Pameran Kartun di Semarang Diikuti 64 Negara
Sabtu, 29 Oktober 2016 21:36 WIB
Pengunjung mengamati gambar kartun yang dipajang pada pembukaan pameran Semarang Cartoon Club (Secac) International Cartoon Exhibition (SICE) 2016 di Wisma Perdamaian Semarang, Jateng, Sabtu (29/10) malam. Pameran tersebut menampilkan sebanyak 130 ga
Semarang, Antara Jateng - Pameran kartun bertajuk "International Cartoon Exhibition" yang digelar Semarang Cartoon Club (Secac) di Wisma Perdamaian Semarang, Sabtu malam, diikuti oleh kartunis dari 64 negara.
"Sudah lama Secac tidak mengadakan pameran internasional. Terakhir (pameran internasional, red.), tahun 1988," kata Sekretaris Panitia International Cartoon Exhibition Abdul Arif di Semarang.
Hal itu diungkapkannya saat ditemui usai pembukaan "International Cartoon Exhibition" di Wisma Perdamaian yang rencananya berlangsung 29 hingga 30 Oktober dengan menampilkan puluhan karya kartun.
Meski sudah lama tidak mengadakan pameran internasional, lanjut dia, antusias para kartunis dari berbagai negara ternyata besar terhadap penyelenggaran pameran kartun yang digelar Secac tersebut.
"Terbukti dari hampir 1.000 karya yang masuk dari 340 kartunis di 64 negara. Biasanya, (kartunis, red.) kalau tidak lomba jarang ngirim karya. Namun, meski ini lomba banyak yang mengirim karyanya," katanya.
Dari hampir 1.000 karya kartun yang masuk, kata anggota Secac itu, diseleksi untuk ditampilkan secara bergiliran di tiga tempat, yakni Wisma Perdamaian, Simpang Lima, dan Gedung Lawang Sewu, Semarang.
"Harus kami seleksi karena banyaknya karya yang masuk, apalagi kartunisnya dari berbagai negara dengan tema-tema berbeda. Misalnya, kartun yang bermuatan pornografi, SARA. Kami 'delete'," katanya.
Uniknya, di antara deretan karya kartun yang ditampilkan ternyata tidak ada satu pun karya yang disertai dengan judul maupun penjelasan sehingga membuat penonton bebas menginterpretasikan makna kartun itu.
"Memang sengaja begitu, terserah penonton memaknai seperti apa. Temanya memang universal karena melibatkan kartunis dari berbagai negara. Hanya, lucu harus menjadi unsur utama karyanya," katanya.
Namun, Arief mau menjelaskan karya yang dikirimkannya untuk pameran itu, salah satunya menggambarkan orang sakit, namun "gadget" lengkap dengan kabelnya menggantikan infus yang harusnya terpasang.
"Saya melihat orang-orang sekarang sebegitu asyiknya dengan 'gadget'. Ke mana-mana, pasti tidak lepas dari 'gadget'. Ya, semacam sindiran saja untuk orang-orang yang tidak bisa lepas dari 'gadget'," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia International Cartoon Exhibition Slamet Widodo menambahkan pameran itu rencananya digelar secara "roadshow", dipungkasi pameran di Lawang Sewu pada akhir tahun ini.
"Kartunis di hampir semua benua mengirim karyanya. Yang paling sedikit, kartunis di Benua Afrika. Makanya, kami sangat terkejut dengan antusiasme para kartunis dunia dengan pameran ini," katanya.
Untuk anggota Secac, Slamet menyebutkan sekarang ini setidaknya mencapai 700 orang, terdiri atas kartunis, orang-orang yang tidak bisa menggambar tetapi suka kartun, dan penikmat kartun tentunya.
"Sudah lama Secac tidak mengadakan pameran internasional. Terakhir (pameran internasional, red.), tahun 1988," kata Sekretaris Panitia International Cartoon Exhibition Abdul Arif di Semarang.
Hal itu diungkapkannya saat ditemui usai pembukaan "International Cartoon Exhibition" di Wisma Perdamaian yang rencananya berlangsung 29 hingga 30 Oktober dengan menampilkan puluhan karya kartun.
Meski sudah lama tidak mengadakan pameran internasional, lanjut dia, antusias para kartunis dari berbagai negara ternyata besar terhadap penyelenggaran pameran kartun yang digelar Secac tersebut.
"Terbukti dari hampir 1.000 karya yang masuk dari 340 kartunis di 64 negara. Biasanya, (kartunis, red.) kalau tidak lomba jarang ngirim karya. Namun, meski ini lomba banyak yang mengirim karyanya," katanya.
Dari hampir 1.000 karya kartun yang masuk, kata anggota Secac itu, diseleksi untuk ditampilkan secara bergiliran di tiga tempat, yakni Wisma Perdamaian, Simpang Lima, dan Gedung Lawang Sewu, Semarang.
"Harus kami seleksi karena banyaknya karya yang masuk, apalagi kartunisnya dari berbagai negara dengan tema-tema berbeda. Misalnya, kartun yang bermuatan pornografi, SARA. Kami 'delete'," katanya.
Uniknya, di antara deretan karya kartun yang ditampilkan ternyata tidak ada satu pun karya yang disertai dengan judul maupun penjelasan sehingga membuat penonton bebas menginterpretasikan makna kartun itu.
"Memang sengaja begitu, terserah penonton memaknai seperti apa. Temanya memang universal karena melibatkan kartunis dari berbagai negara. Hanya, lucu harus menjadi unsur utama karyanya," katanya.
Namun, Arief mau menjelaskan karya yang dikirimkannya untuk pameran itu, salah satunya menggambarkan orang sakit, namun "gadget" lengkap dengan kabelnya menggantikan infus yang harusnya terpasang.
"Saya melihat orang-orang sekarang sebegitu asyiknya dengan 'gadget'. Ke mana-mana, pasti tidak lepas dari 'gadget'. Ya, semacam sindiran saja untuk orang-orang yang tidak bisa lepas dari 'gadget'," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia International Cartoon Exhibition Slamet Widodo menambahkan pameran itu rencananya digelar secara "roadshow", dipungkasi pameran di Lawang Sewu pada akhir tahun ini.
"Kartunis di hampir semua benua mengirim karyanya. Yang paling sedikit, kartunis di Benua Afrika. Makanya, kami sangat terkejut dengan antusiasme para kartunis dunia dengan pameran ini," katanya.
Untuk anggota Secac, Slamet menyebutkan sekarang ini setidaknya mencapai 700 orang, terdiri atas kartunis, orang-orang yang tidak bisa menggambar tetapi suka kartun, dan penikmat kartun tentunya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Alfamart
Lihat Juga
Malam Pergantian Tahun, Ribuan Pengunjung Terbangkan Lampion di Borobudur
01 January 2017 8:26 WIB, 2017