Energi Terbarukan Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Selasa, 27 September 2016 8:40 WIB
Sejumlah buruh tani menanam padi di areal persawahan Desa Dukuhringin, Tegal, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/kye/16
Purwokerto, Antara Jateng - Sebagai negara maritim dan agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dari ujung Timur hingga ke Barat.
Sumber daya alam yang melimpah tersebut tentunya bisa mendukung upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan yang menjadi hak setiap warga negara.
Meski demikian, tidak dapat dimungkiri, hingga saat ini masih ada beberapa komoditas pangan yang diimpor.
Hal tersebut dilakukan menyusul tingginya kebutuhan pangan di dalam negeri.
Untuk itu, perlu dilakukan sejumlah upaya meningkatkan produktivitas pertanian guna meningkatkan produksi nasional.
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ropiudin, S.TP., M.Si. mengatakan melalui peningkatan produktivitas pertanian dari sektor hilir, hulu dan jasa penunjangnya, diharapkan Indonesia bisa mewujudkan kedaulatan pangan.
"Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia. Pertama, intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani," kata Ropiudin, S.TP., M.Si yang juga merupakan Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) tersebut.
Kedua, kata dia, ekstensifikasi pertanian, yakni upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian.
Ketiga, diversifikasi pertanian yakni upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman.
"Misalnya dengan sistem tumpangsari, di antara lahan ditanami kacang panjang, jagung dan lain sebagainya," katanya.
Keempat, rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan produktivitas daya pertanian yang sudah kritis.
"Timbulnya lahan kritis disebabkan karena penanaman yang terus-menerus, penggunaan pupuk kimia seperti pestisida dan herbisida serta erosi karena penebangan liar dan irigasi yang tidak teratur," katanya.
Selain itu, dia juga menambahkan bahwa efisiensi energi dan juga energi terbarukan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dia menjelaskan, seluruh aktivitas fisiologis tanaman membutuhkan energi.
"Sebagai sumber energi utama yang mendukung proses aktivitas fisiologis adalah matahari," katanya.
Dia mengatakan, tanaman memiliki kemampuan menyerap energi matahari sebanyak 15 hingga 22 persen untuk proses kehidupannya dan memfotosintesis dua hingga lima persen dari radiasi matahari yang masuk untuk pembentukan makanan.
Energi yang diperoleh tanaman oleh makhluk herbivora lainnya mengubah materi tanaman menjadi materi hewan dan proses ini berlanjut terus sampai kemudian dapat dikonsumsi oleh makhluk karnivora termasuk manusia.
Ladang-ladang pertanian yang di dalamnya mencakup sektor peternakan, kata dia, memakai energi untuk irigasi, memanen hasil pertanian, kebutuhan kandang, pengawetan dan penyimpanan pangan.
Setelah masa panen, energi dibutuhkan untuk pengolahan pasca panen, pengemasan, penyimpanan, transportasi dan konsumsi hasil pertanian.
"Jika industri pertanian ingin menjadi industri yang ramah alam, tidak ada pilihan lain selain menggunakan energi secara lebih bijaksana," katanya.
Hal ini, kata dia, bisa dilakukan dengan beralih ke alat-alat yang hemat energi, melakukan pemupukan dan pengolahan lahan secara lebih efektif serta memilih tanaman dan ternak yang tidak banyak membutuhkan energi dan perawatan.
Penghematan energi, tambah dia, juga harus diaplikasikan setelah masa panen, yang mencakup penghematan di sektor transportasi, pengemasan, penyimpanan dan penggunaan alat masak yang lebih efisien guna mengurangi sumber daya.
"Saat ini, sekitar sepertiga energi yang digunakan dalam sektor pangan terbuang percuma. Efisiensi energi harus diterapkan pada proses manufaktur, produksi, pengolahan, transportasi, pemasaran dan konsumsi produk-produk pertanian," katanya.
Efisiensi energi, kata dia, juga bisa tercapai dengan mengurangi limbah makanan.
"Bahan makanan ini seharusnya bisa diolah kembali dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan," katanya.
Sementara itu, dia menambahkan, potensi produksi dan pemakaian energi terbarukan juga bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan surya, angin, biogas, energi mikro hidro dan briket biomassa yang tersedia di wilayah perdesaan.
"Sumber energi ini yang dapat membantu pengembangan petani miskin, serta meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani," katanya.
Contohnya, kata dia, limbah di pabrik gula bisa digunakan untuk menghasilkan energi panas tambahan. Sementara limbah basah seperti kotoran ternak, buah dan kulit tanaman yang tidak terpakai atau bubur dari sisa produksi bisa digunakan untuk produksi biogas.
"Sistem pengolahan limbah menjadi biogas jumlahnya kini telah mencapai jutaan unit di seluruh dunia. Pabrik biogas ini tidak hanya dipakai di lahan pertanian namun juga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," katanya.
Dia juga mengatakan, akses ke energi bersih dan modern penting terutama bagi jutaan orang yang masih menggunakan sumber energi tradisional seperti kayu bakar untuk memasak dan memanaskan ruangan.
"Dengan melakukan efisiensi energi dan menerapkan energi terbarukan, maka produktivitas pertanian bisa ditingkatkan," katanya.
Sumber daya alam yang melimpah tersebut tentunya bisa mendukung upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan yang menjadi hak setiap warga negara.
Meski demikian, tidak dapat dimungkiri, hingga saat ini masih ada beberapa komoditas pangan yang diimpor.
Hal tersebut dilakukan menyusul tingginya kebutuhan pangan di dalam negeri.
Untuk itu, perlu dilakukan sejumlah upaya meningkatkan produktivitas pertanian guna meningkatkan produksi nasional.
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ropiudin, S.TP., M.Si. mengatakan melalui peningkatan produktivitas pertanian dari sektor hilir, hulu dan jasa penunjangnya, diharapkan Indonesia bisa mewujudkan kedaulatan pangan.
"Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia. Pertama, intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan formula pancausaha tani," kata Ropiudin, S.TP., M.Si yang juga merupakan Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) tersebut.
Kedua, kata dia, ekstensifikasi pertanian, yakni upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan pertanian.
Ketiga, diversifikasi pertanian yakni upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman.
"Misalnya dengan sistem tumpangsari, di antara lahan ditanami kacang panjang, jagung dan lain sebagainya," katanya.
Keempat, rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan kemampuan produktivitas daya pertanian yang sudah kritis.
"Timbulnya lahan kritis disebabkan karena penanaman yang terus-menerus, penggunaan pupuk kimia seperti pestisida dan herbisida serta erosi karena penebangan liar dan irigasi yang tidak teratur," katanya.
Selain itu, dia juga menambahkan bahwa efisiensi energi dan juga energi terbarukan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dia menjelaskan, seluruh aktivitas fisiologis tanaman membutuhkan energi.
"Sebagai sumber energi utama yang mendukung proses aktivitas fisiologis adalah matahari," katanya.
Dia mengatakan, tanaman memiliki kemampuan menyerap energi matahari sebanyak 15 hingga 22 persen untuk proses kehidupannya dan memfotosintesis dua hingga lima persen dari radiasi matahari yang masuk untuk pembentukan makanan.
Energi yang diperoleh tanaman oleh makhluk herbivora lainnya mengubah materi tanaman menjadi materi hewan dan proses ini berlanjut terus sampai kemudian dapat dikonsumsi oleh makhluk karnivora termasuk manusia.
Ladang-ladang pertanian yang di dalamnya mencakup sektor peternakan, kata dia, memakai energi untuk irigasi, memanen hasil pertanian, kebutuhan kandang, pengawetan dan penyimpanan pangan.
Setelah masa panen, energi dibutuhkan untuk pengolahan pasca panen, pengemasan, penyimpanan, transportasi dan konsumsi hasil pertanian.
"Jika industri pertanian ingin menjadi industri yang ramah alam, tidak ada pilihan lain selain menggunakan energi secara lebih bijaksana," katanya.
Hal ini, kata dia, bisa dilakukan dengan beralih ke alat-alat yang hemat energi, melakukan pemupukan dan pengolahan lahan secara lebih efektif serta memilih tanaman dan ternak yang tidak banyak membutuhkan energi dan perawatan.
Penghematan energi, tambah dia, juga harus diaplikasikan setelah masa panen, yang mencakup penghematan di sektor transportasi, pengemasan, penyimpanan dan penggunaan alat masak yang lebih efisien guna mengurangi sumber daya.
"Saat ini, sekitar sepertiga energi yang digunakan dalam sektor pangan terbuang percuma. Efisiensi energi harus diterapkan pada proses manufaktur, produksi, pengolahan, transportasi, pemasaran dan konsumsi produk-produk pertanian," katanya.
Efisiensi energi, kata dia, juga bisa tercapai dengan mengurangi limbah makanan.
"Bahan makanan ini seharusnya bisa diolah kembali dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan," katanya.
Sementara itu, dia menambahkan, potensi produksi dan pemakaian energi terbarukan juga bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan surya, angin, biogas, energi mikro hidro dan briket biomassa yang tersedia di wilayah perdesaan.
"Sumber energi ini yang dapat membantu pengembangan petani miskin, serta meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani," katanya.
Contohnya, kata dia, limbah di pabrik gula bisa digunakan untuk menghasilkan energi panas tambahan. Sementara limbah basah seperti kotoran ternak, buah dan kulit tanaman yang tidak terpakai atau bubur dari sisa produksi bisa digunakan untuk produksi biogas.
"Sistem pengolahan limbah menjadi biogas jumlahnya kini telah mencapai jutaan unit di seluruh dunia. Pabrik biogas ini tidak hanya dipakai di lahan pertanian namun juga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," katanya.
Dia juga mengatakan, akses ke energi bersih dan modern penting terutama bagi jutaan orang yang masih menggunakan sumber energi tradisional seperti kayu bakar untuk memasak dan memanaskan ruangan.
"Dengan melakukan efisiensi energi dan menerapkan energi terbarukan, maka produktivitas pertanian bisa ditingkatkan," katanya.
Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
SUN Energy perkuat posisi sebagai mitra strategis transformasi hijau di sektor industri
09 December 2024 20:27 WIB
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB