selatan Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan. Anggia/Ketut yang berada dibawah level pasangan peringkat enam dunia itu berhasil memenangi pertarungan rubber game dengan skor 21-19 19-21 21-19.

"Kami senang banget karena ini pertama kalinya kami menembus delapan besar di turnamen superseries premier," kata Ketut.

Di nomor ganda campuran, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika yang tidak diunggulkan tanpa disangka sukses melenggang ke babak perempatfinal setelah mengalahkan pasangan asal Belanda Jacco Arends/Selena Piek yang peringkatnya di atas mereka langsung dua game 21-17 21-8.

Dengan demikian, pada turnamen yang berhadiah total 900ribu dolar AS itu, Indonesia mengirimkan wakilnya yang merupakan para pemain muda.

Meskipun wakil-wakil yang diunggulkan kandas di tengah jalan, pencapaian para pemain muda yang memperpanjang harapan Indonesia di turnamen tersebut juga menjadi sinyal positif bahwa kita memiliki bibit-bibit unggul yang bisa diandalkan di tahun-tahun mendatang.

Editor: Tasrief Tarmizi