DPR Minta dibentuk Crisis Center Vaksin Palsu yang Dipimpin Menkes
Selasa, 19 Juli 2016 14:23 WIB
Ketua DPR Ade Komaruddin (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, Antara Jateng - Ketua DPR Ade Komaruddin meminta pemerintah membentuk crisis center yang ada di beberapa rumah sakit, terkait kasus vaksin palsu, dan harus dipimpin langsung Menteri Kesehatan.
"Setiap rumah sakit dan swasta dilakukan crisis center, secara nasional dipimpin langsung oleh menteri untuk bagaimana mengatasi masalah ini," katanya seusai menerima pengaduan dari para korban vaksin palsu di Ruang Kerja Pimpinan DPR di Gedung Nusantara III, Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan kasus vaksin palsu ini harus diteliti lebih dalam lagi misalnya menanyakan ke BPOM dan bagaimana tata niaga vaksin yang dipegang perusahaan BUMN sehingga diketahui akar masalahnya.
Ade menyerahkan kepada Komisi IX DPR terkait langkah ke depan menangani vaksi palsu misalnya membuat Panitia Kerja dan kalau tidak cukup maka dibuat tim pengawas.
"Ini untuk menindaklanjuti siapa biang kerok dari pengadaan vaksin palsu yang membuat heboh secara nasional," ujarnya.
Dia menilai kasus vaksin palsu itu sangat krusial karena menyangkut masa depan generasi penerus bangsa.
Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf dalam kasempatan itu mengatakan, pemerintah mengalami dilema apakah akan membuka kasus tersebut atau tidak.
Hal itu menurut dia karena kalau dibuka akan menimbulkan kepanikan namun kalau tidak dibuka maka sama saja melakukan pembiaran terus menerus.
"Lalu kami putuskan dibuka namun perlu antisipasi, apakah vaksin itu berbahaya atau tidak," ujarnya.
Dia meminta Satgas melanjutkan penelusuran karena diduga kasus tersebut ada di sembilan provinsi sehingga diperlukan pembentukan crisis center.
Menurut dia, pembentukan crisis center itu bertujuan agar para korban bisa mencari informasi lebih rinci.
"Setiap rumah sakit dan swasta dilakukan crisis center, secara nasional dipimpin langsung oleh menteri untuk bagaimana mengatasi masalah ini," katanya seusai menerima pengaduan dari para korban vaksin palsu di Ruang Kerja Pimpinan DPR di Gedung Nusantara III, Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan kasus vaksin palsu ini harus diteliti lebih dalam lagi misalnya menanyakan ke BPOM dan bagaimana tata niaga vaksin yang dipegang perusahaan BUMN sehingga diketahui akar masalahnya.
Ade menyerahkan kepada Komisi IX DPR terkait langkah ke depan menangani vaksi palsu misalnya membuat Panitia Kerja dan kalau tidak cukup maka dibuat tim pengawas.
"Ini untuk menindaklanjuti siapa biang kerok dari pengadaan vaksin palsu yang membuat heboh secara nasional," ujarnya.
Dia menilai kasus vaksin palsu itu sangat krusial karena menyangkut masa depan generasi penerus bangsa.
Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf dalam kasempatan itu mengatakan, pemerintah mengalami dilema apakah akan membuka kasus tersebut atau tidak.
Hal itu menurut dia karena kalau dibuka akan menimbulkan kepanikan namun kalau tidak dibuka maka sama saja melakukan pembiaran terus menerus.
"Lalu kami putuskan dibuka namun perlu antisipasi, apakah vaksin itu berbahaya atau tidak," ujarnya.
Dia meminta Satgas melanjutkan penelusuran karena diduga kasus tersebut ada di sembilan provinsi sehingga diperlukan pembentukan crisis center.
Menurut dia, pembentukan crisis center itu bertujuan agar para korban bisa mencari informasi lebih rinci.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016