WWF Gelar Ekspedisi Saireri di Teluk Cenderawasih
Jumat, 10 Juni 2016 10:28 WIB
Kepulauan Yapen, Papua Antara Jateng - WWF Indonesia menggelar Ekspedisi Saireri untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, lingkungan darat, hingga laut kawasan Teluk Cenderawasih, Papua, dengan kapal Motor (KM) Gurano Bintang selama 21 hari, sejak 1 Juni 2016.
Communication Coordinator WWF Indonesia Program Papua Andhiani M Kumalasari kepada Antara di atas KM Gurano Bintang, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Jumat, mengatakan ekspedisi yang dilaksanakan di kawasan Teluk Cenderawasih ini tujuan utamanya mencari data, mendokumentasikan, mengidentifikasi isu-isu lingkungan.
Termasuk mengajarkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) yang di dalamnya mencangkup pendidikan lingkungan hidup (PLH) kepada anak-anak di perkampungan yang dilalui.
Ekspedisi yang menurutnya, sudah dimulai dari Wasior ini melalui sedikitnya 10 kampung di sejumlah distrik di Teluk Cenderawasih yang berada di Kabupaten Nabire, Kepulauan Yapen, Biak, Suupuori, Waropen.
Dengan menggunakan indikator Sustainable Development Goal (SDGs), ia mengatakan hasil dari ekspedisi ini diharapkan dapat menunjukkan profil dan basis data kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat terkini di kampung-kampung yang berada di kawasan tersebut secara lengkap.
Selain itu, lanjutnya, identifikasi kondisi lingkungan yang melibatkan komite sekolah, guru, tua-tua adat sejak awal hingga pengenalan metode PLH kepada anak-anak diharapkan memberikan hasil yang baik untuk tetap mampu menjaga keberlanjutan kawasan Teluk Cenderawasih.
Staf Monitoring Program Teluk Cenderawasih WWF Program Papua Evi Nurul Ihsan yang ikut dalam ekspedisi ini mengatakan kegiatan ini juga bertujuan untuk menambah data untuk pengembangan program kerja WWF di Papua nantinya.
"Rencananya di akhir ekspedisi kita juga akan buka kantor baru di Biak untuk program community forest," ujar dia.
Ekspedisi Saireri dengan KM Gurano yang dinahkodai kapten Bardin Tandiono juga diikuti sejumlah Satuan Kerja Pemerintah Daerah/SKPD) Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen.
Karena itu, menurut staf ahli data dan informasi Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen Willy Brians Worabay, kegiatan ini sekaligus menjadi kesempatan mengungkap lebih jauh potensi wisata di kabupaten tersebut.
"Potensinya banyak tetapi belum bisa kita ungkap semua karena akses yang sulit dan kurangnya anggaran. Dari kegiatan ini, kami sudah datangi beberapa desa dan banyak sekali yang bisa kami gali untuk menjadi potensi wisata kabupaten," ujar dia.
Menurut dia, ikan Hiu Paus dan burung Cenderawasih menjadi andalan kekayaan hayati di Teluk Cenderwasih ini. Namun potensi budaya dari sedikitnya 31 suku di kawasan adat Saireri ini juga dapat menjadi kekuatan wisata bersaing dengan daerah lain di Papua dan Papua Barat, bahkan provinsi lain di Indonesia.
Communication Coordinator WWF Indonesia Program Papua Andhiani M Kumalasari kepada Antara di atas KM Gurano Bintang, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Jumat, mengatakan ekspedisi yang dilaksanakan di kawasan Teluk Cenderawasih ini tujuan utamanya mencari data, mendokumentasikan, mengidentifikasi isu-isu lingkungan.
Termasuk mengajarkan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) yang di dalamnya mencangkup pendidikan lingkungan hidup (PLH) kepada anak-anak di perkampungan yang dilalui.
Ekspedisi yang menurutnya, sudah dimulai dari Wasior ini melalui sedikitnya 10 kampung di sejumlah distrik di Teluk Cenderawasih yang berada di Kabupaten Nabire, Kepulauan Yapen, Biak, Suupuori, Waropen.
Dengan menggunakan indikator Sustainable Development Goal (SDGs), ia mengatakan hasil dari ekspedisi ini diharapkan dapat menunjukkan profil dan basis data kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat terkini di kampung-kampung yang berada di kawasan tersebut secara lengkap.
Selain itu, lanjutnya, identifikasi kondisi lingkungan yang melibatkan komite sekolah, guru, tua-tua adat sejak awal hingga pengenalan metode PLH kepada anak-anak diharapkan memberikan hasil yang baik untuk tetap mampu menjaga keberlanjutan kawasan Teluk Cenderawasih.
Staf Monitoring Program Teluk Cenderawasih WWF Program Papua Evi Nurul Ihsan yang ikut dalam ekspedisi ini mengatakan kegiatan ini juga bertujuan untuk menambah data untuk pengembangan program kerja WWF di Papua nantinya.
"Rencananya di akhir ekspedisi kita juga akan buka kantor baru di Biak untuk program community forest," ujar dia.
Ekspedisi Saireri dengan KM Gurano yang dinahkodai kapten Bardin Tandiono juga diikuti sejumlah Satuan Kerja Pemerintah Daerah/SKPD) Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen.
Karena itu, menurut staf ahli data dan informasi Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Kepulauan Yapen Willy Brians Worabay, kegiatan ini sekaligus menjadi kesempatan mengungkap lebih jauh potensi wisata di kabupaten tersebut.
"Potensinya banyak tetapi belum bisa kita ungkap semua karena akses yang sulit dan kurangnya anggaran. Dari kegiatan ini, kami sudah datangi beberapa desa dan banyak sekali yang bisa kami gali untuk menjadi potensi wisata kabupaten," ujar dia.
Menurut dia, ikan Hiu Paus dan burung Cenderawasih menjadi andalan kekayaan hayati di Teluk Cenderwasih ini. Namun potensi budaya dari sedikitnya 31 suku di kawasan adat Saireri ini juga dapat menjadi kekuatan wisata bersaing dengan daerah lain di Papua dan Papua Barat, bahkan provinsi lain di Indonesia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017