"Lomban Kupatan" Jepara Jadi Magnet Kunjungan Wisatawan
Rabu, 13 Juli 2016 15:57 WIB
Sejumlah kapal berjalan beriringan dengan ditumpangi ratusan warga, saat berlangsung ritual "Lomban Kupatan" atau "Pesta Laut", di pantai Kabupaten Jepara, Jateng. Ritual "Lomban Kupatan" dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau, "ingkung" (ayam u
Jepara, Antara Jateng - Semua daerah hampir memiliki agenda rutin setiap memasuki bulan syawal, seperti halnya Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang memiliki kegiatan lomban (pesta laut) kupatan.
"Lomban kupatan" di Kabupaten Jepara sejauh ini memang tidak ada kegiatan yang baru dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena kegiatannya hampir sama.
Meskipun demikian, lomban kupatan di Kabupaten Jepara selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan sekitarnya untuk datang langsung ke Jepara guna menyaksikan kemeriahan saat pesta lomban.
Untuk menyaksikan pesta lumban yang ditandai dengan pelarungan sesaji (kepala kerbau), wisatawan harus datang lebih awal karena prosesinya dimulai sekitar pukul 07.00 WIB karena cuaca laut biasanya masih cukup bagus.
Pelarungan sesaji yang dimulai pagi hari tersebut, tetap mampu manarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah untuk datang langsung menyaksikan dengan datang ke kompleks Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kelurahan Jobo Kuto, Kecamatan Kota, Jepara sebagai tempat kegiatan prosesi awal sebelum pelarungan yang digelar Rabu (13/7) pagi.
Bahkan, ribuan pengunjung sejak pagi sudah memadati kompleks TPI di Kelurahan Jobo Kuto tersebut.
Henri, salah seorang pengunjung dari Brebes di Jepara, Rabu, mengakui, tertarik melihat secara langsung pesta lomban Jepara yang biasanya diikuti ribuan kapal nelayan.
"Saya juga beruntung bisa ikut naik kapal nelayan, sehingga bisa menyaksikan detik-detik pelarungan miniatur kapal yang ada sesaji, termasuk kepala kerbau.
Pengunjung lainnya, juga berupaya mendapatkan tumpangan kapal secara gratis dengan berebut naik kapal nelayan yang ikut pesta lomban.
Kapal VIP khusus SKPD juga menjadi sasaran serbuan warga yang ingin menyaksikan prosesi lomban dari dekat.
Pelarungan sesaji di Perairan Jepara dipimpin oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan Muspida pada Rabu (13/7), sekitar pukul 08.20 WIB.
Setelah menempuh perjalanan laut sekitar 45 menit dari TPI Jobo Kuto, kapal pengangkut sesaji yang berisi kepala kerbau, ingkung (ayam utuh), jajanan pasar, serta kupat dan lepat dilepas ke laut.
Setelah sesaji dilarung ke laut, beberapa nelayan langsung terjun dari kapal untuk mendapatkan sesaji, terutama kepala kerbau.
Beberapa perahu dan kapal yang sebelumnya berada pada jarak yang cukup jauh ikut mendekat dan sejumlah awak perahu maupun kapal ada yang terjun ke laut untuk mengambil air laut di sekitar sesaji untuk disiramkan ke perahu maupun kepala mereka.
Hal itu dipercaya dapat memberikan keselamatan perahu mereka selama melaut dan berharap dimudahkan usaha mereka mencarai ikan.
Hampir semua wisatawan yang naik kapal nelayan, mengabadikan momen tahunan tersebut, sehingga senggolan antar kapal nelayan saat mendekati miniatur kapal yang mengangkut sesaji menjadi pemandangan biasa bagi nelayan.
Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi mengungkapkan, prosesi larung sesaji di Perairan Jepara ini merupakan tradisi yang berlangsung cukup lama.
Berdasarkan tulisan pada sebuah majalah yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jateng pada tahun 1973, kata dia, memang disebutkan lomban kupatan memang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Untuk itu, kata dia, Pemkab Jepara memiliki kepedulian untuk melestarikannya.
Apalagi, lanjut dia, kegiatan budaya ini juga bisa menarik minat wisatawan untuk hadir menyaksikan pesta lomban.
Kesempatan tersebut, kata dia, bisa menjadi ajang promosi berbagai objek wisata yang ada di Jepara, mengingat objek wisata yang ada cukup banyak, termasuk Karimunjawa maupun objek wisata baru yang dikelola swasta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara Mulyaji menambahkan, tujuan pesta lomban salah satunya untuk menarik minat wisatawan serta promosi destinasi wisata di Jepara.
Tujuan lainnya, yakni untuk melestarikan budaya leluhur berupa pesta lomban kupatan yang digelar sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Pesta lomban biasanya diawali dengan ziarah ke makam Encik Lanang di pulau Kelor (sekarang pantai Kartini), dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dan terakhir pelarungan sesaji (kepala kerbau) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta harapan akan rezeki yang baik di masa datang.
Berdasarkan pantauan, ribuan pengunjung tidak hanya memadati lokasi digelarnya ritual larung sesaji yang dimulai dari TPI Jobo Kuto, melainkan objek wisata Pantai Kartini Jepara juga dipadati ribuan pengunjung.
Akibatnya, lalu lalang wisatawan di kompleks Pantai Kartini cukup padat, sehingga parkir mobil pribadi dan kendaraan roda dua cukup penuh sehingga melebar hingga lapangan yang dijadikan tempat festival kupat lepet.
Selain ingin menyaksikan keindahan alam bahari serta wahana permainan yang tersedia, para wisatawan juga tampak turut menikmati festival kupat lepet yang digelar di kompleks Pantai Kartini.
Wisawatan juga disuguhkan rebutan ketupat lepet setelah didoakan ulama setempat, sedangkan festival kupat lepet hari ini dipimpin langsung oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuqi.
Daya tarik objek wisata pantai yang ada di Jepara tidak hanya terlihat di lokasi objek wisata, malinkan di sepanjang Jalan Kudus-Jepara juga terlihat lalu lintas kendaraan yang cukup padat yang didominasi pelat nomor kendaraan dari luar kota, seperti plat H, AB serta kendaraan dari kabupaten tetangga, seperti Pati, Kudus dan Rembang.
"Lomban kupatan" di Kabupaten Jepara sejauh ini memang tidak ada kegiatan yang baru dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena kegiatannya hampir sama.
Meskipun demikian, lomban kupatan di Kabupaten Jepara selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan sekitarnya untuk datang langsung ke Jepara guna menyaksikan kemeriahan saat pesta lomban.
Untuk menyaksikan pesta lumban yang ditandai dengan pelarungan sesaji (kepala kerbau), wisatawan harus datang lebih awal karena prosesinya dimulai sekitar pukul 07.00 WIB karena cuaca laut biasanya masih cukup bagus.
Pelarungan sesaji yang dimulai pagi hari tersebut, tetap mampu manarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah untuk datang langsung menyaksikan dengan datang ke kompleks Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kelurahan Jobo Kuto, Kecamatan Kota, Jepara sebagai tempat kegiatan prosesi awal sebelum pelarungan yang digelar Rabu (13/7) pagi.
Bahkan, ribuan pengunjung sejak pagi sudah memadati kompleks TPI di Kelurahan Jobo Kuto tersebut.
Henri, salah seorang pengunjung dari Brebes di Jepara, Rabu, mengakui, tertarik melihat secara langsung pesta lomban Jepara yang biasanya diikuti ribuan kapal nelayan.
"Saya juga beruntung bisa ikut naik kapal nelayan, sehingga bisa menyaksikan detik-detik pelarungan miniatur kapal yang ada sesaji, termasuk kepala kerbau.
Pengunjung lainnya, juga berupaya mendapatkan tumpangan kapal secara gratis dengan berebut naik kapal nelayan yang ikut pesta lomban.
Kapal VIP khusus SKPD juga menjadi sasaran serbuan warga yang ingin menyaksikan prosesi lomban dari dekat.
Pelarungan sesaji di Perairan Jepara dipimpin oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan Muspida pada Rabu (13/7), sekitar pukul 08.20 WIB.
Setelah menempuh perjalanan laut sekitar 45 menit dari TPI Jobo Kuto, kapal pengangkut sesaji yang berisi kepala kerbau, ingkung (ayam utuh), jajanan pasar, serta kupat dan lepat dilepas ke laut.
Setelah sesaji dilarung ke laut, beberapa nelayan langsung terjun dari kapal untuk mendapatkan sesaji, terutama kepala kerbau.
Beberapa perahu dan kapal yang sebelumnya berada pada jarak yang cukup jauh ikut mendekat dan sejumlah awak perahu maupun kapal ada yang terjun ke laut untuk mengambil air laut di sekitar sesaji untuk disiramkan ke perahu maupun kepala mereka.
Hal itu dipercaya dapat memberikan keselamatan perahu mereka selama melaut dan berharap dimudahkan usaha mereka mencarai ikan.
Hampir semua wisatawan yang naik kapal nelayan, mengabadikan momen tahunan tersebut, sehingga senggolan antar kapal nelayan saat mendekati miniatur kapal yang mengangkut sesaji menjadi pemandangan biasa bagi nelayan.
Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi mengungkapkan, prosesi larung sesaji di Perairan Jepara ini merupakan tradisi yang berlangsung cukup lama.
Berdasarkan tulisan pada sebuah majalah yang dimiliki Pemerintah Provinsi Jateng pada tahun 1973, kata dia, memang disebutkan lomban kupatan memang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Untuk itu, kata dia, Pemkab Jepara memiliki kepedulian untuk melestarikannya.
Apalagi, lanjut dia, kegiatan budaya ini juga bisa menarik minat wisatawan untuk hadir menyaksikan pesta lomban.
Kesempatan tersebut, kata dia, bisa menjadi ajang promosi berbagai objek wisata yang ada di Jepara, mengingat objek wisata yang ada cukup banyak, termasuk Karimunjawa maupun objek wisata baru yang dikelola swasta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara Mulyaji menambahkan, tujuan pesta lomban salah satunya untuk menarik minat wisatawan serta promosi destinasi wisata di Jepara.
Tujuan lainnya, yakni untuk melestarikan budaya leluhur berupa pesta lomban kupatan yang digelar sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Pesta lomban biasanya diawali dengan ziarah ke makam Encik Lanang di pulau Kelor (sekarang pantai Kartini), dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dan terakhir pelarungan sesaji (kepala kerbau) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta harapan akan rezeki yang baik di masa datang.
Berdasarkan pantauan, ribuan pengunjung tidak hanya memadati lokasi digelarnya ritual larung sesaji yang dimulai dari TPI Jobo Kuto, melainkan objek wisata Pantai Kartini Jepara juga dipadati ribuan pengunjung.
Akibatnya, lalu lalang wisatawan di kompleks Pantai Kartini cukup padat, sehingga parkir mobil pribadi dan kendaraan roda dua cukup penuh sehingga melebar hingga lapangan yang dijadikan tempat festival kupat lepet.
Selain ingin menyaksikan keindahan alam bahari serta wahana permainan yang tersedia, para wisatawan juga tampak turut menikmati festival kupat lepet yang digelar di kompleks Pantai Kartini.
Wisawatan juga disuguhkan rebutan ketupat lepet setelah didoakan ulama setempat, sedangkan festival kupat lepet hari ini dipimpin langsung oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuqi.
Daya tarik objek wisata pantai yang ada di Jepara tidak hanya terlihat di lokasi objek wisata, malinkan di sepanjang Jalan Kudus-Jepara juga terlihat lalu lintas kendaraan yang cukup padat yang didominasi pelat nomor kendaraan dari luar kota, seperti plat H, AB serta kendaraan dari kabupaten tetangga, seperti Pati, Kudus dan Rembang.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB